Alur cerita relasi pria dan wanita di film ini alami dan manusiawi. Manusiawi ketika wanita tergoda dengan pria cerdas (Abdur) yang punya kesamaan hobi dan pemikiran yang jauh memandang ke depan. Sementara prianya tak juga dewasa menjalani kehidupan. Manusiawi ketika ada pria sakit hati karena pengkhiatan teman yang tak mau membohongi perasaan dan hatinya.
Berproses menjadi manusia yang lebih dewasa adalah pesan yang saya tangkap di film ini, dengan alur, adegan, dialog yang ringan diberi bumbu khas komika.
Komika yang "Dewasa"
Komedian yang mahir "open mic" memang menjadi fokus film ini yang dikemas dengan drama di dalamnya. Namun film ini bukan hanya drama percintaan tapi juga mengangkat bagaimana proses menjadi komika yang lebih dewasa.Â
Bagi penggemar program TV SUCI, juga bagi fans para komika, serta pelaku stand up comedy, film ini adalah cara lain mendapatkan "bocoran" menjadi komika yang matang. Bagaimana proses menjadi komika, dari kompetisi hingga tampil wara-wiri di panggung membawakan materi berisi humor cerdas menghibur adalah pesan lain yang ditinggalkan film ini.
Saya sebagai awam pun belajar, bagaimana "open mic" tidak muncul begitu saja. Komika perlu disiplin merencanakan materi dengan menuliskannya. Bagaimana komika harus jeli melihat cerita keseharian untuk dijadikan bahan "stand up comedy" juga menjadi isu menarik.Â
Film ini menunjukkan bahwa impian apa pun hanya bisa dicapai dengan kegigihan dan kedisiplinan. Termasuk impian menjadi komika yang lebih dewasa dengan materi yang cerdas dan dipersiapkan dengan matang.
Tontonan di layar lebar ini ringan-ringan saja bagi saya, cukup menghibur. Bagi penggemar SUCI rasanya bisa nonton bareng sambil reuni.
[caption caption="XXI"]
Produksi: KG Studio
Sutradara: Teezar Sjamsuddin