[caption id="attachment_333209" align="aligncenter" width="600" caption="Sharing KPK Gerebek Sweet & Salty di De Himalayan (Sumber Foto: Mas Lahab)"][/caption]
Cerita KPK (Kompasianer Penggila Kuliner) kali ini terasa istimewa. Untuk kelima kalinya, komunitas blogger Kompasiana yang dipersatukan karena kuliner ini bersilaturahim dalam sebuah offline event yang diberi judul KPK Gerebek. Selasa, 4 November, saya memenuhi janji mendatangkan 15 Kompasianer ke salah satu gerai partner produk cokelat Belgia di Jakarta Selatan.
Pukul 16:00 saya tiba di sebuah galeri seni yang artistik bergaya modern merangkap kafe di Jalan Wijaya Kusuma, de Himalayan Art Gallery & Bistro namanya, berlokasi 500 meter dari RS Fatmawati. Lokasi detilnya, di Jl Wijaya Kusuma No 16, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Demikian petunjuk arah yang saya terima dari si pengundang, pemilik brand cokelat Belgia bermerek Sweet&Salty, Sabrina Yasmin.
KPK Gerebek (5) Sweet&Salty, itulah judul kegiatan kali ini. Saya berusaha tiba on time, namun ternyata tak berhasil jadi orang pertama yang menginjakkan kaki di tempat artistik ini. Peserta yang juga admin KPK, Rahab Ganendra telah lebih dahulu tiba. Kami bersalaman di teras galeri. Rupanya penggila kuliner ini baru saja mengusir dahaga dengan meneguk minuman di warung soto mie.
[caption id="attachment_333215" align="aligncenter" width="600" caption="Welcome Banner di De Himalayan...kereeeen (Foto Pribadi)"]
Mata saya kemudian tertuju pada satu pemandangan menyejukkan yang menyambut hangat peserta KPK Gerebek. Banner bertuliskan "Selamat Datang Blogger Kompas di Gerebek Sweet & Salty Belgian Home Made Chocolate" terpasang dengan cantiknya. Saya menebar senyum dan bangga sekaligus bergumam, "waaah responsnya luar biasa." Sayang ada kesalahan teknis penulisan, Blogger Kompasiana semestinya. Bukan apa-apa, saya khawatir mispersepsi jika orang awam membaca sekilas tulisan tersebut. Saya pun menyampaikannya ke pihak pengundang, sekadar ingin menjelaskan lagi perihal Kompasiana.
Membuka pintu galeri ini, saya sudah antusias dengan desain ruangan yang unik dan memanjakan mata. Mungkin karena saya satu selera dengan desainernya. Sosok perempuan muda, cantik, ramah membantu membukakan pintu menunjukkan kehangatannya. Saya menyapa dan mengatakan ingin bertemu Sabrina. Kami pun berkenalan, dan perempuan inilah Sabrina. Meski baru sekali bertemu langsung, kami pun bertegur sapa akrab dan hangat.
Menuju ruangan tengah, di salah satu kursi berdesain unik berkarakter dan meja jati besar di bagian utama bistro ini duduk manis peserta lainnya, mbak Endang. Ada yang lebih on time ternyata. Berbaurlah kami, termasuk Sabrina yang dengan keramahannya menjawab segala pertanyaan saya sekadar ingin menggali sedikit seluk beluk dirinya dan pasangannya, Luc (ekpatriat asal Belgia), untuk mempersiapkan diri sebelum memulai sesi sharing yang dijadwalkan mulai pukul 16.30.
[caption id="attachment_333280" align="aligncenter" width="600" caption="De Himalayan dengan desain unik nan keren (Dok Pribadi)"]
Menunggu peserta lain hadir, percakapan hangat bak keluarga yang sedang berkumpul masih terus berlanjut. Tak terasa, waktu hampir menunjukkan pukul 17:00 dan saya pun memutuskan memulai acara.
Sabrina dan Luc pun mulai berbagi cerita. Sebagai pembuka, saya perkenalkan Sabrina dan Luc, sebagai pasangan menikah yang telah lama tinggal di Belgia dan membuka usaha restoran di sana. Hingga akhirnya, keduanya memutuskan menjual restoran di Belgia, demi kembali ke Indonesia.