Mohon tunggu...
Wara Katumba
Wara Katumba Mohon Tunggu... independen -

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rencana Besar "Simbiosis Mutualisme" Anies Baswedan-Hary Tanoe

17 Maret 2017   10:44 Diperbarui: 17 Maret 2017   18:01 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: gerilyapolitik.com

Belum banyak yang tahu bagaimana hubungan Anies Baswedan (Anies) Calon Gubernur DKI Jakarta dengan Hary Tanoe (HT) pemilik Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dan Media MNC Group kecuali elite-elite politik tertentu.

Hubungan yang terbilang sunyi-senyap antara Anies dengan HT mulai terusik saat isu pembagian Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang dilakukan oleh kader-kader Partai Perindo dibeberapa daerah.

Bagaimana mungkin Partai Perindo yang baru dibentuk dan bukan partai pendukung Pemerintahan Jokowi bisa ikut terlibat kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang dijabat Anies waktu itu.

Tentu ada campur tangan Menteri dengan pemilik Partai Perindo, hubungan yang perlahan membuka mata kita bahwa ternyata terjadi hubungan istimewa diantara mereka dengan tujuan politik tertentu yang sangat besar.

Diduga hubungan politik mesra dimulai saat Anies ikut konvensi calon Presiden partai Demokrat dimana hubungan HT dengan ayahanda SBY cukup dekat hingga akhirnya merintis membentuk Partai Perindo.

Puncak kemesraan politik antara Anies dan HT terjadi saat kerjasama pembagian KIP di Kemendikbud hingga pada akhirnya HT menyatakan secara terbuka mendeklarasikan dukungan ke Anies-Sandi pasca kekalahan Agus-Sylvi.

sumber: okezone.com
sumber: okezone.com
HT memilih Anies karena secara personal hubungannya lebih dekat dibandingkan dengan Agus.

Kenapa dukungan HT ke Anies tidak dari awal justru baru terjadi pada putaran kedua?

Diduga terganjal adanya pasangan Agus-Sylvi sebagai representasi ayahanda SBY yang notabennya punya hubungan baik dengan HT sehingga jalan terbaik dan demi menjaga perasaan ayahanda SBY maka yang diambil HT adalah tidak memihak walaupun sesungguhnya HT lebih condong ke Anie-Sandi karena faktor kerjasama KIP tersebut.

Pasca Agus-Sylvi kalah, HT tidak malu-malu lagi menampilkan dirinya bersama Anies, terlihat beberapa kesempatan mereka selalu bersama dalam rangka menggalang dukungan, hubungan mesra yang saling untung-menguntungkan sangat dibutuhkan.

Tentu, pihak HT dan partai Perindo butuh tokoh yang dianggap santun dan punya nilai jual seperti Anies yang notabennya non partai, kesempatan yang paling besar untuk menggalang kekuatan partai Perindo adalah saat Anies menjadi Mendikbud.

Peristiwa tersebut terjadi saat kerjasama pembagian KIP yang dilakukan pihak HT dan partai Perindo hingga kepelosok daerah seluruh Indonesia sekaligus memperkenalkan dan sosialisasi partai Perindo, ternyata cara tersebut berjalan dengan efektif hingga akhirnya terkuak kenapa partai Perindo bisa jalin kerjasama dengan Kemendikbud zaman Anies.

Padahal pembagian KIP sesungguhnya bisa dilakukan sekolah-sekolah dibawah naungan dinas pendidikan setempat.

Artinya ada tujuan terselubung yang dilakukan HT dan Anies memberi jalan untuk mensosialisasikan partai Perindo hingga ke pelosok daerah.

Apakah Anies sadar dengan memberi jalan untuk partai Perindo pada akhirnya akan ketahuan? Apalagi partai Perindo adalah partai yang baru dibentuk dan bukan partai pendukung pemerintahan sekarang justru partai Perindo dibawah HT yang suka nyinyir terhadap pemerintah.

Apa yang dilakukan Anies tentu ada timbal balik yang didapatnya, Partai Perindo akan berkibar melalui Kemendikbud maka penghargaan akan didapat dari HT dengan setimpal dengan mengabaikan rasa malu, rasa ketidakpedulian apakah benar atau salah dalam posisinya sebagai Menteri.

Bungkus santun yang dikemas sedemikian rupa coba ditutupi dengan kerjasama KIP tersebut berharap tidak ada yang tahu. Namun apa lacut, cukup sekitar satu tahun menjabat Menteri harus dipecat secara tidak terhormat.

Banyak yang menyayangkan pemecatan Anies karena dianggap sukses sebagai Mendikbud, secara personal memang kelihatan bagus karena dibalut dengan kesantunan, namun kinerja didalamnya sangat tidak sesuai dengan penampilannya yang diluar. Justru kecerobohan yang ditampilkannya selama menjabat Menteri seperti beberapa contoh kasus, kasus TPG, Franfurt Book Fair dan lain-lain yang termuat dalam artikel Anies-Sandi Santun Tidak Disiplin Waktu, Ciri Pemimpin Ingin Dilayani”

Apakah memang sesungguhnya Anies ceroboh atau justru tidak bisa bekerja dengan nyata hanya bisa beretorika?

Mimpi HT agar kerjasama menebar kartu KIP bisa berjalan sampai masa jabatan Anies selesai terpaksa bertahan satu tahun hingga pemecatan harus gigit jari.

Kerjasama HT dan Anies hanya satu tahun di Kemendikbud tidak mengurangi hubungan mesra, hasil satu tahun cukup membalas jasa-jasa Anies yang telah membantu HT dengan melakukan deklarasi dukungan partai Perindo.

Tidak hanya sokongan partai, tentu ada sokongan yang berwujud lain apalagi HT adalah pengusaha sukses yang bergelimangan harta.

Sebagai bentuk terima kasih HT ke Anies jelas sokongan dana terus dikucurkan untuk membantu Anies dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, dan mustahil atas dukungan HT kemudian Anies mengeluarkan dana politik atas dukungan partainya HT.

Apakah terjadi diputaran kedua? Tidak, dari awal pencalonan Anies diduga HT sudah mendukung dan menyokong agar bisa terpilih.

Hanya putaran kedua lebih terbuka dukungannya karena Agus-Sylvi sudah tersingkir sehingga rasa menjaga perasaan sudah tidak terbebani untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Yaitu, partai Perindo bisa masuk jajaran partai Parlemen Threshould (PT) walaupun harapan itu sangat kecil karena rencana besar saat di Kemendikbud hanya setahun saja sehingga sosialisasi partai Perindo tidak maksimal.

Jika pemecatan tidak dilakukan Presiden, kemungkinan besar partai Perindo melalui kerjasama pembagian KIP menjelma menjadi besar, ikut pemilu bisa masuk PT dan peluang HT ikut pencalonan Preiden (Capres) 2019 terbuka lebar, sementara Anies masuk dalam pilihan HT untuk dimanfaatkan:

  • Kesantunan Anies terjaga bisa selesaikan masa jabatan sebagai Menteri, peluang sebagai Capres terbuka lebar dengan melobi partai lain berkolaborasi dengan Partai Perindo berpasangan dengan HT.
  • Anies diajak masuk lingkaran partai Perindo untuk menyokong nafsu HT yang ingin menjadi Capres atau Cawapres. Tujuannya adalah jika Anies diajak partai lain maka Anies mundur atau mengalah kemudian menawarkan HT sebagai penggantinya.
  • Anies diduga akan dijadikan tameng HT untuk melobi partai lain bahwa HT layak jadi RI 1 atau RI 2 karena terkendala peraturan pemilu partai dan pemilu Presiden dilakukan secara serentak sehingga partai Perindo dipastikan belum bisa masuk PT untuk mencalonkan Presiden maupun wakil Presiden, maka jalan yang dilakukan HT adalah memilih sosok pelobi yang kuat jatuh pada Anies karena identik dengan kesantunan.

sumber: gerilyapolitik.com
sumber: gerilyapolitik.com
Simbiosis mutualisme demi rencana lebih besar ini sedang dirajut HT dengan Anies yang sama-sama punya nafsu kekuasaan yang besar, bedanya HT lebih terbuka dan keras kepala karena harta sedangkan Anies tertutup dan mengalah karena minim harta, HT lebih peduli demi suatu tujuan sedangkan Anies tidak peduli demi suatu tujuan, yang jelas sama-sama punya bakat lompat kesana-kemari alias kutu loncat.

Dua karakter yang berbeda sedang memadu politik demi suatu kekuasaan dan pada akhirnya, apakah akan terwujud?

Salam Simbiosis Mutualisme…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun