Sayur selesai dimasak. Ibu juga sempat membuat teh manis hangat, segelas, untuk diminum berdua oleh Ibu dan Ayah. Termos air panas untuk susu Day juga siap.
Ayah lalu datang, menggendong Day, karena Ibu harus mengirim tulisan, setidaknya satu dari liputan kemarin sore, untuk setoran pagi tadi sebelum berangkat liputan. Ibu berusaha konsentrasi di meja kerja, sementara Ayah temani Day bermain.
Tak lama Ibu Iin, ahli pijat bayi, datang. Setiap hari, selama dua bulan terakhir, Ayah dan Ibu pakai jasa ibu Iin untuk memastikan setidaknya setiap hari Day dua kali dipijat, khususnya bagian kaki dan tangan yang gampang kaku akibat spastis (hypertonia), efek dari lahir prematur dengan pendarahan hebat akibat ibu mengalami plasenta previa. Ibu Iin melakukan tugasnya, memijat Day, kali ini seluruh badan karena sepertinya badan Day kurang fit, mungkin kelelahan karena belakangan ibu sering ajak ikut beraktivitas termasuk liputan. Ibu tenang kalau Day sudah dipijat ibu Iin. Satu lagi hak Day terpenuhi. Meski ibu belum puas karena semestinya Day dipijat tujuh kali sehari sebagai bagian dari ritual terapi di rumah untuk mendukung terapi di klinik setiap Senin dan Sabtu.
Day sudah dipijat, makanan sudah siap, Ayah kembali temani Day. Ibu masih berkutat dengan kertas rilis liputan, catatan di buku dan BlackBerry, menggabungkan beberapa informasi menjadi satu cerita yang utuh, informatif, dan menarik untuk pembaca. Target ibu menulis dua artikel tidak tercapai dan harus menerima hanya bisa mengirim satu artikel saja. Itu pun ibu sambil menghitung menit. Tersisa 15 menit saja untuk ibu bersiap berangkat liputan. Ibu bahkan belum sikat gigi apalagi mandi.
Segera ibu bersiap diri karena ojek langganan ibu siap menjemput pukul 08:00. Ayah sempat bilang, "Tak usah mandi, cuci muka aja." Ibu tak ikuti sarannya, Day. Memilih busana seadanya, berdandan sekenanya, ibu siap berangkat dengan ojek yang sudah menunggu di teras rumah.
Ibu berangkat, pamit ke Day yang menatap curiga akan ditinggalkan lagi oleh ibunya. Ibu cium Day yang mulai menangis. Ayah alihkan perhatian Day menjauh dari ibu. Ibu berangkat.
Dua jam yang sibuk ya Day. Itu belum apa-apa. Ibu datang terlalu pagi di lokasi liputan, mal kesukaan ibu Day, FX Sudirman. Jalan raya pagi ini tak terlalu padat. Ibu menunggu 1,5 jam di lokasi sambil mulai memikirkan rencana tulisan, dan membuat catatan kecil sebelum acara dimulai. Ah, seperti biasa, lama sekali acara dimulai. Ibu sudah memikirkan Day dan Ayah karena ibu harus bisa kembali pulang sebelum Ayah berangkat pukul satu siang.
Acara pun dimulai. Ibu sempat meminta waktu ke narasumber untuk wawancara di awal, dengan topik di luar tema acara, untuk menambah bahan berita. Usaha ibu tak berhasil karena narasumber tak bersedia sepertinya diwawancara sebelum acara dimulai. Ibu bisa saja wawancara setelah acara tapi itu tak jadi pilihan karena prioritas utama adalah segera pulang demi Day.
Biasanya, Day, Ibu tak puas bertanya di sesi tanya jawab saat acara dan masih mencari informasi setelah acara. Kali ini, tak ada yang ibu pikirkan selain Day. Selesai mengajukan tiga pertanyaan, dan mendapatkan jawaban, ibu pulang sebelum acara selesai.
Satu hal yang ibu suka kalau liputan di FX, akses untuk pulang sangat mudah. Cukup ke luar mal, ibu bisa naik bus langsung ke Lebak Bulus, dengan ojek siap menunggu di Lebak Bulus mengantar ibu kembali ke rumah untuk Day.
Ibu menunggu, bus tak juga datang. Ibu berjalan menuju jembatan penyebrangan, mencari alternatif moda transportasi di seberang jalan. Belum sampai ke jembatan penyebrangan, dari jauh ibu melihat bus menuju tempat pemberentian di depan mal. Ibu kembali lagi ke tempat awal menunggu tadi tapi bus sudah jauh meninggalkan halte. Mau tak mau ibu panggil ojek mengejar bus. Berhasil. Di depan Senayan City, ibu naik bus dan tiba di Lebak BUlus 30 menit kemudian. Sambil menunggu ojek yang belum datang, ibu beli makanan di pinggir jalan untuk makan siang. Tak peduli enak atau tidak yang penting kenyang supaya ibu tak kelaparan saat mengasuh Day di rumah nanti.