Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Dari Tren Staycation Hingga Inovasi yang Mendengarkan Kebutuhan Traveler

2 November 2015   17:49 Diperbarui: 3 November 2015   08:20 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Traveling “dadakan” boleh jadi bukan sekadar tren namun sudah menjadi gaya hidup. Sebut saja Weekend Getaway atau Staycation yang semakin jadi pilihan kalangan urban untuk mencari alternatif liburan kekinian. Mulai menginap semalam di hotel untuk menghibur diri atau keluarga, hingga liburan akhir pekan di berbagai destinasi yang memungkinkan disambangi dalam waktu singkat dan mencari penginapan yang bisa dipesan dadakan dengan harga menggiurkan. Urusan Weekend Getaway atau Staycation pun jadi lebih mudah dengan aplikasi pemesanan hotel.

Kabar bahwa staycation jadi tren saya sudah dapati sejak Maret 2015, ketika menghadiri undangan hari jadi dua tahun penyedia jasa pemesanan hotel menit terakhir, Hotel Quickly di Jakarta.

Saya pribadi pun penikmat staycation. Seringkali muncul di kepala, ingin merebah di kamar hotel, “melarikan diri” sejenak dari rutinitas, dan bersantai, istirahat. Namun saya bukan penikmat staycation penyendiri juga tak suka keramaian. Jadi kalau kata pendiri HQ, Faustine Tan, penikmat staycation ada yang berkelompok, pesan hotel menit terakhir  di akhir pekan atau bahkan di tengah pekan bareng teman, kalau saya pilih staycation bareng keluarga kecil, saya, suami dan puteri semata wayang. Beberapa kali saya, suami, dan si kecil pernah Staycation atau Weekend Gateway di hotel seputaran Jakarta, jauh sebelum saya kenal HQ.

Nah, pada acara kumpul seru ultah HQ yang saya bagi ceritanya di Kompasiana, saya tak lewatkan kesempatan bertanya kepada pengelola HQ. Salah satu pertanyaan saya berasal dari rasa penasaran dan kebutuhan. Sebagai traveler, siapa yang tak ingin mendapatkan benefit dari aplikasi pemesanan hotel, yang bisa memberikan harga 20-30 persen lebih murah dibandingkan jasa serupa lainnya, bisa pesan di menit terakhir atau seminggu sebelumnya.

HQ memang punya ciri khas, dan memang masuk dalam pasar pejalan yang sering merencanakan perjalanan singkat mendadak, sehingga harus atau mau tak mau memesan hotel sehari sebelumnya. Segmen yang unik dan ternyata terus bertumbuh, bukan business traveler saja, namun kalangan urban yang rupanya mendadak butuh liburan. Jadi, HQ memang ada hanya untuk mereka yang butuh pesan hotel di menit terakhir, untuk hari ini atau besok.

Lalu saya pun penasaran bertanya, “Ada rencana kah menambah waktu pemesanan misal seminggu sebelumnya, supaya bisa memberikan keleluasaan kepada pengguna?”

Lalu dijawablah, “Kalau bisa pesan seminggu sebelumnya, bukan last minutes hotel booking,” katanya

Benar juga, pikir saya. Tapi, bukankah memberikan pengalaman baru dan beda kepada penikmat (pengguna) bukankah bentuk pelayanan yang bisa bikin senang pelanggan?

Selesai sampai di situ, saya pun tak lagi mempersoalkan. Saya pun larut bersenang-senang di perayaan ultah HQ yang sederhana dan hangat bersama komunitas Nebengers dan Indonesia Berkebun.

Tujuh bulan berlalu, saya tak sempat berkabaran dengan Faustine dan belum juga menggunakan aplikasi HQ.  Dalam waktu tujuh bulan terakhir saya memang belum pernah lagi staycation karena lebih sering business travel, jalan-jalan ke luar kota menginap di hotel untuk urusan pekerjaan maksudnya.

Rupanya pertanyaan saya terjawab oleh waktu. Dalam waktu tujuh bulan, ternyata bukan hanya saya yang membutuhkan fleksibilitas dan kemudahan apalagi keringanan biaya menginap di hotel untuk refreshing. Para traveler juga butuh keleluasan mengatur perjalanan termasuk penginapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun