Mohon tunggu...
Wara Katumba
Wara Katumba Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit

Selanjutnya

Tutup

Politik

Debat Kedua Mengulangi Penampilan Debat Pertama, Cagub DKI Akan Mirip Seperti...

27 Januari 2017   09:51 Diperbarui: 27 Januari 2017   09:55 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber: liputan6.com
sumber: liputan6.com
Debat pertama dari segi penampilan yang rileks, pemaparan visi dan misi, tanya jawab, tanggapan dan control emosi dikuasai Ahok-Djarot dan justru mampu memancing emosi Sandiaga Uno untuk tidak tersenyum beberapa saat.

Mendadak Sandi puasa senyum hanya karena menyinggung “Dosen” dianggap menyerang pribadi seseorang. Saat Sandi kampanye dilapangan maupun di acara debat, sama-sama termasuk kegiatan kampanye sehingga tidak ada bedanya saat Sandi menyerang pribadi calon lain

Dari berbagai survey dan penilaian pada debat pertama mayoritas memberi keunggulan pada pasangan Ahok-Djarot, bahkan sebelum debat pertama berlangsung sudah diprediksi berapa nilai persentase yang diperoleh setiap pasangan calon dan faktanya seperti artikel “Penguasaan Debat 13 Januari, Agus-Sylvi 15%, Ahok-Djarot 60%, Anies-Sandi 25%”.

Dari segi penguasaan materi dan penampilan dalam memberi pemaparan sangat lugas, lancar dan rileks didominasi oleh Ahok-Djarot sehingga nilai persentase 60% merupakan nilai yang wajar diberikannya.

Debat kedua bertema reformasi birokrasi dan pelayanan publik, serta penataan kawasan perkotaan merupakan tema yang sudah dikerjakan Ahok-Djarot dan hasilnya memuaskan warga DKI Jakarta.

Contoh reformasi birokrasi dan pelayanan publik adalah bagaimana birokrat DKI diberi gaji yang sangat tinggi bahkan rata-rata nilainya tiga hingga empat kali lipat dari gaji sebelumnya sesuai tingkat jabatannya.

Bayangkan, jika sebelumnya seorang PNS digaji Rp 5 juta per bulan bekerja selama 30 tahun atau sampai pensiun maka sama halnya di zaman Ahok-Djarot digaji minimal tiga kali lipat dari Rp 5 juta menjadi Rp 15 juta per bulan maka cukup 10 tahun menyamai 30 tahun bekerja.

Nilai gaji yang tinggi tentu akan mendorong birokrat DKI semangat dan disiplin tinggi untuk bekerja melayani masyarakat, bukan birokrat dilayani seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya.

Pelayanan publik yang diterapkan Ahok-Djarot dari dilayani menjadi melayani berjalan baik, warga sangat puas atas pelayanan publik yang dilakukan birokrat sehingga sanksi tegas pemecatan menunggu apabila tidak mampu mengemban amanah sebagai pelayan publik.

Sementara, penataan kawasan perkotaan tidak jauh dari isu “Penggusuran” yang akan diangkat cagub lain untuk menyerang Ahok-Djarot, isu yang tidak akan berpengaruh secara signifikan karena apa yang dilakukan Ahok-Djarot adalah relokasi warga ke rusun, tempat yang lebih layak dan manusiawi terwujud dengan banyaknya rusun-rusun dibeberapa kawasan seluruh wilayah DKI.

Tujuan relokasi adalah menata tempat gusuran dialih fungsikan sehingga tidak kumuh seperti taman bermain-RTPRA, taman hijau, normalisasi sungai yang terdampak gusuran, mengurangi banjir dan lain-lain. Tentu kesan kumuh sebelumnya sudah berubah menjadi kawasan kota yang ramah lingkungan, bersih dan rapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun