Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cerita Ibu: Dilema Ibu Bekerja

26 September 2014   23:20 Diperbarui: 25 Juli 2015   16:48 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu saat kamu jadi ibu, Dahayu, anakku, ibu berdoa: saat dewasa nanti kamu bekerja, menjadi pribadi kreatif bermanfaat yang bisa diandalkan, berdaya untuk diri sendiri dan orang lain, mampu memberi bersedia menerima, menikmati setiap tahapan hidup dan selalu mensyukurinya, hidup bahagia dengan kesuksesan yang mencerdaskan dirimu dan orang-orang disekitarmu.

Nak, begitu kamu menjalani kesuksesan itu, semoga tak harus menunggu lama terwujudnya, dan kamu siap menjadi ibu, ibu berdoa kamu akan menjadi ibu yang lebih mudah menjalani dilema ibu bekerja. Semoga kemudahan selalu menyertai tahapan dalam hidupmu, Nak.

Ingatlah, setiap ibu bekerja pasti akan merasakan dilema. Jangan pernah takut apalagi menjadi lemah saat menjalaninya. Jadilah perempuan kuat yang menjalaninya dengan kebesaran hati dan selalu tersenyum menjalani setiap tantangannya. Itulah yang ibu berusaha lakukan saat ini. Semangat itu yang ibu tanamkan dalam diri. Ibu mencari sendiri semangat itu Nak. Tuhan maha baik masih setia memelihara ibu memberi petunjuk itu. Padahal ibu banyak melanggarNya. Semoga Tuhan juga selalu mendampingimu Nak.

Dahayu, menjadi ibu bekerja tak mudah. Banyak tantangan bahkan cibiran. Tantangan itu indah, bagaimana kamu harus cerdas membagi perhatian, waktu, tenaga untuk bisa menjalani berbagai peran yang melekat dalam dirimu sebagai perempuan. Cibiran yang terkadang melemahkan diri.

Percaya sama ibu. Kalau ada yang bilang kamu selalu menjadi alasan ibu untuk mendapatkan kemudahan dalam bekerja, "anak jadi excuse yang pengaruhi kinerja dan profesional kerja", jangan pernah percaya itu. Dahayu enggak pernah ibu jadikan alasan untuk mangkir dari tanggung jawab kerja. Meski tetap saja ada yang berpendapat demikian karena mereka enggak tahu bagaimana rasanya menjadi saya. Mereka tak mengenal ibumu Day, tapi mereka dengan percaya dirinya menghakimi dengan persepsi yang mereka ciptakan dan simpulkan sendiri.

Day, dalam perjalanan hidup, akan banyak bertemu dengan manusia seperti ini. Jangan takut jangan menyerah. Pahami saja mereka supaya apa pun yang mereka katakan, mereka lakukan, takkan pernah membuatmu merasa jengkel. Pahami bahwa memang ada orang-orang seperti ini yang justru akan membantumu bertambah kaya, kaya hati, kaya iman, kaya kekuatan. Karena kekuatanmu sebagai pribadi yang cerdas seutuhnya semakin bertambah berkat orang-orang seperti ini.

Day, ingatlah selalu, Ibu hanya ingin bersamamu sambil tetap menjalani peran ibu sebagai pekerja. Hal inilah yang bagi sebagian orang dianggap sebagai pelanggaran profesionalisme. Ibu dulu pernah mengalaminya di tempat kerja. Betapa pun ibu berusaha menyeimbangkan peran ganda, betapa pun ibu punya dasar mengapa bisa mendapatkan kemudahan bekerja di rumah misalnya, ada saja orang-orang yang menganggap ibu tidak profesional.

Jangan sedih ya Day. Sekali lagi, ibu tak pernah menjadikan kamu alasan. Ibu tahu apa yang harus ibu lakukan. Ibu berusaha menjaga kepercayaan dan profesionalisme, sambil tetap bisa merawatmu Nak. Ibu menahan air mata menulis ini. Tapi Day, jangan sedih ya, tersenyumlah Nak. Ini adalah perjalanan ibu. Mungkin ibu bekerja lainnya pernah mengalami ini. Mungkin lebih sulit dari ini. Mungkin kamu akan mengalami juga tapi ibu berdoa kamu lebih kuat dan lebih hebat dari ibu menjalani tantangan semacam ini. Berpikirlah positif, Anakku, setiap kali mengalami tantangan semacam ini. Kalau ibu tak mengalami hal semacam ini takkan ada cerita ini, takkan ada pembelajaran berharga untuk kita.

Dahayu, anakku, ibu titip pesan. Hargailah setiap ibu bekerja dengan ketulusan. Berempatilah kepada mereka, empati sesungguhnya, bukan mencatut kata empati untuk memberikan dukungan palsu. Kalau bisa, berbuatlah sesuatu yang membantu mendukung para ibu bekerja. Mereka adalah orang hebat yang layak mendapatkan kesempatan sama untuk berkembang. Mereka pejuang sejati, untuk anaknya, untuk keluarganya, untuk dirinya. Jangan pernah menghakimi ibu bekerja. Tegur kalau memang salah, ajak bicara kalau memang mereka salah melangkah, perlakukan mereka dengan layak karena hidup mereka sudah terlalu berat jika masih ditambah masalah baru. Gembirakan hati mereka bukan memancing emosi apalagi membuat mereka bersedih. Mereka adalah ibu. Ibu yang berjuang untuk anaknya juga dirinya.

Jangan sampai keluar dari mulutmu Nak, "Kalau memilih hamil dan punya anak, dan tetap menjadi pekerja, kehamilan dan anak bukan jadi excuse untuk enggak ngantor, untuk izin kerja, untuk diperlakukan beda dengan pekerja lainnya yang tidak hamil, tidak punya anak, lajang yang belum menikah, profesional aja lah, jangan karena hamil atau punya anak bisa enak sendiri kerja di rumah, sering izin ini itu."

Ini sama menyakitkannya dengan kisah perempuan muda yang komentar soal ibu hamil di kereta. Ada yang dengan entengnya berkata,"aduh ini ibu hamil,dah tau lagi hamil kereta uudah penuh masih maksa naik, ya kalau harus berdiri salah sendiri, jangan berharap ada yang mau kasih duduk." Komentar jahat yang membuatnya dibully di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun