Mohon tunggu...
Wara Katumba
Wara Katumba Mohon Tunggu... independen -

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

KJP Plus Anies-Sandi "Melenceng" dari Fungsi Pendidikan

29 Maret 2017   12:36 Diperbarui: 4 April 2017   18:08 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: suaraislam.com

Program Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang diterapkan Ahok-Djarot berjalan dengan baik dan Anies-Sandi menyadari KJP adalah solusi tepat membantu pendidikan anak DKI Jakarta sehingga ada ingin diadopsi menjadi KJP Plus.

KJP yang diterapkan Ahok-Dajrot dikhususkan untuk pendidikan anak-anak dari jenjang dasar hingga keperguruan tinggi khusus bagi yang mau, punya keinginan besar atau sedang menempuh pendidikan sesuai dengan criteria yang telah ditentukan kecuali bagi anak yang putus sekolah atau anak-anak yang tidak memiliki minat untuk sekolah alias malas.

Artinya, dengan kehadiran KJP Ahok-Djarot justru mendorong anak-anak berlomba untuk memiliki semangat dan keinginan besar karena ada beberapa kebutuhan gratis yang ditawarkan KJP tersebut sehingga tidak ada alasan bagi anak-anak DKI Jakarta berpikir tidak mau sekolah, putus sekolah maupun malas sekolah.

Dengan adanya KJP, semestinya anak-anak putus sekolah atau tidak mau sekolah karena terkendala biaya bisa berpikir bahwa KJP menawarkan pendidikan gratis, lalu kemudian anak tersebut tidak mau atau malas sekolah bukan dari tanggung jawab Pemprov itu sendiri

Kenapa anda tidak mau sekolah? Padahal anda digratiskan Pemprov melalui KJP.

Apakah Pemprov bisa memaksa anak tersebut sekolah? Tentu tidak bisa dipaksa.

Jadi, Ketika Anies mengatakan bahwa di wilayah Jakarta Utara ada sekitar 48 persen anak diluar sekolah putus sekolah kemudian Ahok dianggap gagal adalah keliru.

KJP Plus yang ditawarkan  Anies saat didebat acara Mata Najwa, seperti yang dicontohkan dengan mengatakan KJP Plus sebagai solusi bagi 48 persen yang dimaksud sebagai bentuk retorika dengan memutar logika kebenaran pihak lain untuk pembenaran dirinya.

Kata “Keberpihakan” yang selalu didengungkan Anies terhadap kalangan menengah kebawah yang dikemas dengan gaya kesantunan dimanfaatkan untuk menunjukkan kepeduliannya dari satu program bisa dimanfaatkan dalam bentuk multi fungsi, misalkan suatu program contoh KJP khusus untuk pendidikan bisa dimanfaatkan bagi anak-anak diluar pendidikan seperti anak diluar sekolah atau putus sekolah, bahkan KJP Plus mungkin bisa digunakan Anies untuk anak nakal atau anak-anak yang diluar konteks pendidikan.

Gaya yang ditunjukkan seolah-olah program yang ditawarkannya lebih pro kalangan bawah dan merasa lebih baik daripada Program Ahok yang dianggap tidak berpihak pada kalangan bawah.

Apakah “Plus” dalam artian bisa digunakan untuk anak-anak diluar sekolah, putus sekolah atau tidak sekolah yang sudah melenceng dari fungsi KJP yang sesungguhnya focus untuk pendidikan?

Jadi, Anies memainkan satu focus program dicampur-adukkan dan dilencengkan dari fungsi tertentu sebagai alternative debat untuk menutupi gagasan programnya yang minim.

Ternyata sudah terjadi pada debat-debat sebelumnya pada putaran pertama seperti program OK-OCE. Contoh, Penyandang disabilitas ikut pelatihan OK-OCE, pemakai narkoba juga diarahkan ke program tersebut, bahkan materi debat pertama hingga ke tiga yang diselenggarakan KPU DKI Jakarta dihubungkan dan diarahkan ke OK-OCE sebagai solusi.

 Jadi, Anies-Sandi mengandalkan OK-OCE sebagai program tunggal multi fungsi untuk semua bidang persoalan. Luar biasa!

Faktanya terjadi juga dengan KJP Plus saat acara debat Mata Najwa, Skenario “Plus” bisa dipakai untuk luar konteks pendidikan alias dimulti fungsikan, mungkin tidak hanya dimanfaatkan untuk anak putus sekolah, tidak mau sekolah, malas sekolah akan tetapi tidak menutup kemungkinan bisa dipakai untuk anak yang sedang sakit, anak telantar, anak yatim dan sebagainya.

Tepat kalau Ahok mengatakan KJP Plus “Merusak Mental Anak”.

Akhirnya, anak-anak yang diluar konteks pendidikan bisa menikmati KJP Plus akan meningkatkan persentase DKI Jakarta sebagai Provinsi anak bermental tidak mau sekolah maupun malas sekolah tertinggi karena asik menikmati “Plus” ala Anies.

sumber: metrotvnews.com - edited by wara katumba
sumber: metrotvnews.com - edited by wara katumba
Jika itu terjadi, maka bisa dibayangkan bagaimana amburadulnya suatu program bisa dilencengkan dari fungsi sesungguhnya, padahal banyak program yang sudah dicontohkan Ahok-Djarot sesuai fungsinya masing-masing seperti KJS, Jakarta One, Jakarta Care dan lain-lain.

Apakah Anies melakukan multi fungsi hanya untuk menutupi waktu debat karena minim program?

Salam Melenceng…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun