Mohon tunggu...
Wara Katumba
Wara Katumba Mohon Tunggu... independen -

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Kedok Pro Si Kaya Dan Penggusuran Dibalik Program Rumah DP Nol Rupiah Anies-Sandi?

10 April 2017   14:45 Diperbarui: 10 April 2017   22:00 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesungguhnya Program Rumah DP Nol Rupiah milik Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta Anies-Sandi menyasar ke siapa? Apakah menyasar ke warga DKI yang berpenghasilan diatas UMP atau dibawah UMP DKI Jakarta yang berkisar Rp 3,35 juta/bulan?

Penghasilan Diatas UMP

Jika Rumah DP Nol Rupiah menyasar warga yang berpenghasilan di atas UMP maka program tersebut tidak ada bedanya Anies-Sandi sebagai pengusaha developer yang banyak kita temui dan menjamur bisnis perumahan yang ada di wilayah sekitar Jakarta yang justru dengan nilai harga rumah Rp 350 juta akan menjadi rebutan warga DKI Jakarta termasuk warga diluar terutama dari daerah penyangga.

Warga yang terutama berpenghasilan diatas UMP akan diuntungkan dan mengajak sanak family dan kerabatnya berbondong-bondong untuk mendapatkan rumah yang ditawarkan Anies-Sandi, tentunya efek yang ditimbulkan adalah jumlah penduduk DKI Jakarta semakin padat dan akan menambah panjang persoalan social yang sangat kompleks.

Harga rumah Rp 350 juta adalah harga rumah cicilan yang sangat murah bagi warga berpenghasilan diatas UMP apalagi lokasinya ada di wilayah Jakarta.

Tentu ini adalah mimpi indah buat warga berpenghasilan diatas UMP karena harga Rp 350 juta sudah sulit didapat di daerah terutama daerah penyangga ibukota Jakarta apalagi di Kota Jakarta sendiri.

Kita akan melihat kesenjangan antara rumah DP Nol Rupiah dengan rumah-rumah kumuh yang ada disekitar bantaran sungai maupun wilayah kumuh lainnya.Warga miskin hanya bisa jadi penonton karena tidak mungkin bisa mendapat rumah tersebut.

Jadi, sesungguhnya program Rumah DP Nol Rupiah bukan solusi dan tidak sesuai bagi seorang  pemimpin/Gubernur, tetapi program yang tidak lebih dari seorang pebisnis perumahan yang hanya mencari keuntungan karena keberpihakkannya pada warga ekonomi menengah keatas.

Banyak pebisnis perumahan yang kita jumpai di tengah-tengah masyarakat dengan penawaran rumah dari berbagai type dan pemasaran melalui berbagai cara seperti pemasangan spanduk, stiker bahkan lewat door to door.

Penghasilan Dibawah UMP

Mampukah program Rumah DP Nol Rupiah menjangkau warga berpenghasilan dibawah UMP atau berpenghasilan dibawah Rp 3,35 juta/bulan?

Perlu hidup ekstra super hemat untuk mendapatkan rumah yang ditawarkan Anies-Sandi apalagi diperuntukkan bagi warga yang hidup pas-pasan di wilayah kumuh.

sumber: republika.co.id
sumber: republika.co.id
Janji Anies-Sandi tidak akan menggusur wilayah kumuh atau rumah liar di daerah bantaran sungai sulit terwujud karena pertimbangan penataan kota dan normalisasi sungai serta lahan pemerintah yang ditempati secara tidak sah.

Seperti apa yang akan dilakukan? Apakah melakukan renovasi rumah kumuh tetap dilokasi titik tersebut? Jika itu dilakukan maka penataan kota tidak beraturan, normalisasi sungai tidak bisa maksimal dan penyempitan aliran sungai akan terjadi sehingga berdampak banjir terus menerus selamanya alias banjir seumur hidup.

Jalan satu-satunya adalah memindahkan warga tersebut ke program Rumah DP Nol Rupiah,

Apakah warga sanggup dengan penghasilan yang pas-pasan dan belum tentu penghasilannya bisa mencapai Rp 3,35 juta kemudian harus menyiapkan uang cicilan DP Nol Rupiah setiap bulan minimal Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta selama puluhan tahun? Jelas tidak sanggup.

Selama ini kita luput peruntukannya untuk warga yang mana, kita hanya disuguhi isu DP Nol Rupiah dengn harga rumah Rp 350 juta yang sangat fenomenal, padahal sesungguhnya dibalik semua itu warga tanpa sadar digusur secara tidak langsung dengan menanggung beban yang lebih berat.

Beban rumah menyiapkan cicilan minimal Rp 2 juta per bulan diluar tanggung jawab pemeliharaan rumah dan beban kebutuhan sehari-hari yang jika dibandingkan program rusun Ahok-Djarot sangat jauh nilainya yang hanya Rp 300 ribu hingga Rp 450 ribu per bulan untuk pemeliharaan rumah dibawah tanggung jawab Pemprov dan bisa dimanfaatkan seumur hidup.

Program Rumah DP Nol Rupiah yang ditawarkan kurang jelas seperti apa bentuk rumah yang ditawarkan, apakah bentuknya vertical atau horizontal, apakah mendapat fasilitas seperti yang diterapkan Ahok-Djarot di Rusun dan dimana lokasinya.

Dari dua poin diatas, apakah program Rumah DP Nol Rupiah berkedok penggusuran halus dan memihak si kaya?

Jangan sampai penggunaan bahasa program yang bombastis dan penuh bualan hanya ingin menyenangkan warga, mungkin program Rumah DP Nol Rupiah lebih cocok dikerjakan seorang pengusaha bisnis rumah daripada pemimpin seperti Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta?

Salam Free De Pe…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun