[caption id="attachment_331443" align="aligncenter" width="600" caption="Kabinet Kerja Jokowi-JK/Tribun-Danny Permana"][/caption]
Setelah pengumuman jajaran menteri, perhatian masyarakat pun tercurah ke pelantikan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sebelumnya, dari tayangan ulang di layar kaca, menteri perempuan menjadi perhatian saya ketika Presiden Jokowi memanggil satu persatu menterinya. Selain cara perkenalan, baju putih seragam yang dikenakan, menteri perempuan tak lepas dari pandangan. Saya menaruh perhatian besar sekaligus harapan kepada mereka.
Banyak yang beda, baru, dan menyegarkan beraroma gairah muda di pemilihan menteri periode 2014-2019 kali ini. Namun saya tak ingin membahas perkara politik. Bukan bidang saya kalau soal itu dan kalah jago analisisnya dengan kawan Kompasianer lainnya.
Saya tergelitik mencermati gaya kepemimpinan hingga gaya busana hingga gaya rambut atau secara keseluruhan bicara penampilan.
Sederhana dan meninggalkan imej ibu pejabat, itu kesan utama yang saya tangkap dari penampilan orang-orang hebat bertitel doktor, insinyur, pengusaha sukses di jajaran menteri perempuan kali ini. Gaya profesional pekerja keras lebih menonjol lebih mengandalkan otak dan prestasi ketimbang gaya-gayaan atau makna simbolis lainya yang kerap dikedepankan pejabat terpilih saat pelantikan. Ah, saya jadi ingat tulisan saya tentang gaya orang kaya baru dan gaya orang kaya sejak dulu. Barangkali para menteri ini adalah jajaran orang kaya sejak dulu yang tak perlu bantuan benda apa pun yang dilekatkan di tubuhnya untuk sekadar menunjukkan statusnya, siapa dirinya.
Masyarakat jadi tahu sekilas siapa para menteri yang berpenampilan sederhana itu lewat perkenalan singkat ala Presiden Jokowi saat mengumumkan partner kerjanya Minggu sore (26/10/2014). Para menteri ini pun kemudian dikenal sebagai sosok yang kaya pengalaman dan orang berilmu tinggi. Tak terkecuali para menteri perempuannya.
Sebagai warga negara biasa, bagian dari kalangan awam, saya merasa bangga dan semestinya kita patut berbangga dengan terpilihnya para perempuan hebat ini. Saya pribadi merasa punya role model dengan hadirnya delapan menteri perempuan yang punya perjalanan dan kisah masing-masing, kisah yang berbeda tapi punya ciri khas sama, yakni berpengalaman, berilmu, profesional, dan berpenampilan sederhana jauh meninggalkan imej pejabat dari gayaya berpenampilan di sebuah acara pelantikan.
Lagi-lagi, lewat layar kaca, kali ini saya menonton siaran langsung jelang pelantikan Kabinet Kerja. Sejumlah nama menjadi sorotan media karena mereka adalah bagian dari sejarah pemerintahan Indonesia. Sebut saja Menteri Luar Negeri perempuan pertama di Indonesia,Retno Lestari. Juga menteri perempuan asal Papua yang menunjukkan bagaimana perempuan dari daerah bisa menembus kesulitan dan mampu berkiprah hingga menjadi menteri, dialah Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Yohana Yembise yang menjadi bukti kerja keras perempuan Indonesia.
Saya ingin bicara soal kerja keras yang berkali-kali disebutkan Jokowi saat mengenalkan menterinya. Tapi tunggu dulu, saya ingin bicara soal gaya penampilan para menteri perempuan ini. Sudah cerdas, berprestasi, para perempuan ini berani mendobrak imej pejabat wanita soal gaya penampilan. Kalau soal busana apa lagi mau dikata, Presiden Jokowi memberikan syarat dresscode pelantikan busana batik. Seragam lah semua menteri pakai batik. Pria tak pakai jas, wanitanya tak sibuk bikin kebaya apalagi bersanggul ria.
Batik, sederhana saja busananya. Sebenarnya sih busana batik untuk perempuan bisa diterjemahkan dengan banyak pilihan gaya. Ada gaun batik, ada blazer batik, macam-macam modelnya untuk busana perempuan harganya pun bisa mencapai jutaan. Belum lagi kalau batik tulis yang dipakai.
Namun yang saya lihat sekilas Menlu dan Menteri PPPA mengenakan atasan batik sederhana. Ibu Yohana pakai batik khas Papua dengan cutting leher bersentuhan modern. Ibu Retno lebih sederhana telihatnya. Saya tak tahu ya yang dikenakannya batik tulis bernilai tinggi atau bukan.
Saya melihat pilihan gaya ini bukan dari kacamata kritikus fashion yang mungkin akan menilai, duh gayanya terlampau sederhana, padahal kan mereka menteri, banyak loh gaya busana batik untuk wanita yang lebih elegan. Saya justru melihat, pilihan busana para menteri perempuan menunjukkan bahwa kerja dan kinerja lebih penting ketimbang gaya.
Soal tata rambut, ini juga sangat sederhana. Ibu Menlu membiarkan rambut pendeknya tampil apa adanya, barangkali hanya disisir saja tanpa perlu ke salon untuk dibuatkan style tertentu oleh penata rambut ternama. Riasan wajah pun tipis saja bahkan mungkin hanya mengaplikasikan lipstik warna natural karena tak terlihat niat berdandan untuk pelantikan.
[caption id="attachment_331444" align="aligncenter" width="640" caption="Menlu, Retno LP Marsoedi"]
Begitu pun ibu profesor asal Papua, ia biarkan rambutnya diikat sederhana tanpa ada sasak rambut atau konde khas ibu pejabat. Ah, sederhana sekali para perempuan berilmu ini.
[caption id="attachment_331445" align="aligncenter" width="640" caption="Menteri PPPA, Yohana Yembise"]
Sungguh, bagi saya, mereka adalah contoh perempuan yang berkiprah dengan segala kemampuannya, pemikirannya, pandangannya akan lebih dibutuhkan ketimbang tampil gaya bak pejabat yang tak punya ide apa-apa dalam kepalanya untuk berbuat sesuatu demi kemajuan bangsa dengan bekal ilmu dan pengalaman yang dimilikinya.
Saya jadi teringat kata Khofifah saat diwawancara Metro TV by phone sebelum berangkat menuju istana untuk pelantikan. Katanya, begitu mendapatkan amanah menjadi Mensos, sudah terbayang di kepalanya kaum miskin, kaum dhuafa, orang-orang yang menjadi sasaran programnya nanti. Apa programnya? Seperti para menteri Kabinet Kerja lainnya, Khofifah tak menjawab karena menunggu arahan Presiden dalam rapat kabinet usai pelantikan.
Para menteri perempuan Kabinet Kerja, meski beberapa ada yang mengkritik pedas, tajam, mungkin juga nyinyir, saya hanya memandang keberadaan mereka dari kacamata sederhana, sesederhana penampilan mereka. Saya sudah cukup bersyukur, pemerintahan kali ini memberi lebih banyak porsi untuk kepemimpinan perempuan. Satu Menko dan tujuh menteri perempuan. Luar biasa. Sebuah pembuktian bahwa pemimpin negeri ini mengangkat harkat martabat perempuan, mau mendengarkan suara perempuan, dan lebih hebatnya mempercayakan perempuan dalam kepemimpinan.
Dari total 34 menteri, 19 di antaranya kaum profesional dengan jumlah politisi 13, saya menaruh harapan lebih kepada pemimpin perempuan. Presiden Jokowi berkali-kali mengulang kata"Pekerja Keras" saat mengenalkan menteri perempuannya. Seharian ini, Kompasianer pun banyak mengulas profil para menteri wanita ini, positif dan negatifnya. Namun saya percaya apa kata Presiden saya bahwa mereka adalah pekerja keras dan layak terpilih sebagai menteri.
Segar rasanya melihat wajah menteri perempuan ini di layar kaca. Semoga mereka bisa membuat Indonesia menjadi lebih cepat bergerak dengan kerja, kerja, kerja. Sejak awal diperkenalkan, bagi saya, mereka sudah membawa aura menyegarkan dengan berbekal ilmu dan keahlian yang tak perlu diragukan. Lagipula, bisa apa sih kita dibandingkan mereka? Jadi, biarkan saja mereka melakukan kerjanya, membuktikan bahwa Pak Presiden tak salah memilihnya.
Jujur, dengan bangga, saya ingin sekali lagi menyebutkan delapan menteri perempuan di Kabinet Kerja Jokowi-JK:
Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti (wirausaha, pekerja keras, banyak terobosan >> kata Presiden Jokowi memperkenalkan)
Menlu: Retno Lestari (Dubes di Belanda, Menlu perempuan pertama di Indonesia >> juga kata Presiden Jokowi)
Mensos: Khofifah Indar Parawansa (tokoh gerakan perempuan NU dan pernah menjadi menteri >> perkenalan singkat Presiden Jokowi)
Menteri BUMN: Rini Soemarno (Pekerja keras, Ketua Tim Transisi, pernah jadi menteri >> lagi-lagi kata Presiden Jokowi)
Menteri Lingkungan dan Kehutanan: Siti Nurbaya (Doktor, pekerja keras, sekjen kementerian dalam negeri, ketua DPP Nasdem >> sebut Presiden Jokowi)
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Puan Maharani (Politisi, panglima politik 2014 >> mengutip Presiden Jokowi)
Menkes: Nila F Moeloek (Dokter utusan khusus Indonesia untuk MDGS >> masih kata Pak Presiden)
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Yohana Yembise (Profesor, guru besar perempuan pertama dari Papua >> masih mengutip kata Presiden)
Satu lagi yang perlu dicatat dalam Kabinet Kerja (kali ini mengutip Kompas.com) Berikut 19 orang profesional dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK:
1. Menteri Sekretaris Negara: Pratikno
2. Kepala Bappenas: Andrinof Chaniago
3. Menteri Koordinator Kemaritiman: Indroyono Soesilo
4. Menteri Koordinator Perekonomian: Sofyan Djalil
5. Menteri Perhubungan: Ignasius Jonan
6. Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti
7. Menteri Pariwisata: Arief Yahya
8. Menteri ESDM: Sudirman Said
9. Menteri Luar Negeri: Retno Lestari Priansari Marsudi
10. Menteri Pertahanan: Ryamizard Ryacudu
11. Menteri Komunikasi dan Informatika: Rudiantara
12. Menteri Keuangan: Bambang Brodjonegoro
13. Menteri Perdagangan: Rahmat Gobel
14. Menteri Pertanian: Amran Sulaiman
15. Menteri PU dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadimuljono
16. Menteri Kesehatan: Nila F Moeloek
17. Menteri Wanita: Yohanan Yambise
18. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah: Anies Baswedan
19. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi: M Nasir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H