Aturan dibuat untuk mengatur dan mencegah orang-orang nakal yang gemar mengutak atik aturan. Tapi aturan tak sepenuhnya adil dan jujur.
Penyedia jasa penerbangan memang paling ketat menerapkan aturan. Memang baik. Tapi apa iya sepenuhnya baik?
Penyedia jasa penerbangan bikin promo, terbang murah ke berbagai kota. Banyak kalangan menengah yang tergiur olehnya. Maklum, stres pekerjaan di ibukota bikin lebih banyak orang butuh liburan, tapi sebisa mungkin dengan biaya murah termasuk tiket pesawatnya. Saya juga gemar menjelajah program promo jasa penerbangan lewat internet. Meski selalu gagal menemukan harga yang benar-benar murah.
Ciri khas promo jasa penerbangan, atau beli tiket amat murah, adalah waktu beli yang pendek untuk waktu perjalanan jangka panjang. Saking ingin murah, pokoknya yang penting pesan. Perjalanan memang harus direncanakan bukan? Beli tiket pesawat promo yang benar-benar murah jauh hari, ajukan cuti (kadang beli tiket lebih sulit daripada izin cuti, jadi beli tiket dulu, ajukan cuti kemudian), mulai cari penginapan dan memesan, dan siap liburan di tanggal yang sudah direncanakan jauh hari (tanggal liburan menyesuaikan periode program tiket pesawat murah).
Karena ingin murah, dan direncanakan jauh hari, harus siap ambil risikonya. Bagaimana jika saat waktu perjalanan tiba, Anda sakit parah atau mengalami hal-hal yang tak terduga dan tak terencana. Siapa yang bisa menerka kejadian di masa depan? tak ada yang pasti. Atau bahkan, pengajuan cuti Anda tak disetujui. Apa pun bisa terjadi. Jadi, kalau beli tiket pesawat murah, harus siap dengan berbagai risikonya. Termasuk kehilangan uang ratusan ribu karena tak jadi berangkat misalnya.
Niat jujur membeli tiket lewat jalur yang sah (bukan calo tapi lewat teman yang gagal berangkat), bisa juga akhirnya termakan aturan. Aturan dibuat untuk kepentingan penjual bukan pembeli. Kalau Anda gagal berangkat karena JUJUR memang tak bisa berangkat, bukan berniat menjadi CALO lalu menjual tiket ke orang lain dengan harga tinggi, tetap saja yang mungkin dapat untung si penyedia jasa penerbangan. Pembenarannya selalu saja aturan.
Bagaimana jika kasusnya seperti ini, pembeli tiket tak jadi berangkat karena orang terdekatnya meninggal. Lalu ia menjual tiket ke orang lain yang punya tujuan sama, liburan ke tempat yang sama. Sah bukan? aturan pun membolehkan, tapi memang ada syaratnya, pembeli tiket harus mengganti nama, dengan tambahan biaya. Tapi kalau tambah biaya, harga tiket tak lagi murah.
Enam jam sebelum berangkat bisa ganti nama dengan tambah biaya. Tentu saja. Ini aturan yang dibuat si penyedia jasa penerbangan, yaaa, boleh lah sedikit menarik keuntungan dari "bencana" yang dialami pelanggannya. Mau murah siap terima risiko apa adanya, mungkin itu kata lain dari aturan yang dibuat untuk mengenyangkan perut penyedia jasa penerbangan.
Tapi demi liburan dengan biaya murah, banyak orang yang "mencari kesempatan" yang kadang dilihat sebagai keberuntungan (karena bisa dapat tiket murah). Satu dari seribu orang berhasil melewati "kesempatan ini". Caranya, beli tiket dari calon penumpang yang terpaksa gagal berangkat. Lalu bawa KTP atau kartu identitas asli dari si pelanggan yang gagal berangkat. Jangan sekali-kali membawa fotocopy kartu identitasnya. Karena ATURAN akan menjegal KEJUJURAN Anda.
Ini nyata, ada dua orang yang membeli tiket dari dua orang kenalannya yang tak jadi berangkat. Satu orang membawa KTP asli kenalannya tadi, satu orang lagi hanya membawa fotocopyKTP.
Karena hanya membawa fotocopy KTP, satu orang dipertanyakan, diminta tanda tangan di atas kertas sesuai KTP. Lantaran ia membawa KTP kenalan, dan tak bisa tanda tangan sesuai KTP, ia terdesak dan jujur mengakui ia menggantikan teman yang tak bisa berangkat. Fotocopy KTP pun disobek di depan mata, tanpa basa basi, petugas memintanya beli tiket lagi. Harga tiket normal untuk hari itu, ke tujuan yang sama, lebih dari empat kali lipat lebih tinggi dari harga promo. Singkat cerita, satu orang gagal berangkat.
ATURANNYA:"Tidak boleh digantikan ini sudah peraturan pemerintah. bisa digantikan tapi lapor dan bayar biaya penggantian nama" begitulah kira kira aturannya. Dua orang ini, JUJUR membeli tiket dari orang yang terkena "bencana" gagal berangkat, artinya tidak menggunakan CALO TIKET yang mungkin "DITAKUTI" ATURAN-ATURAN tadi.
Tapi, anehnya, satu orang lagi, yang membawa KTP asli temannya, lolos berangkat. Kalau mau JUJUR, satu orang itu juga tidak mengganti namanya, tidak membayar biaya penggantian nama, cuma bawa kartu identitas asli temannya, itu saja bedanya. Jadi ATURAN pun tidak JUJUR.
Satu orang yang "KURANG BERUNTUNG" pun gigit jari, beli tiket lagi di airline berbeda yang menawarkan harga normal lebih murah, dua kali lipat dari harga tiket promo yang hangus tanpa bekas.
Terbang murah ke segala tujuan memang benar-benar mimpi. Terutama bagi mereka yang harus berhemat dengan uang tapi juga ingin menikmati liburan. Kalau pun terbang murah nyatanya ada, tetap saja perlu berhati-hati terjebak ATURAN yang tak sepenuhnya BENAR dan JUJUR.
Dan satu lagi, bisa terbang dengan tiket murah, tapi BUTUH KEBERUNTUNGAN. Kalau merasa tak beruntung dan merasa tak benar, sebaiknya JANGAN MEMBELI TIKET MURAH dari PIHAK KETIGA. Atau, jangan membeli tiket pesawat promo yang murah dan menggiurkan jika merasa tak beruntung, hahaha, yang terakhir ini bukan saran loh yaaa hanya kegusaran sekaligus pertanyaan besar terhadap penerapan ATURAN yang sok jujur dari penyedia jasa penerbangan yang kerapkali heboh dengan promo tiket murah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H