Jadi, Anies memainkan satu focus program dicampur-adukkan dan dilencengkan dari fungsi tertentu sebagai alternative debat untuk menutupi gagasan programnya yang minim.
Ternyata sudah terjadi pada debat-debat sebelumnya pada putaran pertama seperti program OK-OCE. Contoh, Penyandang disabilitas ikut pelatihan OK-OCE, pemakai narkoba juga diarahkan ke program tersebut, bahkan materi debat pertama hingga ke tiga yang diselenggarakan KPU DKI Jakarta dihubungkan dan diarahkan ke OK-OCE sebagai solusi.
Jadi, Anies-Sandi mengandalkan OK-OCE sebagai program tunggal multi fungsi untuk semua bidang persoalan. Luar biasa!
Faktanya terjadi juga dengan KJP Plus saat acara debat Mata Najwa, Skenario “Plus” bisa dipakai untuk luar konteks pendidikan alias dimulti fungsikan, mungkin tidak hanya dimanfaatkan untuk anak putus sekolah, tidak mau sekolah, malas sekolah akan tetapi tidak menutup kemungkinan bisa dipakai untuk anak yang sedang sakit, anak telantar, anak yatim dan sebagainya.
Tepat kalau Ahok mengatakan KJP Plus “Merusak Mental Anak”.
Akhirnya, anak-anak yang diluar konteks pendidikan bisa menikmati KJP Plus akan meningkatkan persentase DKI Jakarta sebagai Provinsi anak bermental tidak mau sekolah maupun malas sekolah tertinggi karena asik menikmati “Plus” ala Anies.
Apakah Anies melakukan multi fungsi hanya untuk menutupi waktu debat karena minim program?
Salam Melenceng…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H