Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pamer Koleksi Seni Sekaligus Edukasi di Pameran Benda Antik Hong Kong

25 Februari 2016   16:50 Diperbarui: 25 Februari 2016   17:14 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Salah satu koleksi di Pameran Benda Antik Hong Kong. Dok: Shirley & Reyna Ltd"][/caption]

Benda antik. Apa yang muncul di pikiran Anda kalau mendengar kata tadi? Benda seni, peninggalan bersejarah, barang koleksi, apa lagi? Ternyata, ketika menyebut antik, bukan hanya  tentang benda-benda kuno, warisan orang tua atau leluhur yang masih bisa kita kenang memorinya. Suatu benda dikategorikan antik kalau usianya minimal sudah seribu tahun. Seribu tahun, artinya beda antik tersebut berasal dari setidaknya abad 11 Masehi (abad yang berlangsung sejak 1001 M hingga 1100 M, menurut Wikipedia).

Inilah informasi awal yang saya dapati dari pertemuan di Jakarta bersama Ronald Chak, penyelenggara International Antiques Fair Hong Kong, dipertegas lagi oleh Christian Deydier, komite kurator benda seni/benda antik di IAF Hong Kong, yang pernah menjadi Presiden the Syndicat National des Antiquaires and of the Biennale des Antiquaires.

[caption caption="Benda Antik Koleksi Christian Deydier. Dok: Shirley & Reyna Ltd"]

[/caption]

Benda antik menyimpan banyak informasi dan pengetahuan yang dapat membuka wawasan penikmat, apalagi bagi kolektornya. Saya yang masih awam pun jadi lebih menghargai benda antik dengan tidak sembarang menyebut suatu benda kuno sebagai barang antik. Pengetahuan yang minim membuat saya merasa malu sendiri ketika mengatakan Indonesia punya banyak benda antik, padahal mungkin yang usianya minimal 1.000 tahun tak seberapa banyak ketimbang benda antik di Tiongkok atau Eropa. Wajar saja Tiongkok misalnya punya banyak benda antik karena sejarah mereka lebih panjang, usianya pun berpaut jauh dari sejarah Nusantara.

Indonesia barangkali punya banyak benda seni, benda bersejarah peninggalan zaman keemasan Majapahit yang berakhir di abad 14 Masehi (kurang dari 1.000 tahun), atau mungkin zaman kerajaan Sriwijaya yang bukti awal keberadaannya berasal dari Abad ke-7 Masehi ketika seorang pendeta Tiongkok (I Tsing) menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 Masehi. Keberadaan Sriwijaya abad 7 Masehi juga bisa dibuktikan dengan prasasti tertua yakni prasasti Kedukan Bukit di Palembang. Nah, kalau benda antik peninggalan kerajaan Sriwijaya ini masih tersimpan rapi, artinya kita punya barang antik yang usianya lebih dari seribu tahun.

Obrolan santai bersama Ronald dan Christian di Five, Grand Hyatt Hotel Jakarta (22/2/2016) akhirnya membuat saya menelusuri sedikit saja sejarah Nusantara. Obrolan yang juga membawa saya menerawang ke benda-benda antik dari Tiongkok, Perancis dan negara Eropa lainnya yang akan dipamerkan di Hong Kong Convention and Exhibition Centre Hall 5BC, pada 28-31 Mei 2016. Benda antik yang pastinya punya banyak cerita dan kaya sejarah. Cerita yang kalau didiskusikan bisa membuka wawasan siapa pun yang mendengarnya, tentang kejayaan masa lalu, tentang budaya, bahkan asal muasal suatu bangsa, adat istiadat, menggali sejarah dari berbagai sudut berasal dari benda antik yang tersimpan rapi oleh para kolektor benda seni tingkat dunia.

[caption caption="Media Lunch, Media Tour International Antiques Fair Hong Kong 2016. Photo Doc. Lulu F Pasha"]

[/caption]

Lebih dari Sekadar Pamer Benda Seni

Sebelum bercerita tentang pameran benda antik yang berlangsung setiap tahun ini, saya ingin sedikit bercerita soal pertemuan dalam jamuan makan siang sebagai rangkaian Media Tour IAF 2016. Adalah Ronald Chak, generasi penerus dari penggagas pameran benda seni antik, William dan Priscilla Chak, yang berkeliling sejumlah negara di Asia Tenggara untuk mempromosikan pameran ini.

Ronald hadir di Jakarta bersama timnya dan komite kurator Christian Deydier, seorang kolektor dan kurator benda seni/benda antik dari Perancis. Tak ketinggalan pendamping Media Tour IAF 2016, Jacques Babando dari Perancis dan Reyna Harilela dari Hong Kong, yang mempertemukan Ronald dan Christian dengan jurnalis dan blogger di Jakarta.

[caption caption="Christian Deydier dan Ronald Chak. Dok. Wardah Fajri"]

[/caption]

Indonesia adalah negara pertama yang dikunjungi penyelenggara IAF 2016 untuk mengenalkan rangkaian kegiatan dalam pameran seni ini. Selanjutnya mereka akan mendatangi Malaysia, Singapura, dan negara lainnya di Asia.

Christian optimistis Indonesia memiliki kolektor benda seni yang akan tertarik dengan pameran barang antik ini. Edukasi tentang benda antik menjadi misi utamanya, selain ingin mengajak semakin banyak orang lebih menghargai benda seni dan memiliki pemahaman bahwa mengoleksi benda seni/barang antik punya banyak manfaat.

“Mengoleksi benda seni atau barang antik pertama untuk pengetahuan, kedua pemahaman,  dan kesenangan,” katanya yang kemudian bercerita dengan antusias bagaimana sebuah benda antik dapat menceritakan sejarah, asal muasal budaya, bahkan pertukaran budaya.

Saya pun belajar dari ahlinya benda seni/antik ini, bahwa banyak pelajaran sejarah dan budaya yang bisa kita dapatkan dari sebuah koleksi benda antik yang usianya ribuan tahun. Kita bisa belajar kearifan lokal ribuan tahun silam, bagaimana cara hidup dan kebiasaan masyarakat sebelum abad 11 Masehi. Sungguh menyenangkan bisa memahami cara hidup warga dunia puluhan abad silam. Inilah barangkali yang menjadi kesenangan bagi para kolektor. Wawasan yang dimilikinya dari sebuah benda antik membuatnya lebih menghargai leluhur. Koleksi benda seni bukan semata soal prestise bisa memiliki benda yang sangat kuno dan langka. Meski mungkin bagi sebagian kolektor, prestise menjadi tujuan lainnya mengoleksi barang antik.

Misi Edukasi

Christian berkali-kali menyebutkan mengenai membuka wawasan, menggali pengetahuan, edukasi. Ronald pun menjelaskan bahwa nanti, di International Antiques Fair Hong Kong, akan diadakan seminar menghadirkan pembicara dari kalangan spesialis benda seni. Pesertanya adalah para kolektor, dealer, professor, yang ingin lebih memahami benda seni. Termasuk bicara soal keaslian suatu benda seni dan bagaimana cara membedakannya.

Pertukaran informasi dan ilmu benda seni menjadi agenda penting di International Antiques Fair ini. Selain tentunya ada lelang benda seni untuk penggalangan dana, dan pameran beragam benda antik dari keramik, furnitur, bahkan ada juga pakaian dan perhiasan kuno.

[caption caption="Salah satu koleksi di Pameran Benda Antik Hong Kong. Dok: Shirley & Reyna Ltd"]

[/caption]

Lebih dari 80 dealer terlibat dalam pameran empat hari ini. Kolektor dan buyer menjadi sasaran utama pameran benda antik ternama di level Asia ini. Pameran yang memilih Hong Kong sebagai tempat bertemunya kolektor dan dealer ini juga punya tujuan. Agar kolektor di Asia lebih mudah menjangkaunya, ketimbang harus ke Perancis misalnya, yang biasa menjadi tempat pameran semacam ini. Meski pameran ini berlangsung di Asia dan menjaring peserta dari negara-negara kawasan Asia, skala pameran ini termasuk Internasional.

Artinya, pameran benda seni dan antik di Hong Kong ini juga mendapat perhatian dan minat dari dealer dan kolektor dunia. Dealer dari Perancis pun sudah menyatakan partisipasinya, di antaranya Vallois, Chadelaud, Deydier, Bernard Dulon, Jacques Barrère.

Memahami benda seni yang asli, dan mengedukasi para penikmat seni juga benda antik juga menjadi isu penting di pameran ini. Christian sekilas menggambarkan bagaimana dunia seni begitu dinamis dengan praktik peniruan yang dilakukan secara professional. Kalau penikmat seni tidak menambah wawasannya dengan mencuri pengetahuan dari para spesialis, bisa jadi mereka akan menjadi “korban” dealer penjual barang palsu yang harganya bisa selangit.

Teredukasinya penikmat seni bukan hanya akan meminimalisasi kerugian materi, namun juga menumbuhkan pemahaman mengenai nilai sebuah benda seni/antik. Pertukaran pengetahuan inilah yang akan terjadi di International Antiques Fair.

Bagi Kompasianer yang berencana ke Hong Kong pada akhir Mei 2016, atau barangkali sedang berada di Hong Kong pada tanggal terebut, coba saja singgah ke pameran ini, dan kalau bisa bagi ceritanya. Saya penasaran, bagaimana kalau orang awam datang ke pameran semacam ini, seperti apa antusiasmenya? Saya yakin akan banyak sekali benda berharga yang memanjakan mata. Mungkin perlu membawa pemandu khusus untuk bisa menikmati pameran benda antik ini. Pemandu yang bisa menjelaskan sekilas saja sejarah benda-benda antik tersebut. Dengan begitu, pengunjung pameran yang bukan kolektor bisa menikmati dan mendapatkan pengalaman unik menelusuri sejarah ribuan tahun silam.

[caption caption="Suvenir dari Christian Deydier dan Jacques Babando. Dok. Wardah Fajri"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun