Pertama, karena saya bisa merasakan semangat kreativitas yang mandiri dari Dapur Film dan bagaimana sebuah keluarga di industri kreatif memproduksi sebuah film dan menyelenggarakan Gala Premiere dengan lancar dan penuh kekeluargaan. Saya ikut merasakan produksi film ini, lagi-lagi berkat persahabatan Mbak Erli. Saya dan rekan kerja pernah berkesempatan membahas beberapa rencana saat film hijab msh dalam proses syuting. Kami datang ke lokasi syuting dan berbincang banyak hal, termasuk bersama Haikal. Saya merasa "hidup" saat berada di lokasi syuting menyaksikan Zaskia mengenakan busana muslim khimar, Hanung dan kru yang sibuk menata lokasi syuting, dan beberapa aktris yang tengah bersiap-siap. Saya betah seperti merasa itu dunia saya.
Waktu berlalu, saya tak lagi bertemu mereka. Tiba-tiba sebuah pesan singkat saya terima, undangan nonton dari mbak Erli. Wah, film Hijab yang saya nanti ternyata sudah selesai produksi dan siap tayang.
Meski sedikit mengikuti proses pembuatan film ini, jujur, saya tidak tahu sebelumnya apa isi film Hijab. Namun saya percaya film ini istimewa. Saya mengikuti jejak Hanung dan film garapannya. Saya percaya akan ada yang khas dari film ini. Apalagi film ini dikerjakannya bersama istri, Zaskia yang juga seorang pengusaha bisnis busana muslim online dan pemilik butik brand Mecanism. Saya sangat yakin, film ini hadir dengan cara kreatif ala Hanung-Zaskia.
Hijab, dari judulnya pun sederhana sarat makna. Film yang muncul di momen yang tepat karena hijab bukan hanya sedang jadi tren tapi lifestyle. Bagaimana tren dan lifestyle itu diterjemahkan dalam film? Hijab memberikan jawabnya.
Menyaksikan Haikal, Zaskia, Tasya (kakak Zaskia) yang sibuk hilir mudik menyiapkan gala premiere memberikan kesan betapa film ini dikerjakan dengan passion. Saya pun merasakan semangat itu saat duduk manis di studio 1. Hal itu sudah sangat menginspirasi saya secara pribadi.
Kedua, kesan mendalam saya rasakan saat menonton film bahkan menyisakan perasaan campur aduk dalam perjalanan pulang. Mungkin saya terlalu sensitif, atau saya sedang galau, sehingga saya mudah sekali terharu bahkan menangis. Baik saat menonton maupun saat membahasnya dengan suami.
Film Hijab, bagi saya, sangat menyentuh secara personal. Film ini seakan menceritakan diri saya sendiri.Ternyata bukan hanya saya yang merasakan demikian, mbak Erli pun mengaku merasakan hal yang sama. Orang lain bisa saja merasa demikian. Wajar, karena film Hijab memang sangat dekat dengan keseharian, potret realitas, yang dikemas dengan sangat ringan tapi berbobot.
Gaya khas Hanung masih muncul di film ini. Sindiran halus, kritik sosial yang disampaikan dengan sangat "manis" lewat adegan dan dialog di film, potret realitas yang disajikan dengan jujur berani melawan mainstream, ada di film ini. Seperti film Hanung, "Jomblo" yang ringan menghibur tapi tetap sarat pesan, film "?" yang membawa banyak pesan bermakna soal toleransi beragama, film religi "Perempuan Berkalung Sorban" atau "Sang Pencerah" yang mencerahkan, menurut saya film Hijab menyediakan semua yang tertuang dalam berbagai film itu. Film hijab menyuarakan permpuan dan dunianya yang kompleks. Bicara soal keluarga, pasangan menikah, pilihan perempuan bekerja, hijab, dan hiburan yang berpadu dalam film ini.
Jangan terkecoh dengan judulnya, Hijab. Ini bukan film religi. Unsur drama komedi lebih kental jadi jangan ragu tertawa, jangan malu menangis haru karena isi film ini memang sangat dekat dengan keseharian kita.
Film Hijab adalah kita. Terutama tentang perjalanan perempuan dengan hijabnya. Perjuangan perempuan sebagai istri, ibu, dan dirinya sendiri. Pergulatan perempuan dengan dunianya. Saya bisa merasakan setiap konflik yang tercurahkan di film ini. Saya pun merasa sangat dekat dengan pemeran film karena perbincangan mereka, konflik mereka, sangat dekat dan menyentuh secara personal.
Ah, saya kok jadi terjebak menulis review.
Terakhir, saya ingin katakan, bagi pengguna hijab, datanglah ke bioskop, tonton film ini sendiri atau bergerombol, penuhi studio bioskop dan rasakan sendiri pengalaman batin yang akan mengusik emosi Anda. Anda seperti melihat perjalanan berhijab sendiri dalam film ini. Bisa jadi ada cerita yang sama atau mirip dari film ini. Saya merasakan sekali bagaimana perjalanan saya berhijab terwakili dari film ini. Belum lagi pergulatan perempuan bekerja dan kompleksitas rumah tangga.