Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Untuk Apa Hidup? Film Thailand "Heart Attack" Jadi Pengingatnya

20 September 2015   17:53 Diperbarui: 20 September 2015   17:53 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film yang baik, bagi saya, adalah yang membawa pesan pengingat karena manusia kerap lupa. Film adalah sarana tepat pembawa banyak pesan keseharian yang dekat dengan apa pun yang dirasakan penontonnya. Selain tentunya film dapat memberikan hiburan karena ketika kita datang membeli tiket ke bioskop apa lagi tujuannya kalau bukan mencari hiburan melepas bosan atau bahkan lelah penat akibat rutinitas. 

Nah, mendapat kesempatan Komik Nobar film Thailand "Heart Attack" tak ingin saya lewatkan. Tak apa lah sekali ini pulang lebih malam untuk nonton di bioskop meski pikiran tak lepas dari anak untungnya bukan pekerjaan. Ya, saya ingin cari hiburan sejenak melupakan sementara pekerjaan yang menumpuk. Benar saja, film Heart Attack garapan sutradara muda yg kreatif menurut saya, Nawapol Thamrongrattanarit, memang menghibur. Drama komedi romantis ini mengisahkan cinta yang tak picisan. Cinta yang tak gamblang dinyatakan tapi bisa dirasakan dari adegan antara dokter dan pasien. Bagi saya film ini bukan hanya berkisah tentang cinta laki laki dan perempuan tapi juga cinta dalam persahabatan, pertemanan, keluarga, dan pesan utamanya adalah cinta terhadap pekerjaan yang mempertaruhkan makna hidup dan kehidupan. 

Dari menit pertama film ini memang mengisahkan betapa cintanya Yoon seorang freelancer desain grafis yang punya reputasi besar dengan pekerjaannya. Cerita tentang Yoon mengukir prestasi dalam karier dengan tak tidur tiga sampai lima hari mengerjakan editan foto, demi mengejar deadline, dan secara sadar tak sadar membangun reputasinya sebagai pekerja lepas yang bisa diandalkan dengan selalu siap menuntaskan tugas secepat kilat. Tokoh Yoon diperankan dengan sangat alami oleh aktor Thailand Sunny Suwanmethanont. Sunny piawai memainkan peran pekerja freelance yang gila kerja, bisa dibilang tak punya kehidupan, dan "gagap" ketika merasakan cinta kepada dokter muda yang merawatnya akibat kelelahan bekerja. 

Dalam hidup Yoon hanya ada Jee, tokoh yang diperankan Violette Wautier sebagai mitra kerja sekaligus manajer atau agen yang mencarikan Yoon job order sebagai freelancer. Ketika Yoon tak sengaja dipertemukan dengan dokter cantik Imm di rumah sakit umum demi mendapatkan pelayanan kesehatan lebih murah meski menghabiskan waktunya, pria lajang yang hidup bersama komputernya ini pun mati kutu. Kreativitasnya mengolah foto sehingga bisa memuaskan kebutuhan klien, seakan mati ketika dia harus berurusan dengan perasaan.

Kisah Yoon yang rasanya sangat mudah ditemukan dalam kehidupan kalangan urban, profesional muda di perkotaan, seakan mengingatkan bahkan menjadi cermin, apakah demikian hidup kita? Diperbudak pekerjaan sampai mengorbankan kesenangan dan kehidupan pribadi?

Repurasi dan karier cemerlang boleh jadi didapatkan, tapi apa artinya hidup kalau pada akhirnya harus menjalani perawatan karena sakit, karena tubuh mulai menolak "dipekerjakan" terus menerus tanpa adanya keseimbangan dengan kesenangan seperti liburan atau bahkan menjalin hubungan lawan jenis yang mungkin melelahkan namun memunculkan kebahagiaan.

Jee sahabat Yoon bahkan akhirnya menjalani tahapan lain hidupnya dengan menikah, dan mengatakan bahwa membangun hubungan memang melelahkan namun membuatnya bahagia. Bahagia yang langka bagi seorang Yoon. 

Ketika sakit, seperti yang Yoon alami, sebenarnya tubuh memberikan tanda ada masalah yang harus diperbaiki. Sayang, tak semua orang peduli dengan tanda dari tubuh dan merasa dirinya super bisa melampaui segalanya.

Film Heart Attack seperti ingin memberikan peringatan kepada kita, bahwa tubuh tak bisa terus menerus dipaksa bekerja. Bahwa betapa pun kita cinta dan mungkin butuh pekerjaan untuk hidup, tubuh juga punya hak beristirahat dan bersantai. Pikiran juga perlu rehat sejenak dari rutinitas super padat yang dapat menghambat hormon cinta menyebar di tubuh memberikan sensasi berbeda dari biasanya, yang pastinya punya dampak positif bagi si pemilik tubuhnya.

Ada peringatan di film Heart Attack untuk kalangan muda yang terlalu maniak bekerja. Sah saja memilih hidup untuk bekerja namun ada yang perlu diseimbangan sebelum akhirnya kematian mengancam.

Yoon, dalam film Heart Attack, dikisahkan oleh Nawapol sang sutradara berada pada titik paling memprihatinkan ketika akhirnya urinenya mulai berdarah, menunjukkan tubuhnya semakin sakit. Ketika pingsan bahkan mungkin berwada di ambang kematian, baru lah manusia tersadar, banyak hal yang belum sempat dilakukannya untuk merasakan kebahagiaan atau memberikan kebahagiaan kepada orang-orang didekatnya. Harapan untuk kembali mendapatkan kesempatan hidup akhirnya muncul dari seorang yang sebelumnya tak pernah memedulikan tanda tubuhnya untuk berhenti sejenak beristirahat memberi kesempatan pada jiwa dan raga untuk bersantai ala kadarnya.

Beruntung, kesempatan hidup masih datang. Waktunya membayar "utang" setelah sebelumnya waktu habis hanya untuk bekerja. Yoon yang dimunculkan karakternya mewakili para pekerja (terlalu) keras di dunia nyata, akhirnya menemukan kembali tujuan hidupnya, waktu dalam hidupnya, yang bukan semata untuk bekerja bekerja bekerja tapi membaginya merasakan kebahagiaan dengan orang-orang di dekatnya, dengan Jee, dengan Imm yang tak tersampaikan perasaannya, teman-teman, dan ibunya.

Untuk apa hidup? Jawabannya kembali kepada diri kita masing-masing, dan menurut saya, pertanyaan inilah yang diajukan sang sutradara jenius dalam film Heart Attack, lewat kisah Yoon.

Pesan bermakna dari sebuah film Thailand, yang juga menyiratkan banyak pesan lainnya sejak awal masuk bioskop menonton film ini. Saya akhirnya memiliki perspektif lain dari film Thailand yang sebelumnya tak ingin saya tonton lantaran saya terlalu cinta film Indonesia (mendukungnya dengan memilih film Indonesia di bioskop). Ternyata film Korea, Thailand, juga punya karakter khas yang layak menjadi pilihan mencari hiburan bagi para penikmat film. Catatan saya untuk film Thailand lewat Heart Attack adalah, durasi yang terlalu panjang dan adegan yang terkadang membosankan. Namun ada catatan lainnya yang bikin saya iri, sebelum film diputar, begitu banyak tayangan tentang wisata Thailand yang dipromosikan pemerintahnya melalui tayangan iklan yang memanjakan mata dan membuat pikiran melayang untuk ingin mencicipi liburan di Thailand. Bentuk promosi jitu, yang rasanya kurang digarap baik pemerintah Indonesia lewat film karya anak bangsa.

Terima kasih Babeh Helmi yang mengundang Komik untuk nobar Heart Attack. Saya dan rekan kerja jadi punya kosakata baru, kata kerja, yang kerap kami pakai kalau salah satu dari kami terlalu fokus bekerja sampai lupa istirahat, "Awas, jangan sampai Heart Attack!" kata kami saling mengingatkan. Bukan serangan jantung tapi lebih mengingatkan jangan sampai seperti Yoon!

Selamat menonton!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun