Para mufassir kontemporer mengusung beberapa karakteristik yang membedakan pendekatan mereka dari pendekatan mufassir klasik. Pertama, mereka mengadopsi pendekatan bernuansa hermeneutis yang lebih menekankan pada aspek epistemologis-metodologis. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghasilkan pembacaan Al-Qur'an yang lebih produktif, yang tidak sekadar mengulang apa yang telah ada sebelumnya, tetapi juga membuka ruang bagi pemahaman baru dan relevan dengan zaman.
Kedua, mereka mengambil pendekatan kontekstual dan berorientasi pada spirit Al-Qur'an. Ini dilakukan dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an melalui berbagai disiplin ilmu seperti filsafat, semantik, antropologi, sosiologi, dan sains. Pendekatan ini merupakan respons terhadap kesadaran bahwa Al-Qur'an, meskipun turun di Arab dan menggunakan bahasa Arab, memiliki nilai-nilai yang universal yang melampaui waktu dan tempat yang dialami manusia.
Ketiga, pendekatan yang diambil oleh para mufassir kontemporer adalah pendekatan ilmiah, kritis, dan non-sektarian. Mereka menghasilkan tafsir yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan konsistensi metodologi yang mereka gunakan, serta siap menerima kritik dari komunitas akademik. Selain itu, mereka juga bersikap kritis terhadap pendapat-pendapat para ulama klasik maupun kontemporer yang dianggap sudah tidak kompatibel dengan era kontemporer, tanpa terjebak pada kungkungan madzhab atau aliran tertentu.
Secara keseluruhan, pendekatan yang digunakan oleh para mufassir kontemporer ini memungkinkan terciptanya penafsiran Al-Qur'an yang lebih relevan dengan zaman dan lebih dapat diterima secara ilmiah dan kritis oleh masyarakat akademik dan umum.
Shah Waliyullah, seorang pembaharu Islam dari Delhi, merupakan orang yang berjasa dalam memprakarsai penulisan tafsir "modern", dua karyanya yang monumental, yaitu, Hujjah al baligh dan Ta`wil al Hadits fi Rumuz Qishash al Anbiya, adalah karya yang memuat tentang pemikiran modern.Â
Tidak sia-sia usaha ini telah merangsang para
pembaharu lainnya untuk berbuat hal serupa, maka di Mesir, munculah tafsir Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Ahmad Khalaf, dan Muhammad Kamil Husain. Di belahan Indo-Pakistan, kita mengenal tokoh seperti Abu Azad, Al Masriqqi, G.A Parws, dan sederetan tokoh lainnya. Di penjuru Timur Tengah, semisal Amin Al Khull, Hasan Hanafi, Bita Shathi, Nasr Abu Zayd, Muhammad Shahrur, dan Fazlur Rahman.