Penampilan Sandiaga Uno akhir-akhir ini terlihat kurang segar, kurang fresh, kurang semangat dan perubahan bentuk tubuh dan wajah perlahan tidak berisi alias kurus.
Padahal Sandi termasuk Calon Wakil Gubernur terkaya seluruh Indonesia dan masuk deretan konglomerat Indonesia, mau apa saja terpenuhi, makan-makanan bahkan dengan menu paling mahal sedunia diyakini bisa dipenuhi.
Semestinya bisa mencontoh dua sosok yang hidup bahagia ditandai dengan bobot tubuh yang subur, sehat jasmani-rohani walaupun tidak masuk dalam jajaran konglomerat Indonesia dibawah ini:
Foto FF
Pasca pencalonannya sebagai Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, bukan malah membuat kondisinya sehat, justru membuat kondisinya tergerus rawan penyakit dengan ditandai berat badan menyusut.
Apa penyebabnya?
Waktu Dan Tenaga
Pra pencalonannya dihabiskan untuk sosialisasi pengenalan diri selama sekitar satu tahun hingga diapresiasi oleh Rekor MURI “1000 kali blusukkan”.
Pasca pencalonan lebih intens melakukan berbagai aktivitas politik seperti olahraga politik (Lari pagi) dan blusukan sehingga sedikit banyak mengganggu pola makan yang tidak teratur, harus memilih-milih tempat makan yang cocok, bahkan ada satu kesempatan blusukan membawa bekal makanan sendiri karena tidak terbiasa dengan menu makanan dipemukiman penduduk, dipinggiran jalan atau warteg. (Sumber)
foto sandi makan
Penampakkan yang berbeda jauh dengan Ahok yang lahap soal makanan dimanapun dia berada.
Foto ahok makan
Pola makan Sandi yang tidak teratur tentu mempengaruhi tenaga yang terkuras sehingga waktu untuk memulihkan tenaganya dengan cara beristirahat atau tidur semakin berkurang bahkan waktu yang digunakan tidak cukup karena blusukan berangkat pagi pulang larut malam yang tidak biasa dilakukannya. Mungkin lebih terbiasa pulang larut malam dari hiburan malam bersyariat.
Ini salah satu penyebab Sandi kelihatan tidak fresh, lelah dengan raut wajah yang terlihat tidak seperti dulu.
Sesungguhnya pekerjaan yang sengsara buat Sandi sebagai konglomerat adalah disaat mencalonkan diri sebagai calon wakil Gubernur dibandingkan kebebasannya sebagai pengusaha yang bisa bebas mencari kesenangan maupun hiburan.
Pikiran
Dari sekian banyak kampanye dan debat, program yang lebih menonjol justru datang dari Sandi dengan program OK-OCE walaupun secara substansinya tidak jelas, bahkan Sandi berani mengklaim program OK-OCE sudah berjalan dengan beberapa ribu anggotanya.
Pertanyaannya, anggotanya yang mana? Jangan-jangan anggotanya tersebut adalah karyawan diperusahaannya sendiri. Terlalu!
Program OK-OCE sangat dominan pada diri Sandi, diduga program tersebut adalah produk pemikiran Sandi, karena setiap kesempatan Sandi selalu membanggakan OK-OCE tersebut. Berbanding terbalik dengan Anies yang kurang mendengungkannya, lebih menjual program rumah DP Nol Persen yang banyak dikritik kemudian berubah menjadi DP Nol Rupiah.
Kemunculan program OK-OCE milik Sandi yang lebih dominan membuktikan bahwa pola pikir dan kerja Sandi lebih baik dibandingkan Anies sehingga fakta tidak memungkiri bahwa pemecatan Anies dari kursi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah tepat diduga karena factor pola pikir dan kerja yang nihil.
Lagi-lagi, Sandi harus menguras pikirannya untuk membentuk imagenya bagian dari sebuah Program OK-OCE walaupun masih seperti tong kosong.
Dana
Diawal sudah dijelakan bahwa Sandi masuk elit konglomerat notaben tidak mungkin minta dukungan dana dari pihak manapun, terbukti dalam pernyataannya sendiri telah menghabiskan dana sekitar Rp 30 miliar dari kantongnya sendiri diputaran kedua.
Pasca putaran kedua, keluh-kesahpun disampaikan Sandi saat bertemu prabowo bahwa modalnya menipis.
Secara logika, harta triliunan dibanding Rp 30 miliar hanya nol koma yang habis, artinya masih ada 90 persen lebih harta Sandi kemudian dianggap sudah menipis, apakah masuk akal? Jelas tidak masuk akal.
Pernyataan modal menipis untuk memberi pesan ke pihak-pihak yang doyan duit jangan coba-coba datang minta apalagi untuk kegiatan aksi demo maupun aksi-aksi lain yang mengarah isu SARA terutama kepihak Ahok-Djarot. Mungkin Sandi anggap sudah tidak efektif dan justru merugikan pihaknya.
Sementara dilain sisi, dari Anies sendiri, apakah ikut nimbrung mengurangi beban Sandi? Jelas ada hanya dalam bentuk yang berbeda. Apakah murni dari modal Anies? Tidak, diduga dari Hary Tanoe (HT) yang ikut membantu melalui tangan Anies, karena sejak awal pencalonan sudah terlihat dari bukti siaran-siaran yang dilakukan Inews TV milik HT selalu menyiarkan sisi keunggulan Anies-Sandi dibanding Agus-Sylvi.
Contoh yang ditayangkan iNews TV melalui running teks hampir setiap hari selalu mengunggulkan Anies-Sandi dari beberapa survey.
Jadi, Anies boleh dikatakan hanya bermodalkan dengkul dengan nasib yang lebih baik dibandingkan Sandi soal pencalonan.
Dominasi Sandi terhadap Anies dari berbagai aspek memberi dampak bahwa elektabilitas Anies dari awal lebih tinggi daripada Sandi tidak memberi efek yang berarti diputaran kedua dan pada akhirnya Sandi lebih menonjol dengan gebrakkannya.
Ada rasa kecewa, penyesalan hati Sandi atas status Anies sebagai Cagub, kenapa partai lebih memilih Anies sebagai Cagub ketimbang Sandi seperti termuat dalam artikel “Penyesalan Hati Sandiaga Uno Atas Status ‘Cagub’ Anies Baswedan”
Namun apa daya, Sandi tidak mampu melawan nafsu politik kekuasaannya yang justru menggrogoti waktu, tenaga, pikiran dan dana dirinya sendiri sehingga mengorbankan berat badan dan penampilannya yang terlihat kurus alias ceking. Belum lagi ditambah dengan beberapa kasus hukum yang menimpanya. Sungguh prihatin!
Untuk melampiaskan kekecewaan hati Sandi atas semua pengorbanannya bersama Anies yang hanya bermodal dengkul dan tanpa partai maka Anies harus siap-siap menjadi ban serap Sandi jika terpilih nanti untuk mengembalikan semua yang telah dikorbankannya.
Salam Ceking…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H