Kemudian, senjata andalan yang selalu digunakan adalah kata “penggusuran” sebagai tameng bahwa dia kelak ga akan melakukannya. Dan terakhir pernyataan Agus soal program KJP, KJS dan PPSU mau dilanjutkan lagi jika terpilih, berarti secara tidak langsung program tersebut diakui dan sukses diterapkan Ahok-Djarot. (Sumber)
Jika demikian, bukankah lebih baik program (KJP, KJS dan PPSU) diteruskan lagi oleh sang empunya (Ahok-Djarot) yang lebih mengerti?
Jadi, Agus-Sylvi merupakan pasangan yang boleh dikatakan miskin program baru yang ingin ditawarkan ke warga DKI Jakarta, akhirnya bahasa programnya yang penuh dengan janji iming-iming uang sulit dipahami karena dia sendiri mengajak “Jangan tergiur oleh iming-iming uang”. (Sumber)
Pasangan calon yang sangat jelas terlihat tidak jelasnya, semangat debat yang dimiliki Agus-Sylvi tidak ada karena berulang kali tidak hadir diacara debat sebelumnya
Oleh karena itu, kehadiran Agus-Sylvi di debat tanggal 13 Januari 2017 hanya sebagai pelengkap untuk memenuhi salah satu syarat KPU sehingga selayaknya diberi nilai persentasi sekitar 15 persen.
Ahok-Djarot
Jam terbang debat Ahok-Djarot tidak perlu ditanya sudah berapa banyak diikutinya, tentu ini menjadi modal pengalamannya untuk menghadapi calon lain dengan langkah yang mudah dan dibarengi dengan program-program yang sudah berhasil diraih dengan sukses dan program yang sedang berjalan.
Misalkan, program KJP, KJS, PPSU, Transparansi keuangan, tertib dan disiplin birokrasi, kekumuhan dibenahi dengan relokasi berjalan sukses, fasilitas rusun gratis, even-even antar rusun, taman hijau, ruang publik terpadu ramah anak-RPTRA, normalisasi sungai-sungai menjadi bersih , banjir berkurang, penggunaan system elektronik dan lain-lain.