[caption id="attachment_389161" align="aligncenter" width="600" caption="DokPri"][/caption]
Tahun baru 2015, tepatnya 2 Januari, hari berkesan untuk saya. Saat sebagian orang cuti dan berlibur sepekan sebelum pergantian tahun, saya justru berlibur di hari kedua tahun baru. Melanjutkan libur 1 Januari. Hari Jumat ini saya pilih untuk bisa menyerahkan seluruh waktu untuk si kecil berusia 1 tahun 10 bulan. Dia pun begitu sumringah mendapati ibunya selalu terlihat di depan matanya dua hari belakangan.
Kesan lain di hari yang sama saya dapat dari Kompasianer Tjiptadinata Effendi dan Helena Roselina Effendi yang merayakan HUT pernikahan emas ke-50 di Jakarta. Meski tinggal di Sydney, Australia, Pak Tjip dan Ibu Rosi memilih merayakan hari istimewa bersama keluarga dan kerabat di Jakarta, tepatnya di Hotel Jayakarta, Hayam Wuruk.
Saya beruntung mengenalnya dan mendapat undangan di hari berkesan itu. Mengesankan karena pasangan ini telah menempuh perjalanan panjang bersama, mengarungi pernikahan, hingga menikmati indahnya kebersamaan 50 tahun lamanya dan seterusnya.
[caption id="attachment_389165" align="aligncenter" width="600" caption="DokPri"]
Bagi saya, pasangan ini sangat menginspirasi. Saya yang baru enam tahun menjalani pernikahan, mendapatkan role model darinya. Membayangkan, nanti, puluhan tahun ke depan, saya dan suami bisa menikmati kebersamaan seperti mereka, adalah anugerah. Di usia yang tak lagi muda, pasangan ini masih menunjukkan semangat mudanya. bepergian berduaan ke mana saja mereka suka. Menikmati masa pensiun dengan pasangan sehobi (hobi traveling dan menulis dalam penglihatan saya). Indahnya.
Menjaga kebersamaan 50 tahun lamanya, saya tak bisa membayangkan, pelajaran apa saja yang bisa pasangan muda seperti saya bisa gali dari keduanya. Sayang saya tak pernah punya kesempatan mengobrol lama. Mudah-mudahan, suatu waktu, bisa "berguru" kepada Bapak Ibu Effendi, bagaimana menjaga keharmonisan keluarga.
Yang saya pelajari setelah bertemu tiga kali dengan keduanya adalah, pasangan ini begitu kompak dan bugar. Kuat fisik sudah pasti karena setelah menghadiri Kompasianival 2014 di TMII Jakarta, pasangan ini merancang perjalanan keliling Indonesia. Cerita perjalanan mereka pun ditulis di Kompasiana. Berwisata sekaligus bersilaturahim dengan kerabat yang mungkin ada di setiap kota yang mereka kunjungi. Saya menyimpulkan saja sendiri, sepertinya keduanya punya banyak teman dan menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang dikenalnya apalagi yang memang bersahabat dengan pasangan ini. Bapak Ibu Effendi yang saya kenal memang menghormati kenalannya, lintas usia, lintas suku dan agama.
Suatu hari saya bertemu keduanya di depan kantor Kompasiana, mereka sedang menunggu taksi. Keduanya ingin pulang ke apartemen di Kemayoran setelah memberi selamat ultah ke kang Pepih Nugraha. Tak hanya kata selamat yang disampaikan, keduanya membawakan kue ultah ke Kang Pepih yang dinikmati bersama tim Kompasiana. Obrolan singkat di pinggir jalan dengan Bapak Ibu Effendi saya syukuri sebagai nikmat pertemanan dengan pasangan inspiratif ini. Saya terkesan dengan keduanya dan lebih berkesan karena Pak Tjip memastikan apakah saya menerima oleh-oleh dari Australia? Saya bilang menerimanya. Namun seperti tak puas Pak Tjip merogoh kantongnya dan memberikan koin 1 dollar australia. Sederhana. Namun ini adalah bentuk perhatian tulus seorang teman. Saya menghargainya dan menerimanya, bahkan menyimpan koin yang saya sebut koin keburuntungan. Semoga saya seberuntung mereka bisa menikmati hari tua bersama pasangan, setia, harmonis, dan meluangkan waktu bersama menjalani hobi menulis dan berwisata.
[caption id="attachment_389166" align="aligncenter" width="600" caption="Koin pertemanan pemberian Pak Tjip"]
[caption id="attachment_389181" align="aligncenter" width="600" caption="Kue Ultah ke-50 Kang Pepih Pemberian Pak Tjip Ibu Rosi"]