Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dua Perempuan Pembawa Pesan dari Indonesia Lewat "Fashion Hijab"

14 April 2015   20:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:06 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_360800" align="aligncenter" width="600" caption="Foto: Satto/BloggerCrony"][/caption]

Namanya Franka Semin, akrab dipanggi Chaca. Saya mengenalnya sejak menjadi wartawan majalah komunitas. Kalau dulu Franka bekerja untuk majalah komunitas anak milik Kompas Gramedia, saya bekerja untuk majalah komunitas RC Car yang segmennya lebih kecil dan pemiliknya pun perusahaan kecil. Lima tahun berlalu, saya bertemu lagi dengannya, kali ini saya menyandang status wartawan Kompas Gramedia di sebuah majalah gadget. Dua tahun berlalu, saya kembali dipertemukan dengannya, kali ini dalam bidang yang sama, fashion. Saya wartawan fashion lifestyle Kompas.com, Franka fashion stylist Tabloid Nova. Sampai akhirnya Franka memilih ikut suami ke Turki, meninggalkan Indonesia, kami pun terpisah. Pernah saya katakan padanya, "Kita akan tetap berkontribusi untuk fashion Indonesia, dengan cara kita masing-masing". Benar saja, Franka tentunya lebih dahulu memberikan kontribusinya, lewat Indonesia Fashion Week dan kiprahnya di Turki dan Eropa.

Restu Anggraini, desainer fashion hijab Indonesia. Namanya sudah tak asing karena saya sudah bersentuhan dengan dunia fashion sejak 2010. Di salah satu fashion show atau acara fashion hijab, saya mengenal namanya meski belum mengikuti kiprahnya. Pertemuan atau boleh dikatakan reuni saya dengan Franka di Jakarta dalam acara fashion terbesar IFW 2015 mengantarkan saya kepada Restu dengan brandnya ETU. Bermaksud mendukung Franka yang datang ke Jakarta dan menggelar konferensi pers mengenalkan Modanisa dan A La Hijab, saya pun akhirnya bertemu Restu. Ternyata, Restu tengah bersiap menggelar fashion show di Mercedes Benz Tokyo Fashion Week. Restu adalah satu di antara dua desainer Indonesia yang terpilih mengikuti pagelaran mode di Jepang. Sampai di situ, rasa bangga yang bisa saya sampaikan, dan sebagai bentuk dukungan saya pun menyambut undangannya menghadiri konferensi pers jelang keberangkatannya ke Jepang.

Semua peristiwa, pertemuan saya dengan Franka dan Restu berlangsung akhir Februari hingga awal Maret 2015. Saya pun merasa perlu menuliskan, dua perempuan, teman baik ini, membawa pesan yang mengangkat citra positif Indonesia melalui fashion hijab.

Membangun jejaring mengubah persepsi dunia

Dalam dunia fashion, terutama fashion hijab, stakeholder mode Indonesia sudah membuat blueprint, bahwa Indonesia akan menjadi kiblat fashion muslim Asia dan dunia. Pernyataan ini bukan tanpa alasan. Indonesia punya banyak talenta/desainer fashion hijab berkualitas dan berbakat, sangat kreatif kreasinya tak pernah ada matinya. Ada yang berjalan sendiri dengan tim bisnisnya, ada juga yang bergabung dalam asosiasi untuk bersinergi menyatukan kekuatan. Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia atau APPMI adalah salah satu asosiasi mode yang menurut saya punya perhatian besar terhadap busana muslim. Asosiasi yang memiliki cabang di berbagai daerah, membuat kekuatan fashion muslim menjadi lebih terarah karena apabila mereka berkumpul dalam suatu kegiatan mode, terlihatlah sudah seberapa besar potensi busana muslim Indonesia.

Pekan mode juga terus berkembang di Indonesia. Sebut saja Jakarta Fashion Week, Jakarta Fashion & Food Festival yang menjadi andalan Mal Kelapa Gading, juga yang terbesar Indonesia Fashion Week. Di berbagai ajang inilah fashion hijab Indonesia unjuk gigi dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Ada lagi, Islamic Fashion Festival, yang satu ini punya Malaysia, dan selalu, desainer busana muslim Indonesia mendapat kesempatan unjuk kreasi. Pengalaman saya meliput dua kali kegiatan ini, desainer Indonesia dan karyanya selalu jempolan. Pakaiannya siap pakai dan selalu trendi.

Di dunia fashion hijab Indonesia, kekuatan bukan hanya dimiliki kalangan desainer. UKM, retailer, pengusaha menengah hingga mikro di bidang busana muslim terus menjamur. Lihat saja Pasar Tanah Abang dan kini berkembang Thamrin City, yang menjadi pusat belanja busana muslim dengan pembeli berdatangan dari berbagai daerah bahkan negara, baik end user mau pun reseller.

Busana muslim Indonesia jelas dan terbukti berkembang, dengan bertumbuhnya online shopping dan terus berkembangnya kreasi dan gaya busana muslim atau fashion hijab Indonesia.

Inilah berbagai dasar mengapa Indonesia begitu percaya diri bakal menjadi kiblat fashion muslim dunia, tentunya didukung lagi data bahwa penduduk muslim terbesar ada di Indonesia, dan jumlah perempuan yang menggunakan busana muslim terus bertumbuh. Kesadaran untuk berbusana muslim semakin tinggi, bisa jadi karena juga didukung beragam model busana muslim yang enak dipandang dan bikin sebagian perempuan penggemar mode merasa nyaman mengenakannya karena terlihat gaya namun tetap menaati etiket berbusana tentunya. Saya tidak sedang bicara jilboobs di sini atau sebagian orang yang mengenakan busana muslim hanya sebatas tren.

Dengan berbagai kondisi ini, wajar bila para pelaku fashion hijab Indonesia merasa percaya diri. Namun ternyata, fakta terungkap dari pengalaman Franka menjelajahi Turki dan negara Eropa. Betapa pun kita, WNI yang merasa bangga dengan berkembang pesatnya busana muslim di negeri sendiri, ternyata Indonesia masih menjadi negara terpinggirkan di mata dunia. Mengapa? Indonesia masih dipandang sebelah sisi. Sisi kelam, sisi menakutkan, dengan berbagai konflik dan korupsi juga situasi sosial politik yang negatif dan mendominasi pemberitaan Indonesia di luar negeri. Alhasil, orang-orang di belahan dunia sana, memandang Indonesia negara primitif. "Memang ada yang fashion di Indonesia," kata Franka mengutip persepsi sebagian orang di Eropa kalau Franka sedang mengenalkan Indonesia dan fashion hijabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun