[caption caption="Persahabatan pinguin dan manusia/merdeka.com"][/caption]Menonton acara televisi kadang bisa menghibur, kalau momennya tepat. Bukan kebetulan ketika sesampainya di rumah saya jadi kangen nonton TV dan mendapati kisah tentang persahabatan binatang dan manusia ini. Sederhana saja ceritanya dan memang hanya sepenggal informasi, tapi bagi saya sangat menghibur dan refleksi diri, agar kita lebih banyak menyibukkan diri dengan perbuatan baik daripada sibuk berkompetisi.
Lelah mengikuti pemberitaan soal persaingan bisnis transportasi. Lelah menempuh jalan raya pagi dan sore dengan kemacetan yang sama ditambah lagi ada aksi penolakan jasa angkutan umum berbasis aplikasi. Lelah dengan berbagai konflik dan friksi kecil-kecil yang bertebaran pesannya di dunia maya tanpa jelas ditujukan kepada siapa dan bertujuan apa. Menonton TV malam ini bikin semua lelah jadi sirna. Jelas, sebuah kisah dengan energi positif di dalamnya ampuh menularkan semangat positif.
Kisah sederhana yang inspiratif ini berasal dari seekor penguin. Ya, penguin. Satu lagi binatang yang bisa menjadi tempat belajar bagi manusia berakal. Bahwa ada hal-hal yang kadang tak masuk akal terjadi di dunia. Kejadian yang menjadi petanda ada kekuatan besar Maha Pengatur segalanya, dan kita yang bukan apa-apa, seharusnya membuat kita berkaca untuk selalu mejaga hati, pikiran, perkataan dengan tidak merasa paling tahu atau benar untuk urusan apa pun, karena kita “enggak ada apa-apanya”.
Berita TV ini menceritakan sekilas tentang penguin yang katanya rela berenang mengarungi lautan berjarak tempuh 8.000 KM. Untuk apa? Untuk silaturahim atau mungkin berterima kasih, kangen barengkali dengan manusia yang pernah menyelamatkan nyawanya. Joao Pereira de Souza, seorang nelayan di Rio De Janerio Brasil, yang kini usianya 71 tahun, dikisahkan pernah menyelamatkan penguin tersebut yang terdampar dan nyaris mati pada 2011 lalu.
Lima tahun berlalu, penguin tak lupa dengan sahabatnya, penyelamatnya, manusia yang punya kasih dalam dirinya untuk menolong binatang malang ini. Saya membayangkan, penguin ini menyiapkan diri untuk menempuh perjalanan panjang demi bertemu dengan sahabatnya, seorang lelaki tua. Pertemuan pun terekam kamera, dan ada kasih di dalamnya. Mereka berpelukan dengan caranya. Sungguh ajaib. Takkan pernah terpikirkan oleh logika manusia.
[caption caption="John Rendall dan Ace Berg bersama Christian, singa liar di Afrika/www.bbc.co.uk"]
Kisah penguin dan singa mencontohkan manusia tentang binatang yang tak lupa berterima kasih. Binatang yang tak berakal dan hanya berbekal insting, tahu caranya bersyukur dengan berterima kasih dan tak melupakan manusia baik hati yang menyelamatkan hidupnya. Binatang saja bisa "memelihara relasi".
Penasaran dengan kisah semacam ini, saya iseng cari tayangan video Youtube, dan ternyata ada banyak kisah serupa. Semuanya tentang binatang buas yang bersahabat dengan manusia. Harimau, hiu, buaya, ditayangkan dalam sebuah video seperti sedang bersilaturahim dengan manusia yang punya peran penting dalam perjalanan hidupnya.
Terlepas semua kisah tersebut rekayasa atau nyata (barangkali ada yang punya persepsi demikian), kita sebenarnya manusia yang diberi akal untuk membaca tanda. Kisah-kisah ini, terlepas apa pun persepsi manusia terhadapnya, nyata ada dan pasti ada maksudnya. Ada pesan pengingat bahwa manusia yang semestinya (katanya) berakal sehat, mampu membangun relasi yang lebih hebat dari cara binatang tersebut menjaga relasi dengan salah satu caranya, berterima kasih hanya salah satu bentuk syukur karena mendapatkan kesempatan hidup dari upaya yang dilakukan sahabat manusianya.
Menjaga relasi, hubungan baik, dengan cara apa pun semestinya dilakukan manusia untuk menjaga keharmonisan hidup. Menjaga relasi setidaknya membawa kebaikan kepada dirinya sendiri, yang kemudian mendatangkan kebaikan untuk orang lain. Ketika kita bisa menginspirasi dengan nilai-nilai kebaikan, maka satu dari sekian misi manusia sebagai makhluk berakal untuk memelihara kebajikan di muka bumi, tercapai.
Belajar dari binatang yang berterima kasih dan menjaga relasi, inilah pelajaran penting yang saya dapati sekilas malam ini dari sebuah sajian berita televisi. Entah kenapa saya merasa ingin berbaginya lewat tulisan yang “enggak ada apa-apanya ini”.