Mohon tunggu...
Wara Katumba
Wara Katumba Mohon Tunggu... independen -

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ratna Sarumpaet Korban Konspirasi Politik Oposan

5 Oktober 2018   12:55 Diperbarui: 5 Oktober 2018   13:49 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: detik.com/ratna sarumpaet-fadli zon

Hasil penyelidikan Polri "Bahwa benar Ratna Sarumpaet dirawat pada 21-24 September 2018 di RS Khusus Bedah Bina Estetika," ujar Dirkrimum Polda Metro Jaya Nico Afinta di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (3/10/2018). (Sumber)

Sementara beredar kabar heboh Ratna Sarumpaet dianiaya antara tanggal 02-03 Oktober 2018, ada jeda waktu sekitar 12 hari.

Ketika Ratna Sarumpaet melakukan kegiatan sehari-hari bersama keluarga atau teman sejawat kemudian mendadak menghilang, tentu keluarga atau teman sejawat akan bertanya-tanya "Kemana, ada dimana dan apa yang terjadi?" adalah hal wajar sebagai bentuk perhatian apalagi jeda waktu hampir dua minggu, waktu yang cukup lama akan menambah cemas dan khawatir orang-orang disekitarnya.

Apalagi kesibukan yang dijalankan Ratna Sarumpaet sebagai aktivis dan Juru Kampanye Capres Oposisi tidak luput dari kebersamaannya dengan Tim Kampanyenya. Apakah mungkin jeda waktu dua minggu tidak ada satu sejawatpun mencari dan menulusuri keberadaan Ratna Sarumpaet?

Ada dugaan dari tim sukses (Timses) oposisi mengetahui keberadaan Ratna Sarumpaet RS Khusus Bedah Bina Estetika melakukan operasi plastik, namun ditutupi keberadaannya agar tidak terekspos ke publik dan dibuktikan dengan fakta selama dua belas hari publik tidak tahu.

Kemudian publik akhirnya tahu dan heboh informasi penganiayaan Ratna Sarumpaet tersebut datang dari Timses Oposisi. Artinya, jauh sebelum heboh Timses Oposisi sudah mengetahui dan ada dugaan punya skenario Ratna Sarumpaet dijadikan "Korban Konspirasi" Oposisi.

PERTAMA, Timses Oposisi terutama teman sejawat yang telah mempublikasikan Ratna Sarumpaet dianiaya, siapapun termasuk teman sejawat yang mengetahui terjadi penganiayaan akan berusaha ingin tahu apa penyebab dianiaya, seperti apa bentuk penganiayaan, sejauh mana cedera yang dialami akan dicari dan ditelusuri.

Artinya, teman sejawat akan berusaha mencari tahu penyebab wajah lebam Ratna Sarumpaet yang diperkirakan lebih besar dari wajah lebam Setya Novanto yang sebesar bakpao.

Apakah teman sejawat Ratna Sarumpaet bisa membedakan wajah lebam karena dianiaya atau dioplas? Kemungkinan besar tahu, apalagi teman sejawatnya adalah aktivis dan orang-orang politik yang sangat paham ilmu intrik politik.

KEDUA, Mulai hebonya pemberitaan Ratna Sarumpaet dianiaya memancing para tokoh politik terkenal mulai berdatangan menjenguk Ratna Sarumpaet, pertama kali yang hadir adalah Fadli Zon, politisi senior yang sangat berpengalaman memainkan politik intrik, lihai membolak-balikkan kata-kata "Ngeles campur nyinyir".

Kedatangan Fadli Zon menjenguk Ratna Sarumpaet secara langsung tentu mempermudah menganalisa penyebab wajah lebam tersebut. Tidak mungkin seorang Fadli Zon tidak bisa membedakan wajah lebam akibat dianiaya atau dioplas.

Wajah lebam akibat dianiaya atau dioplas lebih mudah diselidiki daripada membuat sebuah puisi bagi Fadli Zon apalagi statusnya sebagai politisi. Jangankan Fadli Zon, orang awam sekalipun bisa membedakan wajah akibat dianiaya dan hasil oplas.

Bagaimana sikap Fadli Zon saat melihat wajah lebam akibat dari efek oplas? Sikap yang diambil Fadli Zon tentu diam dan mendengar kebohongan Ratna Sarumpaet kala merasa dianiaya, dan mendengar kejujuran kala wajahnya di oplas.

Sikap yang dilakukan Fadli Zon tentu lebih baik diam, mendengar, menjemput semua informasi yang disampaikan Ratna Sarumpaet dalam posisi sekedar tahu diantara poin kebohongan atau kejujuran.

Kebohongan

Ketika Ratna Sarumpaet berkata bohong "Dianiaya" maka keuntungan Fadli Zon dan Oposisi bisa melakukan konspirasi menjatuhkan lawan politik, apabila gagal maka resikonya Ratna Sarumpaet akan menanggung akibatnya sendirian seperti yang terjadi saat ini, para oposisi mulai menjauh, terancam pemecatan dan dianggap sebagai penyusup.

Kejujuran

Dan ketika Ratna Sarumpaet berkata jujur "Dioplas" maka keuntungan Fadli Zon berharap bisa bekerjasama dengan Ratna Sarumpaet melakukan skenario hoax "Persekongkolan bohong", tentu jika gagal maka resikonya adalah Ratna Sarumpaet bersama Fadli Zon dan Oposisi menjadi korban senjata makan tuan kecuali Ratna Sarumpaet bungkam seribu bahasa adanya "Persekongkolan Bohong" hoax tersebut.

KETIGA, Hasil dari menjenguk Ratna Sarumpaet, dua poin penting Kebohongan dan kejujuran yang akan dibawa Fadli Zon dan disampaikan ke atasannya sang Capres oposisi untuk dibahas, langkah politik apa yang akan dilakukan.

Gerak cepat sang Capres Oposisi menemui Ratna Sarumpaet tentu tidak lepas dari hasil laporan Fadli Zon sebagai bentuk respon politik konfirmasi apakah benar yang disampaikan sang bawahan benar adanya.

Sang Capres oposisi akan bersikap sama seperti yang dilakukan Fadli Zon tanpa mengurangi rasa ingin tahu lebih dekat wajah lebam apakah dianiaya atau dioplas.

Setelah sidik dan yakin factor penyebab wajah lebam dengan mengsinkronkan apakah merasa dibohongi atau jujur mengakui sebagai pedoman untuk mengambil sikap selanjutnya dengan mempertimbangkan sebab akibat, untung rugi, aman atau beresiko.

Keesokan hari aksi dilakukan, sang Capres oposisi mengumpulkan para petinggi secara besar-besaran sebagai bentuk pressure, dari tim sepuh hingga tim yunior mendampingi sang Capres konferensi pers yang pada intinya menekan, oposisi merasa didzolimi oleh lawan politik yang sedang berkuasa, negara tidak mampu hadir sebagai pelindung rakyat yang secara tidak langsung menyinggung Polri sebagai aparat negara.

Opsi kebohongan Ratna Sarumpaet dipakai sang Capres dengan menggiring aksi prsessure "Kumpul Ramai-ramai" berhasil dan berjalan baik dengan menimbulkan dampak kehebohan, namun hanya bertahan satu hari akibat gerak cepat Polri mengungkap aksi Ratna Sarumpaet dianiaya, pada akhirnya dijadikan tersangka.

Pertanyaannya, Apakah Ratna Sarumpaet jadi tersangka sebatas kebohongan yang disebar kepada gerombolan oposisi?

Ataukah memang benar-benar bersekongkol dengan oposisi menciptakan kebohongan yang sangat meresahkan dan memojokkan lawan politik, tanda-tanda mengarah kesana kemungkinan bisa terjadi seperti :

  • Pertama kali beredarnya isu penganiayaan yang disertai gambar wajah lebam oleh oposisi "Rachel Maryam" diduga tanpa dikonfirmasi terlebih dahulu kepada Ratna Sarumpaet.
  • Isu "Dianiaya" yang terlanjur heboh terpaksa diamini Ratna Sarumpaet.
  • Adanya jeda waktu 12 hari yang menjadi tanda tanya korban tidak membuat laporan ke Polisi, kenapa pihak oposisi tidak menaruh curiga.
  • Saksi kunci ada pada Fadli Zon yang melihat langsung dan Rachel Maryam yang posting awal.
  • Sang Capres tidak gentle langsung memecat tetapi meminta Ratna Sarumpaet mengundurkan diri
  • Wajah lebam antara dianiaya atau dioplas yang seolah-olah sulit diidentifikasi oleh pihak oposisi "sengaja acuh".
  • Pihak oposisi menebar counter attack ada penyusupan, seakan-akan Ratna Sarumpaet penyusup yang dikirim lawan politik.
  • Cepatnya proses keluar negeri yang diduga mau melarikan diri seperti contoh yang dilakukan Rizieq Syihab.
  • Keterlibatan pihak Pemprov DKI Jakarta, diduga Anies Baswedan ikut kongkalikong ingin hilangkan jejak Ratna Sarumpaet.

Tinggal menunggu waktu apakah suatu hari nanti Ratna Sarumpaet akan bernyanyi bahwa apa yang  dilakukan dengan menebar kebohongan "Dianiaya" merupakan bentuk persekongkolan yang sudah direncanakan bersama Fadli Zon, kawan-kawan dan junjungannya.

Jadi, kesimpulan poin diatas apapun yang dilakukan Ratna Sarumpaet apakah berkata berbohong maupun berkata jujur tetap menjadi korban dari konspirasi politik oposan yang sangat kejam.

Salam konspirasi oposan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun