Film yang baik, bagi saya, adalah yang membawa pesan pengingat karena manusia kerap lupa. Film adalah sarana tepat pembawa banyak pesan keseharian yang dekat dengan apa pun yang dirasakan penontonnya. Selain tentunya film dapat memberikan hiburan karena ketika kita datang membeli tiket ke bioskop apa lagi tujuannya kalau bukan mencari hiburan melepas bosan atau bahkan lelah penat akibat rutinitas.Â
Nah, mendapat kesempatan Komik Nobar film Thailand "Heart Attack" tak ingin saya lewatkan. Tak apa lah sekali ini pulang lebih malam untuk nonton di bioskop meski pikiran tak lepas dari anak untungnya bukan pekerjaan. Ya, saya ingin cari hiburan sejenak melupakan sementara pekerjaan yang menumpuk. Benar saja, film Heart Attack garapan sutradara muda yg kreatif menurut saya, Nawapol Thamrongrattanarit, memang menghibur. Drama komedi romantis ini mengisahkan cinta yang tak picisan. Cinta yang tak gamblang dinyatakan tapi bisa dirasakan dari adegan antara dokter dan pasien. Bagi saya film ini bukan hanya berkisah tentang cinta laki laki dan perempuan tapi juga cinta dalam persahabatan, pertemanan, keluarga, dan pesan utamanya adalah cinta terhadap pekerjaan yang mempertaruhkan makna hidup dan kehidupan.Â
Dari menit pertama film ini memang mengisahkan betapa cintanya Yoon seorang freelancer desain grafis yang punya reputasi besar dengan pekerjaannya. Cerita tentang Yoon mengukir prestasi dalam karier dengan tak tidur tiga sampai lima hari mengerjakan editan foto, demi mengejar deadline, dan secara sadar tak sadar membangun reputasinya sebagai pekerja lepas yang bisa diandalkan dengan selalu siap menuntaskan tugas secepat kilat. Tokoh Yoon diperankan dengan sangat alami oleh aktor Thailand Sunny Suwanmethanont. Sunny piawai memainkan peran pekerja freelance yang gila kerja, bisa dibilang tak punya kehidupan, dan "gagap" ketika merasakan cinta kepada dokter muda yang merawatnya akibat kelelahan bekerja.Â
Dalam hidup Yoon hanya ada Jee, tokoh yang diperankan Violette Wautier sebagai mitra kerja sekaligus manajer atau agen yang mencarikan Yoon job order sebagai freelancer. Ketika Yoon tak sengaja dipertemukan dengan dokter cantik Imm di rumah sakit umum demi mendapatkan pelayanan kesehatan lebih murah meski menghabiskan waktunya, pria lajang yang hidup bersama komputernya ini pun mati kutu. Kreativitasnya mengolah foto sehingga bisa memuaskan kebutuhan klien, seakan mati ketika dia harus berurusan dengan perasaan.
Kisah Yoon yang rasanya sangat mudah ditemukan dalam kehidupan kalangan urban, profesional muda di perkotaan, seakan mengingatkan bahkan menjadi cermin, apakah demikian hidup kita? Diperbudak pekerjaan sampai mengorbankan kesenangan dan kehidupan pribadi?
Repurasi dan karier cemerlang boleh jadi didapatkan, tapi apa artinya hidup kalau pada akhirnya harus menjalani perawatan karena sakit, karena tubuh mulai menolak "dipekerjakan" terus menerus tanpa adanya keseimbangan dengan kesenangan seperti liburan atau bahkan menjalin hubungan lawan jenis yang mungkin melelahkan namun memunculkan kebahagiaan.
Jee sahabat Yoon bahkan akhirnya menjalani tahapan lain hidupnya dengan menikah, dan mengatakan bahwa membangun hubungan memang melelahkan namun membuatnya bahagia. Bahagia yang langka bagi seorang Yoon.Â
Ketika sakit, seperti yang Yoon alami, sebenarnya tubuh memberikan tanda ada masalah yang harus diperbaiki. Sayang, tak semua orang peduli dengan tanda dari tubuh dan merasa dirinya super bisa melampaui segalanya.
Film Heart Attack seperti ingin memberikan peringatan kepada kita, bahwa tubuh tak bisa terus menerus dipaksa bekerja. Bahwa betapa pun kita cinta dan mungkin butuh pekerjaan untuk hidup, tubuh juga punya hak beristirahat dan bersantai. Pikiran juga perlu rehat sejenak dari rutinitas super padat yang dapat menghambat hormon cinta menyebar di tubuh memberikan sensasi berbeda dari biasanya, yang pastinya punya dampak positif bagi si pemilik tubuhnya.
Ada peringatan di film Heart Attack untuk kalangan muda yang terlalu maniak bekerja. Sah saja memilih hidup untuk bekerja namun ada yang perlu diseimbangan sebelum akhirnya kematian mengancam.
Yoon, dalam film Heart Attack, dikisahkan oleh Nawapol sang sutradara berada pada titik paling memprihatinkan ketika akhirnya urinenya mulai berdarah, menunjukkan tubuhnya semakin sakit. Ketika pingsan bahkan mungkin berwada di ambang kematian, baru lah manusia tersadar, banyak hal yang belum sempat dilakukannya untuk merasakan kebahagiaan atau memberikan kebahagiaan kepada orang-orang didekatnya. Harapan untuk kembali mendapatkan kesempatan hidup akhirnya muncul dari seorang yang sebelumnya tak pernah memedulikan tanda tubuhnya untuk berhenti sejenak beristirahat memberi kesempatan pada jiwa dan raga untuk bersantai ala kadarnya.