Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Mendadak Gojek Menjemput Berkah (Jelang Berakhirnya Promo Ceban Ramadhan)

27 Juni 2015   12:59 Diperbarui: 27 Juni 2015   13:05 47167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana pun senangnya si pengemudi, upaya Nadiem Makarim dan tim memberikan beragam solusi, tetap saja usaha pasti ada kendalanya. Dari obrolan saya dengan pengemudi Gojek yang beralih dari profesi kurirnya, kendala yang paling kentara adalah "perlawanan" dari sebagian kecil pangkalan ojek konvensional.

Soal "perlawanan" ini sudah bisa saya prediksi. Saya pun memikirkan hal itu sejak mengenal Gojek. Bagaimana imbas dari inovasi Gojek ini terhadap ojek konvensional. Tak usah bicara soal legal atau illegalnya ojek di sini. Saya hanya ingin membahas apakah ojek konvensional tidak terganggu dengan kehadiran Gojek?

Si pengemudi menjawab memang ada pangkalan ojek yang bermasalah dengan Gojek, terutama di daerah Kalibata. Pernah ada Gojek yang "diganggu" aktivitasnya, dikira Gojek mangkal padahal hanya menjemput berdasarkan order lewat ponsel pintarnya. Alhasil, para pengemudi Gojek membuat aturan tak tertulis, kalau ingin mengambil order kawasan Kalibata, jangan berhenti persis di satu titik yang agak rawan. Belum sampai terjadi adu fisik, hanya verbal saja, namun ini sudah menjadi kendala tersendiri.

Terlepas dari kendala di jalanan ini, para pengemudi Gojek yang saya tanya, memiliki satu persepsi. Mereka terkesan tidak menganggap kendala ini sebagai ancaman profesinya. Mereka santai saja menanggapinya. Nyatanya, Gojek telah menyambangi pangkalan ojek dengan mengutus Tim Satgas mereka. Tim ini bertugas mengedukasi sekaligus mengajak tukang ojek untuk bergabung bersama Gojek. Artinya sudah ada upaya membuka wawasan memberikan kesempatan untuk merasakan sendiri manfaat bergabung dalam ojek yang terorganisasi mengandalkan aplikasi teknologi. Sebagian merespons banyak yang diam. Mungkin merasa minder tak paham apa itu aplikasi Android dan bagaimana cara mengoperasikannya. Atau ada yang merasa nyaman saja menunggu rejeki datang bukan menjemputnya. Entah apa sebab ada ojek yang menolak ber-Gojek. Nyatanya, sudah ada upaya mengenalkan Gojek secara langsung ke ojek konvensional dan artinya mereka pun tahu keberadaan Gojek ini apa dan bagaimana beroperasinya. Mengenai ada pihak yang tak suka dengan keberadaan Gojek, di pangkalan ojek terutamanya, entah ada apa di baliknya.

Kalau soal biaya ponsel pintar, SIM, dan kebutuhan berkendara lainnya, Gojek sudah memfasilitasi. Ada cicilan untuk membeli ponsel dengan aplikasi Android. Ada juga fasilitas SIM kolektif. Sementara kendaraan roda dua, pakai saja yang ada. Nah, soal motor, ada juga pendapat di masyarakat. Katanya, ada oknum pengemudi Gojek yang "berbohong" saat mendaftarkan diri bergabung dengan Gojek dipakailah motor yang lebih bagus, tampilan atau kualitasnya, demi lulus seleksi, namun ketika sehari-hari beroperasi dipakailah motor lain yang kurang baik kondisinya. Soal ini, saya masih sekadar mendengar gosip saja. Nyatanya, saya yang menggunakan jasa Gojek tidak menemukan kendala kondisi motor tak layak kendara. Jadi, buktikan saja dulu sendiri, bukan dari katanya, jika ingin berbicara.

Saya pikir akan dijemput dengan motor Gojek yang keren ini taunya pesanan orang lain


Ada lagi kendala perilaku pengemudi Gojek sebagai pengguna jalan. Katanya, ada Gojek yang nekat menerobos lampu merah. Entah bagaimana kondisinya, sekali lagi, saya hanya mendengar saja gosip ini. Untuk membuktikan kebenarannya, adalah tugasnya Nadiem Makarim dan tim, lalu memperbaiki perilaku ini jika memang terbukti ada. Tak ada salahnya mengumpulkan seluruh pengemudi dalam Gojek Gathering misalnya, apalagi momennya tepat jelang Lebaran sambil bagi-bagi parcel, untuk memonitor dan mengkomunikasikan kendala perilaku ini. Semestinya ini bisa jadi bahan evaluasi Gojek jika ingin berkembang ke depan dan jika Nadiem Makarim ingin benar-benar dikenal sebagai socialpreneur. Bagi-bagi parcel jelang lebaran ke pengemudi Gojek sambil "mengasuh" para pengemudi agar lebih berhati-hati sebagai pengguna jalan, adalah salah satu ciri socialpreneur kalau mengutip tulisan ini, yakni menjadi problem solver.

Lagi-lagi, nyatanya, saya belum menemukan berbagai kendala yang jadi "gosip" itu selama menggunakan jasa Gojek lebih dari 10 kali selama beberapa minggu terakhir. Saya justru menggunakan salah satu fitur yang bisa menjawab soal perilaku tersebut. Pengguna Gojek bisa memberikan rating untuk pengemudi Gojek yang diordernya. Dari aturan dasar seperti apakah pengemudi Gojek menggunakan jaket atau helmnya atau tidak? Apakah pengemudi Gojek menawarkan penumpangnya penutup kepala dan masker atau tidak? Lalu pengguna Gojek juga bisa merating pengemudi dari keseluruhan pengalamannya berkendara. Artinya, Gojek semestinya bisa memonitor keluhan atau kendala dari fitur ini di aplikasi Gojek. Fakta dari data Gojek bisa menjawab "gosip" perilaku Gojek tadi.

Sekadar catatan, ini adalah tulisan yang murni muncul dari pengalaman pribadi dan keprihatinan saya terhadap adanya kendala di lapangan yang mungkin "mengganggu" Gojek. Saya sudah terlanjur melihat Gojek sebagai salah satu solusi berkendara di ibu kota dan sekitarnya. Saya tidak dibayar Gojek untuk menulis ini. Tulisan ini hanya sekadar testimoni pengguna Gojek, sambil berharap tidak ada lagi gesekan berarti di jalanan dengan hadirnya Gojek. Masing-masing orang punya pilihan menjemput rejeki, tak susah bukan untuk saling menghormati. Lebih baik cari solusi daripada sekadar bicara tanpa arti.

Oya, satu hal. Saya hampir terburu-buru menulis ini mengejar momen bahwa Sabtu, 27 Juni 2015 adalah hari terakhir Promo Ceban Gojek. Saya tersentak saat membaca email ternyata Promo Ceban diperpanjang sampai berakhirnya Ramadhan. Luar biasa, saya bisa berhemat lagi, yah, mudah-mudahan penghematan bisa dialihkan untuk memberi THR lebih ke pengasuh anak, amin. Ini dia pengumuman promonya. Bagi Anda yang masih sangsi, curiga, penasaran, coba sendiri pengalaman jadi Go-Jekers, baru bicara setelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun