Kehadiran internet terutama mesin pencari yang disebut sebagai Google memberikan ruang vitual kepada siapapun untuk mencari berbagai informasi dengan mudah, cepat, dan praktis. Hanya dengan sekali klik, maka apapun yang dicari akan muncul. Ditambah munculnya media sosial juga yang marak digandrungi oleh masyarakat seolah-oleh dapat menggeser peran guru sebagai seorang pendidik yang mana memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi dan ilmu pengetahuan. Melalui dunia virtual tersebut, peserta didik mampu berinteraksi bahkan mendapatkan ilmu dari siapapun. Seperti Youtube yang mana memudahkan peserta didik belajar tentang apapun dengan cara menonton video penjelasan tentang sesuatu yang ia cari.
Di era yang serba digital seperti sekarang ini, peserta didik akan lebih memilih untuk mendaoatkan sesuatu yang instan. Mereka akan cenderung lebih menyukai membaca informasi yang mereka temukan di internet dari pada di buku, bahkan tanpa melakukan pengecekan terlebih dahulu untuk membuktikan kebenarannya. Maka mereka akan dengan mudah termakan hoax, sehingga peserta didik perlu untuk diajarkan atau dibimbing bagaimana mencari informasi yang terpercaya di internet.
Fenomena kemajuan teknologi dan informasi di abad 21 ini dapat menjadi tantangan bahkan ancaman tersendiri bagi guru. Guru yang belum terbiasa dengan hal-hal yang berbau digital akan kualahan jika menghadapi peserta didik di era digital seperti sekarang ini. Bisa saja guru akan menemui kesulitan saat membangun komunikasi yang efektif pada peserta didik karena kebiasaan dan cara belajar yang berbeda, ataupun kesulitan lainnya yang mungkin terjadi akibat perbedaan zaman saat masa sekolah. Hal tersebut dapat menyebabkan kedua belah pihak menjadi frustasi dalam menghadapinya. Dengan demikian, guru harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi ini untuk diterapkan pada metode pembelajaran agar lebih menyenangkan dengan memperkaya ilmu pengetahuan dari berbagai sumber bacaan yang bisa dibuktikan keabsahannya.
KEHADIRAN GURU YANG INSPIRATIF DI ERA DIGITAL
Sering kali terdengar istilah bahwa pendidikan merupakan proses humanisasi atau proses memanusiakan manusia. Karena pendidikan merupakan upaya membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai martabatnya sebagai manusia, sehingga dapat hidup bersosialisasi dan berkolaborasi dengan manusia lain melalui kerjasama yang selaras, serasi, dan seimbang (Arifah dalam Sutarman, 2019: 229-238). Di zaman yang semakin berkembang ini, pendidikan menghadapi berbagai tantangan. Tantangan-tantangan tersebut membawakan pembaharuan yang mana merupakan keseharusan karna diperlukan untuk memecahkan solusi dengan pemikiran-pemikiran baru yang lebih progresif dan mendalam. Sehingga aspek-aspek dalam pendidikan menjadi lebih efektif, efisien, dan produktif.
Kemajuan teknologi informasi yang melahirkan era dimana informasi dapat diakses tanpa batas atau disebut juga sebagai era digital telah mengubah kehidupan manusia di berbagai aspek, terutama pada aspek pendidikan. Saat ini, siapapun bisa memperoleh informasi dengan sangat mudah, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ini membuat arus informasi dapat diterima oleh masyarakat tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Era digital ini pastinya berpengaruh cukup signifikan pada pola pembelajaran yang mana harus mampu memberdayakan peserta didik untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi.
Guru memiliki peran dalam pembelajaran untuk memusatkan pada konstruksi, pencarian dan penemuan. Dahulu, pendidikan diartikan sebagai sesuatu yang bersifat satu arah. Metode pembelajaran satu arah tersebut menuntut penyampaian informasi oleh seorang ahli (guru) dan perolehan pengetahuan yang sudah disiapkan oleh peserta didik. Sehingga seorang guru dianggap sebagai seorang ahli yang mana memiliki jawaban untuk setiap pertanyaan dan memiliki orientasi yang penuh. Peserta didik disini bersifat pasif karena hanya menerima apapun yang diajarkan atau disampaikan oleh guru. Metode pembelajaran seperti ini perlu dirubah, agar peserta didik tidak selalu disuapi oleh guru, melainkan dapat mencari sendiri sumber pengetahuan ataupun belajar agar dapat berpikir kritis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Kemampuan guru yang profesional dapat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam belajar. Guru yang ideal adalah guru yang memiliki integritas, ilmu pengetahuan yang memadai sesuai dengan bidang keahlian dan kompetensinya, berkarakter positif dan memiliki kepribadian yang terpuji, serta dapat mengikuti pendidikan dengan baik dan bukan hanya pelatihan semata. Sebagai guru juga harus mengembangkan dirinya untuk dapat mengajar secara kreatif, inspiratif dan cerdas sehingga memiliki keunggulan untuk dapat menghadapi tantangan di era digital. Untuk itulah diperlukan guru yang inspiratif dalam pembelajaran (Butho dalam Sutarman, 2019: 229-238).
Guru yang inspiratif adalah guru yang mengubah pembelajaran konvensional, rutin, dan mekanistis menjadi proses belajar yang dinamis, dialogis, demokratis, bermakna, dan memberdayakan siswa (Slameto dalam Sutarman, 2019: 229-238). Seorang dapat dikatakan inspiratif jika ia mampu membuat peserta didik merefleksikan pengetahuan serta pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menemukan solusi pada permasalahan yang dihadapi. Guru yang inspiratif akan mampu mengajak siswanya untuk berpikir kritis, analitis, dan reflektif, bukan hanya sekedar mengejar target nilai sesuai kurikulum. Sehingga peserta didik dapat termotivasi untuk mempraktekan ilmu yang dimiliki dan ikut berkontribusi ke dalam masyarakat.
Walau selalu bermunculan teknologi baru dari generasi ke generasi, tetapi tetap saja peran guru tidak bisa tergantikan oleh teknologi. Kehadiran guru masih di butuhkan di dalam pendidikan. Di dalam pembelajaran, guru harus dapat menguatkan kemampuan olah pikir, olah rasa, olah hati, dan olah ragawi setiap anak. Hal itu penting agar mereka mampu memaknai, mengolah, menginterpretasi, menyaring berbagai informasi yang ada di sekitar (Diplan, 2019: 41-47). Maka guru harus dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dan relevan pada peserta didik dengan mengajari bagaimana dan diana mereka dapat mencari dan menemukan jawbaan atas hal-hal yang mereka pertanyakan atau yang mereka butuhkan.
Selain itu, pendidikan karakter pada peserta didik juga sangat penting. Karena internet merupakan ruang virtual yang dapat diakses oleh siapapun dan siapapun dapat mengunggah hal-hal apapun. Jadi, konten-konten di dalamnya dapat tercampur antara yang positif ataupun yang negatif. Maka perlu untuk ditanamkannya moral pada diri peserta didik agar mampu memberkana mana yang baik dan mana yang buruk agar terjamin kehidupannya dan tidak terjerumus ke dalam hal negatif sehingga memilki masa depan yang cerah.
Di era digital ini, pendidikan harus melakukan perubahan yang inovatif pada proses pembelajaran secara terus menerus. Oleh karena itu, dibutuhkannya dukungan empirik yang mana dihasilkan melalui kegiatan penelitian. maka guru harus paham dan mampu untuk melakukan penelitian karna sebagai seorang guru, dituntut untuk dapat menjaga karkater kabangsaan pada peserta didik agar tidak terkikis oleh radikalisme yang tidak sesuai dengan Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).