Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Peduli Sanitasi, Payung Teduh Butuh Dua Kapal untuk Aksinya

16 November 2015   11:53 Diperbarui: 16 November 2015   11:53 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sanitasi dan kapal, apakah berkaitan? Ini cerita dari #KSAN2015 #PokjaAMPL, sebuah inspirasi dari pekerja seni.

Pekerja seni makin peduli sanitasi, dan para seniman punya banyak cara melakukan aksi nyata mendukung terwujudnya impian Indonesia memiliki akses sanitasi layak seratus persen. Inilah yang ditunjukkan secara konsisten oleh musisi Is dari Payung Teduh. Bersama grup musiknya, Payung Teduh, Is punya rencana lanjutan sebagai bentuk kepeduliannya terhadap isu lingkungan bahkan kebangsaan.

Rencana lanjutan, karena memang Payung Teduh bukan sekali dua kali saja beaksi nyata berbuat sesuatu untuk lingkungan dengan kekuatannya, seni musik. Bahkan bukan hanya musik, Payung Teduh pun menambah kekuatannya dengan seni pertunjukkan yang difilmkan, dalam konsep film dokumenter.

Bersama beberapa musisi Payung Teduh melakukan aksi Singing Toilet untuk membantu korban bencana Sinabung. Saat ini pun, Payung Teduh tengah melakukan aksi lainnya untuk korban Asap. Is Payung Teduh juga hadir di Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) 2015 yang diadakan Pokja AMPL (Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) dan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas. Pada Rabu, 11 November 2015, hari pelaksanaan KSAN 2015 di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, yang berlangsung dengan konsep pertunjukkan, Is Payung Teduh membawakan dua lagu dengan gitar mengiringi suara khasnya, menghibur peserta konferensi nasional dari kalangan pejabat, praktisi, pegiat sanitasi, hingga pekerja media.

Bukan sekadar menghibur, di sesi Inspirasi dari Pekerja Seni, Is Payung Teduh mewakili kalangan figur publik yang peduli sanitasi. Is sempat mengutarakan niatannya membuat film dokumenter yang terkait dengan sanitasi. Melengkapi informasi yang saya terima sebagian dari atas panggung, usai sesi, saya temui Is Payung Teduh yang menceritakan rencana aksinya.

“Sisir Kota Pesisir”, kata Is menyebutkan judul film dokumentasi yang sudah matang konsepnya namun masih terkendala pendukungnya. Is pun mengungkapkan kegundahannya, “Masih mencari dua kapal, dua kapal, mencari sponsor,” katanya berulang.

Apa kaitannya antara aksi peduli sanitasi dan dua kapal? Is yang menggagas ide ini mengatakan pengalaman hidupnya sebagai orang pesisir, tinggal di lingkungan nelayan, memiliki keluarga nelayan dan pelaut, membuat Is gelisah mendapati banyak anak muda yang tak menyadari Indonesia sebagai negara maritim. Selain ingin menyadarkan kalangan muda, film dokumenter ini juga ingin memotret fasilitas kebersihan di lingkungan pelabuhan kecil yang didatangi selama proses produksi film. Tujuannya, mengubah perilaku dan mental kalangan muda. Pasalnya, menurut Is, masalah air dan sanitasi begitu banyak ditemui di dekat kita, termasuk di pelabuhan kecil. Sanitasi yang masih sangat perlu diperbaiki di lingkungan pelabuhan menjadi perhatian Payung Teduh dalam aksinya ini.

“Kami akan menghibur di pelabuhan kecil dengan bernyanyi mengajak anak muda, sambil juga melakukan sesuatu misal bersih-bersih pantai,” kata Is.

Rencananya film dokumenter ini memotret Indonesia sebagai negara maritim sekaligus melihat minimnya akses air bersih dan sanitasi di pelabuhan kecil yang disambanginya. Perjalanan selama tiga sampai empat minggu dengan dua pilihan rute, membutuhkan dua kapal untuk kebutuhan kelompok musiknya, kru, juga media untuk menyebarluaskan pesan film dokumenter ini.

“Pilihannya kalau tidak dari Sumatera ke Jakarta, atau dari Jakarta ke Bali,” kata Is.

Film ini punya misi, terutama untuk anak muda agar lebih sadar potensi sekaligus masalah air dan sanitasi di negeri yang ditinggalinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun