Traveling “dadakan” boleh jadi bukan sekadar tren namun sudah menjadi gaya hidup. Sebut saja Weekend Getaway atau Staycation yang semakin jadi pilihan kalangan urban untuk mencari alternatif liburan kekinian. Mulai menginap semalam di hotel untuk menghibur diri atau keluarga, hingga liburan akhir pekan di berbagai destinasi yang memungkinkan disambangi dalam waktu singkat dan mencari penginapan yang bisa dipesan dadakan dengan harga menggiurkan. Urusan Weekend Getaway atau Staycation pun jadi lebih mudah dengan aplikasi pemesanan hotel.
Kabar bahwa staycation jadi tren saya sudah dapati sejak Maret 2015, ketika menghadiri undangan hari jadi dua tahun penyedia jasa pemesanan hotel menit terakhir, Hotel Quickly di Jakarta.
Saya pribadi pun penikmat staycation. Seringkali muncul di kepala, ingin merebah di kamar hotel, “melarikan diri” sejenak dari rutinitas, dan bersantai, istirahat. Namun saya bukan penikmat staycation penyendiri juga tak suka keramaian. Jadi kalau kata pendiri HQ, Faustine Tan, penikmat staycation ada yang berkelompok, pesan hotel menit terakhir di akhir pekan atau bahkan di tengah pekan bareng teman, kalau saya pilih staycation bareng keluarga kecil, saya, suami dan puteri semata wayang. Beberapa kali saya, suami, dan si kecil pernah Staycation atau Weekend Gateway di hotel seputaran Jakarta, jauh sebelum saya kenal HQ.
Nah, pada acara kumpul seru ultah HQ yang saya bagi ceritanya di Kompasiana, saya tak lewatkan kesempatan bertanya kepada pengelola HQ. Salah satu pertanyaan saya berasal dari rasa penasaran dan kebutuhan. Sebagai traveler, siapa yang tak ingin mendapatkan benefit dari aplikasi pemesanan hotel, yang bisa memberikan harga 20-30 persen lebih murah dibandingkan jasa serupa lainnya, bisa pesan di menit terakhir atau seminggu sebelumnya.
HQ memang punya ciri khas, dan memang masuk dalam pasar pejalan yang sering merencanakan perjalanan singkat mendadak, sehingga harus atau mau tak mau memesan hotel sehari sebelumnya. Segmen yang unik dan ternyata terus bertumbuh, bukan business traveler saja, namun kalangan urban yang rupanya mendadak butuh liburan. Jadi, HQ memang ada hanya untuk mereka yang butuh pesan hotel di menit terakhir, untuk hari ini atau besok.
Lalu saya pun penasaran bertanya, “Ada rencana kah menambah waktu pemesanan misal seminggu sebelumnya, supaya bisa memberikan keleluasaan kepada pengguna?”
Lalu dijawablah, “Kalau bisa pesan seminggu sebelumnya, bukan last minutes hotel booking,” katanya
Benar juga, pikir saya. Tapi, bukankah memberikan pengalaman baru dan beda kepada penikmat (pengguna) bukankah bentuk pelayanan yang bisa bikin senang pelanggan?
Selesai sampai di situ, saya pun tak lagi mempersoalkan. Saya pun larut bersenang-senang di perayaan ultah HQ yang sederhana dan hangat bersama komunitas Nebengers dan Indonesia Berkebun.
Tujuh bulan berlalu, saya tak sempat berkabaran dengan Faustine dan belum juga menggunakan aplikasi HQ. Dalam waktu tujuh bulan terakhir saya memang belum pernah lagi staycation karena lebih sering business travel, jalan-jalan ke luar kota menginap di hotel untuk urusan pekerjaan maksudnya.
Rupanya pertanyaan saya terjawab oleh waktu. Dalam waktu tujuh bulan, ternyata bukan hanya saya yang membutuhkan fleksibilitas dan kemudahan apalagi keringanan biaya menginap di hotel untuk refreshing. Para traveler juga butuh keleluasan mengatur perjalanan termasuk penginapannya.
Ketika pasar membutuhkan, maka pemilik bisnis traveling pun responsif menjawab. Hotel Quickly salah satunya. Pada 26 Oktober 2015, saya menerima surel siaran pers. Maklum, pekerjaan saya di media online, masih menghubungkan saya dengan industri yang membutuhkan publikasi. Saya membaca isi surel tersebut sampai tuntas, dan tersenyum saja. Ini jawaban pertanyaan saya waktu itu, kata saya dalam hati. Saking senangnya, saya tuliskan sesegera mungkin supaya tak ketinggalan momen. Tayanglah berita lempang tepat 26 Oktober 2015, di hari HQ merilis fitur barunya, menambahkan jangka waktu pemesanan hotel dari sebelumnya hanya 48 jam menjadi selama 7 hari.
Salah satu isi siaran pers itu adalah: HotelQuickly mengubah 48 jam jangka waktu pemesanan menjadi lebih luas untuk memenuhi permintaan para pelanggan. Wisatawan di 15 negara dapat menggunakan aplikasi untuk mendapatkan penawaran kamar yang eksklusif hingga tujuh hari sebelum check-in.
Jadi jika biasanya pesan hotel di HQ hanya bisa dalam waktu 48 jam, mulai 26 Oktober bisa dalam waktu seminggu sebelum tiba di hotel untuk staycation misalnya.
Kemudahan pemesanan hotel, diskon lebih besar, dengan waktu pemesanan lebih panjang menjadi kebutuhan traveler yang didengarkan HotelQuickly. Termasuk kebutuhan saya yang saya tanyakan tujuh bulan sebelumnya. Saya pun merasa senang mendapat kabar ini. Sesenang pelanggan/pengguna produk/jasa apa pun itu yang jika didengarkan kebutuhannya dan terpenuhi apa yang diinginkannya, akan memudahkannya menentukan pilihan di antara banyaknya penawaran yang sama-sama menggiurkan.
Siapa yang tak senang kalau kebutuhannya plesiran singkat yang membutuhkan penginapan terpenuhi dengan cara lebih mudah bahkan bisa penghematan. Maka, selamat untuk inovasi yang lahir dari mendengarkan kebutuhan pengguna, yang menjadi menarik untuk diikuti perkembangannya.
Artikel sebelumnya:
Pesan Hotel "Last Minutes" Gaya Hidup Kekinian
Pemesanan HotelQuickly Bertambah dari 48 Jam Menjadi 7 Hari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H