Film ini mengisahkan guru (Pendekar Cempaka) yang mewarisi Tongkat Emas dan Jurus Tongkat Emas Melingkar Bumi kepada murid (pendekar) pilihan dari padepokan Tongkat Emas. Ada murid senior dan junior di padepokan sederhana itu. Tak disangka, warisan ilmu diberikan kepada murid muda, Pendekar Dara (Eva Celia) yang didampingi Pendekar Angin (pendatang baru, Aria Kusumah). Keputusan ini mengawali perselisihan di perguruan. Pasalnya, si senior, Pendekar Biru (Reza Rahardian) dan Pendekar Gerhana (Tara Basro yang ternyata adalah Gadis Sampul) merasa layak menerima amanah itu. Mereka pun bersekongkol untuk merebut Tongkat Emas dari Dara dan membunuh gurunya.
Perseteruan guru-murid dan antarmurid ini pun membawa banyak pesan mendalam. Satu dialog yang sangat berkesan bagi saya adalah kata-kata Angin yang sejak awal dalam film tersebut diperankan sebagai anak bisu. Jelang kematiannya, untuk melindungi Dara, Angin mengucapkan kata-kata dahsyat sebagai bentuk perlawanannya terhadap senior yang haus kekuasaan.
"Jiwa besar tidak menghendaki apa-apa meski ia bisa mendapatkannya. Hanya jiwa kerdil yang menghendaki banyak padahal ia takkan bisa mendapatkannya".
Dara pun berkelana sendiri mencari Pendekar Naga Putih untuk berlatih jurus pamungkas warisan Pendekar Cempaka. Pertemuannya dengan Pendekar Elang (Nicholas Saputra) membuka sejarah di balik jurus andalan ini.
[caption id="attachment_345663" align="aligncenter" width="480" caption="Official Trailer PTE - Youtube"]
Singkat cerita, Elang adalah anak semata wayang Pendekar Cempaka dan Pendekar Naga Putih. Ya, wasiat Cempaka kepada Dara sebenarnya adalah berguru kepada suaminya, Pendekar Naga Putih sebagai satu dari dua orang pewaris jurus pamungkas ini. Lewat Elang, didapati fakta, ayahnya, sudah tiada dan Dara hanya bisa menguasai jurus Tongkat Emas Melingkar Bumi dengan berlatih bersamanya. Kunci penguasaan jurus ini adalah berlatih berpasangan. Hanya dengan berpasangan jurus ini bisa dikuasai.
Sampai di sini, saya menemukan lagi pelajaran di balik cerita Tongkat Emas bahwa kekuatan bisa diraih hanya dengan bersinergi, bukan berjalan sendiri-sendiri.
Kembali soal kekuatan perempuan dan mengapa tokoh perempuan yang dipilih dalam film ini, apa jawaban Mira?
Katanya, film ini memang mengangkat kompleksitas yang dialami kaum perempuan dan dunianya. Perempuan selalu dihadapkan dengan pilihan antara menjalani apa yang diinginkan atau dipercayakan kepadanya dengan pilihan pribadi, menjadi ibu dan istri. Perempuan dan peran ganda. Masalah klasik yang kompleks.
Di film ini, tokoh perempuan, terutama Cempaka dan Dara ditampilkan sebagai sosok pendekar, yang punya kekuatan dalam dirinya, banyak ilmu dan keahlian, namun juga memiliki kekuatan dalam membuat pilihan hidup. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang bisa dan mampu membuat pilihan dan menjalani pilihan dengan menerima apa pun risikonya.
Kompleksitas yang juga didapati dalam dunia perempuan kekinian. Perempuan yang punya banyak pilihan, sebagian ada yang bisa bertahan, sebagian kelimpungan.