Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Mendadak Gojek Menjemput Berkah (Jelang Berakhirnya Promo Ceban Ramadhan)

27 Juni 2015   12:59 Diperbarui: 27 Juni 2015   13:05 47167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendadak, Gojek yang identik dengan warna hijau cerah berpadu hitam ada di mana-mana di jalanan ibu kota. Bagi yang belum paham apa itu Gojek, saya berikan referensi di bagian akhir artikel ini. Namun kalau saya diminta menjelaskan apa itu Gojek, saya katakan, Gojek adalah layanan antar jemput berbasis aplikasi Android yang memiliki karakter serupa dengan transaksi online lainnya yakni praktis, cepat, mudah, menyenangkan.

Kenapa menyenangkan? Begini, saya adalah pengguna setia ojek ibu kota untuk berbagai keperluan, selain untuk menyiasati macetnya Jadetabek demi mendapatkan waktu tempuh yang lebih cepat agar dapat segera berkumpul bersama keluarga. Ya, ojek adalah pilihan transportasi di Jadetabek yang paling tepat bagi saya dan orang-orang dengan mobilitas tinggi atau ibu bekerja yang ingin segera pulang ke rumah berganti perannya menjadi pengasuh anak-anaknya. Jadi, apa yang lebih menyenangkan bagi orangtua bekerja selain bisa pulang cepat setelah beraktivitas di luar rumah mengambil alih kembali peran pengasuhan anak setelah ditinggalkan sementara 9-12 jam lamanya.

Gojek, kalau ingin mendefenisikan lebih jauh lagi, dalam perspektif saya adalah inovasi socialpreneur dari seorang pengusaha Nadiem Makarim. Kenapa Socialpreneur? Karena di balik usaha Gojek dengan sistem bagi hasil perolehan keuntungan ini (80 persen untuk tukang ojek dan 20 persen untuk Gojek) ada unsur berbagi keberkahan. Saya menerjemahkan socialpreneur sebagai bisnis (entrepreneurship) dengan misi berbagi, ada kepentingan mencari profit namun si pemilik usaha punya misi moral yang porsinya jauh lebih besar, ingin berbuat sesuatu untuk lingkungannya, komunitasnya, dan mencari bentuk usaha dengan melihat kebutuhan di sekitarnya dan bermanfaat untuk sebanyak mungkin orang. Gojek adalah usaha kategori jasa transportasi yang ingin menjemput rejeki menebar keberkahan.

Saya menyimpulkan demikian bukan tanpa sebab. Terlepas dari gonjang-ganjing Gojek, yang katanya illegal atau apa pun fakta-fakta yang diangkat di berbagai media termasuk tulisan-tulisan warga lewat blognya. Bagi, saya jasa Gojek ini usaha menjemput rejeki. Kalau membaca sekilas sejarah bagaimana Gojek lahir, saya melihatnya sebagai cara seseorang memandang situasi ibu kota dengan kemacetan, pengangguran, pangkalan ojek dengan pengendara bermotor yang pasif menunggu rejeki datang, situasi yang dipikirkan kemudian berubah menjadi peluang menjemput rejeki bahkan berbagi keberkahan bukan hanya untuk tukang ojek, bahkan bagi orang-orang yang berprofesi dengan mengandalkan kendaraan roda duanya.

Berkah bagi saya adalah ketika upaya yang kita lakukan membuka kesempatan untuk orang lain berkembang. Orang-orang yang sebelumnya barangkali kesusahan mendapatkan penghasilan, orang-orang yang sedang mencari jalan lain untuk menjemput rejeki karena mungkin pekerjaannya sekarang tak nyaman (melelahkan dengan sedikit penghasilan), orang-orang yang akhirnya memelajari pengetahuan baru untuk kemudian menjemput rejeki dengan cara Gojek.

Saya lebih ingin bicara nyatanya daripada faktanya. Nyatanya, saya menemukan semua fakta itu lewat interaksi langsung dengan pengendara Gojek. Saya mengenal Gojek sejak lahirnya pada 2011 silam. Sewaktu saya masih menjadi pewarta saya ingin sekali mewawancara pendiri Gojek ini karena saya pikir usahanya kreatif memberikan solusi jasa transportasi. Layak untuk diangkat ceritanya. Sayang, keinginan wawancara tak juga berwujud entah karena apa saya sudah lupa. Bertahun berlalu, saya tak ikuti perkembangan Gojek. Sampai akhirnya suami saya mengatakan Gojek sedang promo hanya bayar Rp 10.000 saja, dan sekarang Gojek sudah bisa dipesan lewat aplikasi Android. Oke, saya hanya mengiyakan namun tak juga menjajalnya. Saya belum perlu, pikir saja. Sampai akhirnya, keadaan memaksa saya menggunakan jasa Gojek karena "ojek pribadi" saya absen antar/jemput. Saya unduh aplikasinya, saya coba pakai jasa Gojek. Kesan pertama saya, simple, informatif, cepat. Hanya dalam hitungan 5-10 menit, pengendara Gojek sudah sms saya menandakan dia sudah tiba menjemput. Oke, saya pakai jasanya, sekali. Karena tak tega hanya membayar Rp 10.000 dengan jarak tempuh sekitar 12 km, saya beri ekstra Rp 10.000.

Berikutnya, keadaan lagi yang memaksa saya memesan Gojek. Tujuannya demi cepat sampai di rumah, tak tahan berlama-lama di luar rumah supaya bisa segera memeluk anak perempuan saya. Mengantarkan saya dari kantor ke rumah, cepat dan praktis, armada tak sulit didapat karena memang kawasan kantor dan tempat tinggal saya strategis dan rute pekerja kantoran pulang pergi setiap harinya. Masih tak tega membayar Rp 10.000 saya berikan ekstra kali ini cukup Rp 5.000 saja. Dari awalnya saya enggan pesan Gojek di era masih menggunakan sambungan telepon, lalu di era aplikasi Android saya pun baru menjajal jasa ini memanfaatkan promo ceban, akhirnya saya ketagihan pakai jasa Gojek. Beberapa kali meski tidak setiap hari, saya selalu order Gojek jika mendadak harus menempuh jarak jauh dalam waktu cepat. Memang tak senyaman naik taksi, tapi bagi saya, kecepatan tiba di tempat tujuan tanpa mengorbankan waktu menyelesaikan pekerjaan di kantor dan rumah, lebih penting. Ojek adalah solusi terbaik untuk kondisi jalanan Jakarta.

Beberapa kali pakai Gojek di masa Promo Ceban, akhirnya saya ingin juga merasakan sensasi hanya bayar Rp 10.000 untuk jarak tempuh maksimal 25 km. Saya tidak pernah menempuh jarak maksimal, hanya separo jarak saja dari batas atas itu. Gojek mengantarkan saya dari rumah ke kantor, dari kantor ke Rumah Sakit tempat saya harus terapi anak dua kali seminggu, dari kantor ke lokasi pertemuan di sana sini, dan sebagainya. Promo Ceban sangat menguntungkan dan bikin hati senang. Kalau konsumen senang, doa yang bakal didapat si penyedia jasanya. Kalau bukan berkah apalagi namanya jika bisa bikin orang lain girang karena bisa berhemat lebih dari 50 persen. Sebagai gambaran, saya biasanya pakai jasa ojek atau Gojek harga normal, dari rumah di kawasan Cipadu Raya ke Palmerah Jakarta Barat, dikenakan biaya Rp 30.000 - 45.000. Dengan Promo Ceban Gojek saya hanya bayar Rp 10.000. Buat ibu bekerja yang mengurus rumah tangga, penghematan ini sangat berarti. Saya bisa menggunakan selisih uang dari biaya ojek untuk makan dua kali di kantor. Lalu uang makan bisa disimpan untuk beli diapers, susu, kebutuhan lainnya. Menyenangkan bukan?

Jujur, hati saya sangat senang. Biasanya saya lebih memilih naik taksi ketimbang ojek karena biayanya tak jauh beda, lebih mahal taksi tapi lebih nyaman dengan selisih biaya Rp 10.000- 20.000. Soal macet dan waktu tempuh yang lebih lama, ya sudahlah risiko berkendara di Jakarta. Tapi dengan Promo Ceban Gojek, saya dibikin senang bukan kepalang.

Promo Ceban Gojek bukan hanya bikin konsumen kegirangan, tapi cara cerdas Nadiem Makarim dan timnya, untuk mengenalkan Gojek. Barangkali masih ada pengguna ojek di luar sana yang belum tahu atau enggan pakai jasa ini karena belum paham. Cara berpromosi yang berani ini juga cara kreatif mengenalkan Gojek ke para tukang ojek yang belum tahu manfaat bekerjasama dengan Nadiem Makarim dan tim. Promo ini sekaligus juga menunjukkan ke masyarakat, hei, ini ada pilihan jasa transportasi yang bisa diandalkan karena teroganisasi dengan baik, namanya Gojek, warnanya hijau, pengendaranya santun (sebagai pribadi dan pengguna jalan), praktis, cepat, aman, boleh lah dicoba untuk jadi alternatif berkendara di ibu kota.

Saya katakan promosi yang berani, karena hanya socialpreneur yang mau mengambil cara ini. Jadi, dari Rp 10.000 yang pengguna Gojek bayarkan, perusahaan (Gojek) membayar ke pengemudi selisih biaya antar/jemput berdasarkan jarak tempuhnya. Dari mana bisa tahu besaran biaya? Semua tertera di sistem aplikasi Android itu. Pengguna Gojek tahu berapa jarak tempuhnya, siapa pengemudinya, bisa tracking armada/pengemudinya, bisa lihat foto dan no kontak pengemudinya, juga bisa beri rating dari pengalamannya berkendara dengan Gojek. Si pengemudi juga bisa melihat berapa total biaya sebenarnya, meski hanya menerima ceban dari penggunanya. Saya pernah diperlihatkan langsung oleh si pengemudi, bahwa selisih itulah yang akan dibayarkan perusahaan kepadanya.

Jadi, cara berani berpromosi ini menguntungkan konsumen, tidak merugikan pengemudi Gojek, lalu di mana keuntungan untuk perusahaan (Gojek)? Itulah socialpreneur, tidak terlalu berpikir profit. Tapi pasti ada benefit dari promo ini, orang lebih kenal Gojek. Dan benar saja, dari pertanyaan saya semalam ke pengemudi Gojek, jika biasanya ia menerima order (dengan harga normal) 7 per hari, dengan promo ini bisa lebih dari 10 order perhari. Keuntungan untuk Gojek? Jumlah order bertambah, orang makin kenal dengan Gojek. Keuntungan bagi pengemudi? Dia bisa meningkatkan pendapatannya. Buat konsumen jangan tanya lagi keuntungannya.

Nah, yang saya katakan Gojek membawa berkah juga didapati dari program promo ini. Kita lihat dari niatan awal promo ini. Saya sendiri mendapat info promo dari email. Ini isinya, saya kutip langsung dari email:

Mulai Senin 8 Juni 2015 sampai awal bulan Ramadhan, GO-JEK akan menjalankan program “CEBAN MENJELANG RAMADHAN” yang bertujuan untuk memastikan 10.000 supir GO-JEK di seluruh Indonesia dapat bersama-sama ikut merasakan dan merayakan indahnya bulan Ramadhan.

"CEBAN MENJELANG RAMADHAN" adalah program tarif datar* Rp 10.000 yang akan dikenakan untuk menggunakan seluruh layanan GO-JEK yaitu Instant Courier, Shopping, Transport dan GO-FOOD. Sesuai dengan nama program ini, CEBAN berarti kamu hanya membayar Rp. 10.000 untuk semua layanan di atas.

Setiap kali kamu menggunakan GO-JEK dan membayar Rp. 10.000, baik di Jakarta, Bandung, ataupun Bali, GO-JEK akan mensubsidi sisa tarif yang seharusnya dibayarkan. Setiap kali kamu melakukan ini, setiap saat itu pula kamu membantu ribuan Driver GO-JEK mengumpulkan uang untuk merayakan Idul Fitri.
 
Ini adalah upaya kami mengapresiasi keluarga besar GO-JEK Indonesia yang telah bekerja keras tanpa lelah melayani konsumen dan menjadikan GO-JEK aplikasi nomor satu di Indonesia.

Marhaban ya Ramadhan, selamat datang bulan suci Ramadhan 1436H.
 
Silakan Anda nilai sendiri pesan dan niatan di balik promo ceban  Gojek ini. Kalau mau menghitung, dari pengalaman pengemudi Gojek yang saya tumpangi semalam, terbukti bahwa penghasilan bisa bertambah. Bukankah mulia jika kita bisa berbagi penghasilan dengan para pengemudi Gojek untuk bisa menikmati Lebaran dengan menabung lebih banyak rejeki dari jasanya mengantar jemput pengguna Gojek? Saya melihatnya sebagai keberkahan untuk kebaikan bersama.

Kendala Gojek
Obrolan soal orderan yang meningkat hanya satu dari sekian keisengan saya bertanya-tanya ke pengemudi Gojek. Sejak pertama kali pakai jasa Gojek, saya tak tahan ingin bertanya. Beruntung bertemu pengemudi Gojek yang dengan senang hati menjawab. Satu pertanyaan bisa dijawab panjang lebar, dan dia pun mau bercerita, interaksi menyenangkan pun terjadi selama berkendara Gojek.

Sekali lagi soal menjemput rejeki dan keberkahan dari Gojek yang saya dapati dari obrolan dengan pengemudinya adalah, inovasi Gojek ini "menyelamatkan" banyak orang. Saya bertemu dengan pengemudi Gojek yang sebelumnya adalah kurir. Menjadi kurir, bisa dibayangkan rasanya di Jabodetabek, dengan jalanan yang tak selalu ramah, konsumen atau mungkin juga perusahaan yang tak selalu menyenangkan, kelelahan di jalanan dengan penghasilan yang katanya tak memuaskan. Si pengemudi ini pun akhirnya menemukan Gojek. Baginya sebuah berkah bisa menjadi bagian dari Gojek. Dia sungguh-sungguh mengatakannya. Saya bisa merasakannnya. Membayangkan bagaimana dia mengantar barang ke sana-sini dengan penghasilan tak seberapa. Terikat dengan perusahaan yang belum tentu bikin nyaman atau memerhatikan kebutuhannya. Terbayang sudah susahnya menjemput rejeki di ibu kota. Memang kita harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan, itu sudah harga mati di ibu kota, kerja sangat keras bahkan harus mengorbankan waktu dan kebersamaan dengan keluarga. Namun jika ada pilihan berpenghasilan dengan cara lebih nyaman, waktu yang fleksibel, penghasilan lebih besar, siapa yang tak mau. Inilah yang kemudian mendasari si pengemudi tadi beralih profesi dari karyawan, kurir, menjadi pengemudi Gojek.

"Saya ogah kalau disuruh balik jadi karyawan, mendingan gini, tidak terikat, penghasilan bisa Rp 4.000.000 bahkan bisa sampai Rp 8.000.000," katanya.

Sampai di sini, saya bisa memahami bagaimana si pengemudi ini begitu bersyukur bisa mengenal Gojek. Dengan jaket dan helm berlabel Gojek, dengan desain apik warna menarik dan tampilan yang rapi, menjadi pengemudi Gojek merupakan profesi yang bisa jadi meningkatkan derajat ojek. Orang pun lebih menghargai apalagi jika si pengemudi terjaga perilakunya (sebagai pribadi maupun pengguna jalan). Gojek juga jadi pilihan sebagian kecil perempuan yang ingin berdaya dengan apa yang dia bisa. Saya pernah berpapasan dengan pengemudi Gojek perempuan, meski tertutup Helm dan Jaket, saya bisa pastikan sepatu dan sarung tangan khas perempuan yang dipakaikan menunjukkan pengemudi Gojek ini adalah perempuan. Saya yakin sebagian perempuan merasa senang dengan adanya pilihan berpenghasilan dari Gojek, karena fleksibilitas waktu yang memungkinkan mereka menjalankan peran lainnya sebagai ibu dari anak-anaknya.

Bagaimana pun senangnya si pengemudi, upaya Nadiem Makarim dan tim memberikan beragam solusi, tetap saja usaha pasti ada kendalanya. Dari obrolan saya dengan pengemudi Gojek yang beralih dari profesi kurirnya, kendala yang paling kentara adalah "perlawanan" dari sebagian kecil pangkalan ojek konvensional.

Soal "perlawanan" ini sudah bisa saya prediksi. Saya pun memikirkan hal itu sejak mengenal Gojek. Bagaimana imbas dari inovasi Gojek ini terhadap ojek konvensional. Tak usah bicara soal legal atau illegalnya ojek di sini. Saya hanya ingin membahas apakah ojek konvensional tidak terganggu dengan kehadiran Gojek?

Si pengemudi menjawab memang ada pangkalan ojek yang bermasalah dengan Gojek, terutama di daerah Kalibata. Pernah ada Gojek yang "diganggu" aktivitasnya, dikira Gojek mangkal padahal hanya menjemput berdasarkan order lewat ponsel pintarnya. Alhasil, para pengemudi Gojek membuat aturan tak tertulis, kalau ingin mengambil order kawasan Kalibata, jangan berhenti persis di satu titik yang agak rawan. Belum sampai terjadi adu fisik, hanya verbal saja, namun ini sudah menjadi kendala tersendiri.

Terlepas dari kendala di jalanan ini, para pengemudi Gojek yang saya tanya, memiliki satu persepsi. Mereka terkesan tidak menganggap kendala ini sebagai ancaman profesinya. Mereka santai saja menanggapinya. Nyatanya, Gojek telah menyambangi pangkalan ojek dengan mengutus Tim Satgas mereka. Tim ini bertugas mengedukasi sekaligus mengajak tukang ojek untuk bergabung bersama Gojek. Artinya sudah ada upaya membuka wawasan memberikan kesempatan untuk merasakan sendiri manfaat bergabung dalam ojek yang terorganisasi mengandalkan aplikasi teknologi. Sebagian merespons banyak yang diam. Mungkin merasa minder tak paham apa itu aplikasi Android dan bagaimana cara mengoperasikannya. Atau ada yang merasa nyaman saja menunggu rejeki datang bukan menjemputnya. Entah apa sebab ada ojek yang menolak ber-Gojek. Nyatanya, sudah ada upaya mengenalkan Gojek secara langsung ke ojek konvensional dan artinya mereka pun tahu keberadaan Gojek ini apa dan bagaimana beroperasinya. Mengenai ada pihak yang tak suka dengan keberadaan Gojek, di pangkalan ojek terutamanya, entah ada apa di baliknya.

Kalau soal biaya ponsel pintar, SIM, dan kebutuhan berkendara lainnya, Gojek sudah memfasilitasi. Ada cicilan untuk membeli ponsel dengan aplikasi Android. Ada juga fasilitas SIM kolektif. Sementara kendaraan roda dua, pakai saja yang ada. Nah, soal motor, ada juga pendapat di masyarakat. Katanya, ada oknum pengemudi Gojek yang "berbohong" saat mendaftarkan diri bergabung dengan Gojek dipakailah motor yang lebih bagus, tampilan atau kualitasnya, demi lulus seleksi, namun ketika sehari-hari beroperasi dipakailah motor lain yang kurang baik kondisinya. Soal ini, saya masih sekadar mendengar gosip saja. Nyatanya, saya yang menggunakan jasa Gojek tidak menemukan kendala kondisi motor tak layak kendara. Jadi, buktikan saja dulu sendiri, bukan dari katanya, jika ingin berbicara.

Saya pikir akan dijemput dengan motor Gojek yang keren ini taunya pesanan orang lain


Ada lagi kendala perilaku pengemudi Gojek sebagai pengguna jalan. Katanya, ada Gojek yang nekat menerobos lampu merah. Entah bagaimana kondisinya, sekali lagi, saya hanya mendengar saja gosip ini. Untuk membuktikan kebenarannya, adalah tugasnya Nadiem Makarim dan tim, lalu memperbaiki perilaku ini jika memang terbukti ada. Tak ada salahnya mengumpulkan seluruh pengemudi dalam Gojek Gathering misalnya, apalagi momennya tepat jelang Lebaran sambil bagi-bagi parcel, untuk memonitor dan mengkomunikasikan kendala perilaku ini. Semestinya ini bisa jadi bahan evaluasi Gojek jika ingin berkembang ke depan dan jika Nadiem Makarim ingin benar-benar dikenal sebagai socialpreneur. Bagi-bagi parcel jelang lebaran ke pengemudi Gojek sambil "mengasuh" para pengemudi agar lebih berhati-hati sebagai pengguna jalan, adalah salah satu ciri socialpreneur kalau mengutip tulisan ini, yakni menjadi problem solver.

Lagi-lagi, nyatanya, saya belum menemukan berbagai kendala yang jadi "gosip" itu selama menggunakan jasa Gojek lebih dari 10 kali selama beberapa minggu terakhir. Saya justru menggunakan salah satu fitur yang bisa menjawab soal perilaku tersebut. Pengguna Gojek bisa memberikan rating untuk pengemudi Gojek yang diordernya. Dari aturan dasar seperti apakah pengemudi Gojek menggunakan jaket atau helmnya atau tidak? Apakah pengemudi Gojek menawarkan penumpangnya penutup kepala dan masker atau tidak? Lalu pengguna Gojek juga bisa merating pengemudi dari keseluruhan pengalamannya berkendara. Artinya, Gojek semestinya bisa memonitor keluhan atau kendala dari fitur ini di aplikasi Gojek. Fakta dari data Gojek bisa menjawab "gosip" perilaku Gojek tadi.

Sekadar catatan, ini adalah tulisan yang murni muncul dari pengalaman pribadi dan keprihatinan saya terhadap adanya kendala di lapangan yang mungkin "mengganggu" Gojek. Saya sudah terlanjur melihat Gojek sebagai salah satu solusi berkendara di ibu kota dan sekitarnya. Saya tidak dibayar Gojek untuk menulis ini. Tulisan ini hanya sekadar testimoni pengguna Gojek, sambil berharap tidak ada lagi gesekan berarti di jalanan dengan hadirnya Gojek. Masing-masing orang punya pilihan menjemput rejeki, tak susah bukan untuk saling menghormati. Lebih baik cari solusi daripada sekadar bicara tanpa arti.

Oya, satu hal. Saya hampir terburu-buru menulis ini mengejar momen bahwa Sabtu, 27 Juni 2015 adalah hari terakhir Promo Ceban Gojek. Saya tersentak saat membaca email ternyata Promo Ceban diperpanjang sampai berakhirnya Ramadhan. Luar biasa, saya bisa berhemat lagi, yah, mudah-mudahan penghematan bisa dialihkan untuk memberi THR lebih ke pengasuh anak, amin. Ini dia pengumuman promonya. Bagi Anda yang masih sangsi, curiga, penasaran, coba sendiri pengalaman jadi Go-Jekers, baru bicara setelahnya.

Promo Ceban Ramadhan Diperpanjang!

Hai GO-JEKERS! Karena tingginya antusiasme dan meriahnya sambutan pelanggan terhadap program apresiasi Driver GO-JEK, bersama ini kami umumkan bahwa promo Ceban Ramadhan diperpanjang lagi sampai tanggal 17 Juli 2015. Kamu dapat terus menikmati tarif datar* Rp 10.000 untuk keempat layanan kami (Transport, Instant Courier, Shopping, dan GO-FOOD) di Jakarta, Bandung, Bali dan Surabaya.

Teruskan berbagi berkah Ramadhan!

*Tarif promo Rp 10.000 tidak berlaku di Jakarta pada saat Rush Hour (Senin-Jumat pk. 07.00-09.00 dan 16.00-19.00)
*Jarak maksimum pemesanan untuk semua layanan adalah 25 KM
*Rp 10.000 tidak termasuk biaya pembelian barang atau makanan

Referensi:
Jasa Gojek
Gojek Bagi Hasil
Gojek dan Ahok
Socialpreneur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun