Saya mungkin terlalu khawatir, tapi sebenarnya saya waspada karena saya mengetahui koleksterol tinggi adalah petanda bahwa kita harus lebih hati-hati, karena ancaman penyakit serius lainnya bisa saja datang. Stroke dan jantung yang paling berkaitan dengan tingginya kolesterol kalau tidak terkontrol dengan baik.
Saya semakin khawatir ketika berita duka disiarkan lewat pengeras suara di mushola dekat rumah, bahwa bapak Lurah berusia 45 tahun meninggal. Belakang saya ketahui, serangan jantung sebabnya. Rasanya belum lama, Agustus lalu saat peringatan HUT RI, bapak Lurah berbicara dengan lantangnya, sehat, dan tak ada kabar sakit, tiba-tiba meninggal dunia.
Serangan jantung, jangan main-main kata saya mengingatkan diri sendiri. Karenanya, tes darah di booth IAI, menjadi cara saya bersyukur masih sehat dengan menjaga dan mengontrol kondisi tubuh. Hasilnya, asam urat hanya sedikit di atas normal cukup dengan menjaga makanan saja bisa kembali normal, gula darah normal, dan kolesterol, lho kok naik dari 227 menjadi 281. Bahaya!
Beruntung, lagi-lagi beruntung, Klinik Prodia yang menjadi langganan sewaktu hamil dulu untuk cek lab, selalu mengingatkan. Mengirim pesan promosi sebenarnya, namun bagi saya seperti pengingat. Benar saja, dalam kondisi kesehatan tidak baik ini, pesannya sangat bermanfaat. Saya ingin menggunakan fasilitas free check kolesterol lengkap. Cek lab memang disarankan ketika kita mendapatkan hasil awal yang perlu diwaspadai dari pengecekan sederhana dengan alat sangat sederhana yang biasa kita temui di apotek atau toko kesehatan.
“Sebaiknya cek lab, supaya tindakannya tepat termasuk untuk menjadi dasar dokter memberi resep obat yang tepat. Sebaiknya tidak asal minum obat meski ada memang obat-obat di apotek yang bisa membantu menurunkan kolesterol,” kata salah satu apoteker muda yang masih menjadi mahasiswa.
Membantu sekali, pikir saya. Bertanyalah, jangan sungkan, “manfaatkan” tenaga kesehatan yang memang sengaja datang melayani di pameran kesehatan. Itu pesan utama dari pengalaman saya ini.
Booth ketiga dan terakhir adalah Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat Bandung. Di sini lebih banyak lagi informasi kesehatan yang bermanfaat, bagi saya barangkali juga Anda.
Saya datang, bertanya soal booth, dan langsung disapa seorang ibu yang bilang, “Tapi goodibagsnya habis”. Saya hanya senyum dan bilang tidak mengapa karena saya memang ingin tahu soal kepadatan tulang, dan olahraga yang tepat untuk kondisi saya. Karena booth ini memang menyediakan banyak alat ukur dan ada dokter spesialis olahraga yang bisa diajak konsultasi, gratis.
Tahap pertama diawali dengan pengukuran kekuatan otot. Alatnya sederhana, tangan kanan saya hanya cukup menekan satu bagian lalu muncul angka yang menunjukkan seberapa normal kekuatan otot saya. Hasilnya normal saja, saya lupa angkanya.
Tahap berikutnya, pengukuran kepadatan tulang. Caranya pun sederhana. Cukup meletakkan telapak kaki kanan ke suatu alat. Dalam beberapa detik muncul data, saya termasuk di atas normal, osteopeni namun belum osteoporosis. Apa artinya? Saya harus mulai waspada bahaya osteoporosis. Tak ada yang perlu dikhawatirkan sebenarnya, namun demi kesehatan dan hidup lebih berkualitas, saya mau tahu apa yang sebaiknya saya lakukan.