Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Get Up Stand Up" Kisah Menjadi Komika yang Lebih Dewasa

17 April 2016   03:07 Diperbarui: 17 April 2016   03:31 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Film Get Up Stand Up / Movie.co.id"][/caption]

Sepuluh hari dari sejak muncul di layar lebar 7 April 2016, film Get Up Stand Up masih "nangkring" di dua bioskop XXI di Jakarta (Citraland dan Kalibata), dan rata-rata satu bioskop di beberapa kota lainnya seperti Bekasi, Bandung, Batam, dan lainnya. Catatannya, film ini untuk Dewasa di atas 17 tahun, jadi jangan ajak anak-anak menyaksikan film komedi ini karena memang ada adegan dan dialog yang kurang tepat disaksikan anak-anak. Soal ceritanya, ini perspektif saya.

Film memang menjadi sarana paling tepat menyebarkan pesan dan inspirasi. Selain menghibur, film juga memotret kehidupan yang dikemas menjadi tontonan menyegarkan. Ini yang saya dapatkan usai menonton film terbaru KG Studio, Get Up Stand Up, mengangkat kisah Komika SUCI, para bintang utama program Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV.

Ekspektasi awal penonton atau setidaknya saya terhadap film ini adalah ceritanya lucu, alurnya menarik bisa menghibur mengocok perut. Wajar saja muncul harapan seperti itu karena film ini membawa nama besar program TV genre komedi.

Bagian awal film ternyata lebih banyak drama dibandingkan komedi. Saya menunggu dari adegan per adegan kelucuan dari para Komika.

Saya tidak kecewa, karena film ini memang ingin bercerita tentang perjalanan pria menjadi dewasa dengan hidupnya, dan wanita yang setia mendampingi sekaligus bersikap rasional lantaran prianya tak juga dewasa.

Sejatinya, Get Up Stand Up adalah film drama mengisahkan perjalanan individu untuk bangkit, move on bahasa kekiniannya, dari berbagai masalah hidupnya. Meski ceritanya kental sekali dengan urusan percintaan, patah hati, pertengkaran yang dipicu prinsip hidup, film ini dikemas berbeda dengan unsur komika di dalamnya.

Tak perlu menunggu lama untuk saya mendapatkan apa yang saya inginkan dari film ini. Yakni tertawa dengan gestur dan kalimat lucu khas Komika.

Berlatar proses seleksi kompetisi stand up comedy, penonton film ini pun mulai diajak tertawa berjamaah. Akhirnya, penampilan komika yang disajikan berbeda sebagai adegan film layar lebar, menghibur penonton, setidaknya saya merasa terhibur.

Happy ending menjadi penutup film ini. Namun bukan itu yang menarik dari film ini. Perjuangan wanita (Fatiya) yang mendampingi pria (Babe) dengan harapan hidupnya berubah lebih baik demi masa depan impian, itu yang jauh lebih menarik.

Cerita di film ini sungguh sangat dekat dengan kita. Setidaknya saya bisa merasakan bagaimana perjalanan sepasang manusia yang berusaha mengubah hidup lebih baik mencapai impian bersama.

Alur cerita relasi pria dan wanita di film ini alami dan manusiawi. Manusiawi ketika wanita tergoda dengan pria cerdas (Abdur) yang punya kesamaan hobi dan pemikiran yang jauh memandang ke depan. Sementara prianya tak juga dewasa menjalani kehidupan. Manusiawi ketika ada pria sakit hati karena pengkhiatan teman yang tak mau membohongi perasaan dan hatinya.

Berproses menjadi manusia yang lebih dewasa adalah pesan yang saya tangkap di film ini, dengan alur, adegan, dialog yang ringan diberi bumbu khas komika.

Komika yang "Dewasa"

Komedian yang mahir "open mic" memang menjadi fokus film ini yang dikemas dengan drama di dalamnya. Namun film ini bukan hanya drama percintaan tapi juga mengangkat bagaimana proses menjadi komika yang lebih dewasa. 

Bagi penggemar program TV SUCI, juga bagi fans para komika, serta pelaku stand up comedy, film ini adalah cara lain mendapatkan "bocoran" menjadi komika yang matang. Bagaimana proses menjadi komika, dari kompetisi hingga tampil wara-wiri di panggung membawakan materi berisi humor cerdas menghibur adalah pesan lain yang ditinggalkan film ini.

Saya sebagai awam pun belajar, bagaimana "open mic" tidak muncul begitu saja. Komika perlu disiplin merencanakan materi dengan menuliskannya. Bagaimana komika harus jeli melihat cerita keseharian untuk dijadikan bahan "stand up comedy" juga menjadi isu menarik. 

Film ini menunjukkan bahwa impian apa pun hanya bisa dicapai dengan kegigihan dan kedisiplinan. Termasuk impian menjadi komika yang lebih dewasa dengan materi yang cerdas dan dipersiapkan dengan matang.

Tontonan di layar lebar ini ringan-ringan saja bagi saya, cukup menghibur. Bagi penggemar SUCI rasanya bisa nonton bareng sambil reuni.

[caption caption="XXI"]

[/caption]

Produksi: KG Studio

Sutradara: Teezar Sjamsuddin

Penulis Skenario: Bagus Bramanti

Produser: Argalaras

Pemain:
Babe Cabita sebagai Babe Cabiita
Acha Sinaga sebagai Fatiya
Indro Warkop sebagai Dewan Juri
Abdurrahim Arsyad sebagai Abdur Arsyad 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun