Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerak Cepat Sekolah Internasional Persiapkan SDM Hadapi Tantangan Global

30 Maret 2016   08:30 Diperbarui: 30 Maret 2016   08:51 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dr Schott juga memberikan pandangan yang tak kalah mencerahkan. Menurutnya, dalam dunia pendidikan yang penting bukan apa yang diajarkan tapi bagaimana proses belajar. Proses belajar yang proaktif di sekolah, di mana siswa terlibat aktif dalam pelajaran, lebih dibutuhkan. Anak-anak akan memahami pelajaran dengan terlibat di dalamnya.

Sekolah semestinya bisa membuka wawasan dan memberikan pencerahan kepada anak-anak. Seperti kata Schott, “Biarkan anak-anak pergi ke sekolah dan membuat pilihan ingin menjadi apa nantinya.”

[caption caption="Kriteria sistem pendidikan. Dok. Putera Samperna Foundation"]

[/caption]

 

Menyiapkan SDM yang Kompeten

Anak yang mampu membuat pilihan, bisa mengambil keputusan, tahu ingin dan akan menjadi apa nantinya tidak lahir dengan sendirinya. Adalah peran orangtua dan pendidik yang bisa menciptakan generasi dengan kemampuan berpikir analitis seperti ini.

Orangtua kembali punya peran teramat penting, karena orangtua lah yang membuat pilihan ke sekolah mana anaknya akan berlatih berbagai kemampuan, keterampilan, dan menggali ilmu pengetahuan sebagai bekal hidupnya nanti.

Memilih sekolah dengan kurikulum yang paling mendekati kompetensi global kemudian menjadi kebutuhan di era kini. Apalagi era pasar bebas sudah semakin di depan mata. Kalau SDM Indonesia tidak dibekali dengan kemampuan berstrandar internasional, jangan heran jika SDM kita berada di level kompetisi terendah.

“Pada 2030, kalau sistem pendidikan tidak melatih analytical thinking, problem solving, kompetensi di bawah kebutuhan pasar,” kata Nenny.

Menurut Nenny, Indonesia masih berada di level rendah soal pendidikan. Soal kemampuan berbahasa Inggris saja misalnya, sebagai salah satu cara menembus pasar global, Indonesia masih di bawah Vietnam.
“Vietnam bahasa Inggrisnya di atas rata-rata orang Indonesia,” ungkapnya.

Indonesia punya banyak persoalan untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan yang bisa menelurkan SDM sesuai komptensi global. Soal akses pendidikan di Indonesia, dana masih jadi kendala utamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun