Mohon tunggu...
Wara Katumba
Wara Katumba Mohon Tunggu... independen -

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Program Anies-Sandi, Program yang Tidak Punya Pendirian

1 April 2017   10:21 Diperbarui: 4 April 2017   17:39 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pasangan Calon Gubernur (Cagub) di Indonesia dengan Program yang selalu berubah-ubah setiap saat ada di Provinsi DKI Jakarta.

Program yang ditawarkan bisa berubah berkali-kali dengan waktu yang singkat, seperti yang ditunjukkan pasangan Anies-Sandi, dimulai dengan:

Program OK-OCE, Program yang lebih focus dibidang ekonomi bagaimana tujuannya bisa mencetak banyak pengusaha-pengusaha diberbagai bidang usaha.

Beriring dengan waktu yang singkat terjadi pada pemilihan putaran pertama saat debat pertama, kedua dan ketiga yang diselenggarakan KPU DKI Jakarta. Setiap diberi pertanyaan oleh panelis dari berbagai materi debat yang ditujukan terutama ke Sandi, jawabannya selalu OK-OCE sebagai solusinya.

Misalkan, materi debat soal Penyandang disabilitas, Sandi menjawab OK-OCE sebagai solusi ikut pelatihan OK-OCE, pemakai narkoba juga diarahkan ke program tersebut, bahkan materi debat pertama hingga ke tiga yang diselenggarakan KPU DKI Jakarta dihubungkan dan diarahkan ke OK-OCE sebagai solusinya.

Anies-Sandi mengandalkan OK-OCE sebagai program tunggal multi fungsi untuk semua bidang persoalan. Luar biasa!

Program Rumah DP Nol Rupiah, Awalnya menawarkan Rumah DP Nol Persen karena tidak kuat dikritik oleh para pakar diubah “Nol Persen” menjadi “Nol Rupiah”, perubahan tersebut bukannya menambah kepercayaan justru menambah tidak jelas karena di dunia property tidak mengenal namanya “Nol Rupiah”, yang ada malah “Nol Persen”.

Kemudian Rumah DP Nol Rupiah dari segi bentuk rumah tidak berwujud:

“Jadi kami tidak masuk dalam bentuk rumahnya, kami masuk dalam bentuk pembiayaannya. Pembiayaan itu dalam bentuk perbankannya, bukan bentuk jenis rumahnya,” kata Anies.

Tidak berselang beberapa lama kemudian, program tersebut berubah wujud menjadi :

"Menurut Anies, jika program rumah DP 0 rupiah direalisasikan dalam bentuk rumah susun, ia ingin lokasinya dekat dengan stasiun atau kendaraan umum lain". (Sumber)

Jadi, satu Program bisa berubah-ubah wujud sampai dua kali dari “Persen menjadi Rupiah” dan “Rumah tidak berwujud menjadi rumah berwujud Rusun”.

Program KJP Plus, Program khusus bantuan pendidikan yang nyata dipakai tiga huruf “KJP”, kemudian lebih celakanya diobok-obok dengan cara cukup hanya ditambah “Plus”, jadi bukan jiplak program pihak lain tetapi memakai program pihak lain  kemudian ditambah embel-embel “Plus” dalam artian “Plus” bisa digunakan anak diluar sekolah seperti yang dijelaskan Anies saat acara debat di Mata Najwa.

Mungkin maksud diluar sekolah adalah anak-anak yang putus sekolah, tidak mau sekolah atau malas sekolah bisa mendapat fasilitas bantuan dari KJP Plus.

Jelas, anak diluar sekolah bertambah senang, tidak perlu sekolah tapi dapat jatah “Plus”, fungsi Plus yang tidak jelas menimbulkan sikap yang mudah berubah dan tidak konsisten dari pemilik program.

Program yang seharusnya untuk anak yang aktif sekolah dimultifungsikan juga untuk anak diluar sekolah menambah panjang pengetahuan warga DKI Jakarta bahwa mungkinkah Kartu Jakarta Sehat (KJS) Plus akan sama nasibnya seperti KJP Plus dimanfaatkan Anies-Sandi untuk diluar kesehatan? Misalkan ada Hewan yang sakit atau rumah yang tidak sehat/kumuh bisa memakai KJS Plus.

Hebatnya retorika “Plus” bisa multi tafsir untuk memfungsikan diluar zona sesungguhnya.

Ciri calon pemimpin miskin program yang lebih mencontek program pihak lain kemudian diolah dan digoreng sedemikian rupa menjadi logika pembenaran diri dengan berubah berulang kali rawan distir pihak lain terutama pendukung-pendukungnya.

Bayangkan, seandainya terpilih jadi pemimpin, diancam partai pendukung langsung ciut apalagi diancam lempar Handphone seperti yang pernah dialami oleh angggota dewan yang mulia terhormat si Ozonk.

Bagaimana seandainya ada warga pendukung “Berdaster” atau Ormas pendukung datang ke kantor Gubernur minta jatah tidak dipenuhi keinginannya kemudian mengancam? Dengan sikap santun sang Gubernur berubah sambil menjawab “Sabar, tunggu saya akan ambilkan jatah atas bantuannya melakukan aksi damai kemarin ya…”

Dari contoh tiga program diatas, program yang bisa berubah sekejap kemudian/jadi-jadian mencerminkan bagaimana sikap pasangan Anies-Sandi yang sesungguhnya tidak mempunyai pendirian.

Salam Jadi-Jadian…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun