Essai Sastra dalam Sastra Arab Modern
Para penulis Arab telah banyak mewarnai peradaban manusia dengan keahlian dan kecakapan khas mereka dalam bersastra. Peradaban itu berkaitan dengan term kolektif untuk menunjukkan kondisi suatu masyarakat yang beradab. Di antara ciri-ciri masyarakat beradab adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya dalam entitas budaya yang adiluhung. Dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat Arab mampu mengkreasi budaya sehingga dapat mencapai tingkat peradaban yang tinggi, yang tercermin antara lain pada produk budayanya yang berwujud karya sastra berbentuk puisi, prosa, dan drama. Sastra Arab sebagai entitas budaya tentu mencerminkan pikiran dan perasaan Bangsa Arab dengan segala dan kekurangannya. Dalam konteks kelebihan bangsa Arab, maka tidak ada pencapaian kebudayaan dan peradaban manusia yang mampu menunjukkan nilai-nilainya yang paling otentik dan khas kecuali apa yang telah dicapai oleh kesusastraan Arab.
 Essai Sastra adalah suatu seni penulisan sastra prosa guna memberikan pemikiran pengarang dan perasaannya pada suatu topik. Yang pertama menggunakan kata essai sastra yaitu Montinie pada abad ke-18. Dalam sastra arab Essai Sastra ini bertalian dengan sejarah Pers dan surat kabar, di mana essai mengupas berbagai topik politik, sastra, sosial dan keagamaan. Para penulis essai sastrra pertama dalam sastra Arab modern adalah Muhammad Rasyid Ridla, Muhammad Farid Wajdi, Muhammad Kurdi Ali, Al-Mazini, Al-'Aqqad, dan Thaha Husen.
 Secara umum prosa dibedakan menjadi dua yaitu prosa nonsastra dan prosa sastra. Prosa nonsastra adalah tulisan akademis, termasuk laporan penelitian, esai, atau artikel. Sedangkan prosa sastra dibedakan menjadi prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Prosa fiksi mencakup dongeng, cerita pendek, dan novel, sedangkan prosa nonfiksi mencakup biografi, otobiografi, dan esai.
 Dalam sejarah perkembangan essai sastra terdapat dua pendapat.
 Kelompok pertama: berpendapat bahwa Essai Sastra merupakan salah satu karya sastra Arab klasik dan tidak ada kaitannya dengan lahirnya surat kabar. Banyak yang percaya bahwa jenis tulisan tertentu yang berkisar pada topik tertentu, seperti topik sosial, politik, atau lainnya, akan diterbitkan di beberapa surat kabar terbatas. Karya klasik yang dianggap essai sastra termasuk "Ad-durrah al-Yatima'' oleh Ibn al Muqaffa, Rasail al-Jahid, Rasail Abi Hayyan, At-Tawhidi, Rasail Abi Hayyan. Karya Al-Jahid mencakup aliran pemikiran, keyakinan, dan berbagai pandangan yang berbeda mengenai penjelasan yang masih abstrak tentang makna Selain itu, karya ini dapat disebut sebagai essai sastra karena menekankan pada kepribadian penulis dan judul atau temanya. Al Jahid juga memuat topik sosial dan kemanusiaan. Rasail Abu Hayyn at-Tauhidy hampir mirip dengan Rasail al-Jhidhh. Di antara rasailnya yang terkenal adalah "Risala as Saqifah" Ini ditulis sebagai tanggapan terhadap kelompok Syiah yang menolak kekhalifahan Abu Bakar dan melakukan banyak penghinaan terhadapnya. Abu Hayyan juga memiliki karya tentang ilmu Kitaba, yaitu ilmu yang berhubungan dengan kertas, jenis, jenis kaligrafi, dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Ia menulis Risala Tashaufiya pada tahun dan juga menulis risalah lainnya. Abu Hayyan menulis bab terkenal dalam esai sastra ini, termasuk Al Maqamat, yang merupakan kumpulan pandangan filosofis, penjelasan rasional, dan metode retoris.
Kelompok kedua: berpendapat bahwa essai sastra adalah karya baru yang ditulis baik di Timur maupun Barat, dan mempunyai kaitan dengan surat kabar. Karya aslinya terdiri dari bab pendek yang membahas masalah moral dan kemanusiaan. Arab Essai sendiri muncul bersamaan dengan lahirnya surat kabar berbahasa Arab. Tujuan dari adalah untuk mengkomunikasikan ide-ide yang berbeda kepada masyarakat umum. Essai ini istimewa karena memuat ungkapan dan ungkapan yang indah serta memuat sisi emosional penulis. Namun yang menjadi tujuan utama penulisan esai adalah adalah untuk mengkomunikasikan ide, konsep, dan karakter dengan jelas. Esai Sastra memiliki sumber berbeda dan tidak ada batasan. Essai sastra memuat unsur kelembutan, ketegasan, dan unsur unsur estetika. Terlepas dari perdebatan diatas essai sastra sebagai sebuah konsep adalah sebuah karya seni prosa dengan ciri-ciri tertentu yang hanya muncul di zaman modern. Essai sastra merupakan salah satu dari seni sastra yang mempunyai landasan dan unsur tertentu yang menjadikannya kuat. Essai dan sastra merupakan jenis maqalah yang berbeda karena essai juga berakar pada sastra Arab klasik, dan keduanya mempunyai beberapa karakter dan spesifikasi yang dipengaruhi oleh keadaan zamannya. Isi sebuah  essai sastra selalu berkaitan dengan tujuan utama penulisan esai kontemporer itu sendiri.
Perkembangan Essai Sastra dalam Sastra Arab Modern
Prosa modern menandai pergeseran paradigma dalam dunia sastra Arab yang ditandai dengan sejumlah ciri khas yang membedakannya dari prosa masa sebelumnya. Salah satu perubahan utamanya adalah penekanan yang lebih besar pada pemikiran daripada pada unsur gaya. Dalam prosa modern, penulis lebih cenderung untuk merinci pemikiran dan ide-ide kompleks yang mengutamakan kejelasan dan kedalaman pemikiran tanpa terlalu memperhatikan hiasan retoris seperti saja atau tibaq yang banyak digunakan pada masa sebelumnya. Pemikiran dalam prosa modern bersifat runtun dan sistematis. Penulis tidak melompat dari satu gagasan ke gagasan yang lain secara tiba-tiba, melainkan memberikan pengembangan yang terstruktur.
Perkembangan bahasa dalam prosa modern mencerminkan perubahan gaya dari tradisional ke kontemporer. Gaya penulisan yang panjang dan penuh dengan kosa kata klasik digantikan oleh bahasa yang lebih ringkas, singkat, dan sejalan dengan tuntutan zaman. Prosa modern dalam sastra Arab tidak hanya menjadi medium untuk menyampaikan gagasan, tetapi juga mencerminkan keterbukaan terhadap perubahan dan perkembangan dalam tata bahasa serta penggunaan kata-kata yang lebih sesuai dengan zaman yang terus berubah. Pembaharuan dalam bidang prosa pada masa ini menjadi fenomena yang tak terhindarkan yang dipicu oleh kehadiran para reformis dan pemikir yang memimpin gerakan intelektual di dunia Arab dan Islam. Tokoh-tokoh seperti Muhammad Abdul Wahab di Saudi Arabia, Jamaludin Al-Afgani di Afganistan, Muhammad Abduh di Mesir, dan Abdurrahman Kawakibi di Suriah, memainkan peran sentral dalam menginisiasi transformasi ini.
Gagasan-gagasan mereka membawa semangat reformasi dan perubahan dalam masyarakat Arab, menciptakan landasan bagi pembaharuan dalam sastra termasuk prosa. Perkembangan prosa Arab pada tahap ini memiliki dua kecenderungan yang membentuk sastra yang kaya dan kompleks. Kecenderungan pertama dapat ditemukan pada kelompok penulis yang mengadvokasi untuk memelihara identitas kebudayaan Arab dan Islam yang autentik dengan tetap mengambil manfaat dari pencapaian dan nilai-nilai kebudayaan Barat. Para tokoh, seperti Mustafa Luthfi Al-Manfaluti, Mustafa Shadiq Ar-Rafi'i, Abdul Aziz Bisyri, Syarkib Arsalan, Ahmad Hasan Az-Ziyat, dan Mahmud Abbas Al-Aqqad termasuk dalam golongan ini. Mereka menunjukkan kepedulian mendalam terhadap warisan budaya dan nilai-nilai tradisional Arab, berupaya menggabungkannya dengan aspek-aspek positif yang dapat dipetik dari kebudayaan Barat.