Mohon tunggu...
Wara Katumba
Wara Katumba Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketakutan, Tersangka Dugaan "Makar" Ramai-ramai Beralibi

8 Desember 2016   13:14 Diperbarui: 8 Desember 2016   13:35 38816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: netralnews.com

Pasca ditangkap Polisi dan sebagian ditahan, para tersangka dugaan “Makar” ramai-ramai beralibi. Para tersangka dugaan “Makar” bersama pengacaranya berupaya membangun opini dengan cara sejuta alasan mau dijadikan alibi bahwa tidak mungkin melakukan aksi makar.

Mengherankan, jiwa nasionalis para tersangka dugaan “Makar” mendadak muncul disaat dijadikan tersangka, seolah-olah nasionalis tidak mungkin melakukan aksi makar.

Penyebabnya adalah status tersangka telah disematkan kepada mereka sehingga ada rasa tidak nyaman dan ada kekhawatiran menghadapi proses hukum yang panjang dan hadiah penjara menunggu didepan mata.

Tersangka dugaan “Makar” berani berbuat, seharusnya berani bertanggung jawab seperti yang ditunjukkan Ahok walaupun tuduhan yang diterimanya tidak ada unsur penistaan seperti yang disangkakannya harus diterima dengan pahit

Jika dibandingkan dengan sosok Ahok, disaat Ahok dijadikan tersangka dugaan penistaan agama justru dia berterima kasih kepada Polisi, tidak mengajukan praperadilan, siap fight di pengadilan dan minta sidang terbuka.

Terlihat jauh sekali perbedaan kelas “Taat Hukum” antara tersangka dugaan “Makar” dengan Ahok. Berbondong-bondong melakukan aksi alibi untuk meyakinkan publik bahwa tidak mungkin melakukan makar seperti contoh :

Pertama, Pernyataan Habiburokhman pengacara Ratna Sarumpaet "Pak Bintang (Sri Bintang Pamungkas) usianya 70 tahun, Kivlan Zein 70 tahun, Ratna sekitar 60-an mendekati akhir, masa aki-aki dan nini-nini dituduh makar? Ini intelijennya bagaimana?" (Sumber)

Habiburokhman mungkin lupa bahwa diluar sana banyakaki-akidannini-nini terlibat kasus kriminal, pelecehan sexual, korupsi dan lain-lain yang justru bisa dilakukan sendiri-sendiri, apalagi seperti aksi makar yang dirancang beramai-ramai adalah hal yang tidak sulit.

Artinya, dalam melakukan aksi negatif atau melakukan kasus pidana tidak bisa diukur dengan melihat usia uzur (aki-akidannini-nini) maupun usia muda(ABG).

Semestinya yang sudah aki-aki dan nini-nini mendekati akhir seperti pernyataan Habiburokhman lebih memperbanyak ibadah menambah pahala, kumpul keluarga momong cucu, menghabiskan waktu ke hal yang positif buat bangsa dan Negara, serta memberi teladan ke generasi muda.

Kenyataannya, Beberapa generasi muda seperti Ahmad Dhani, Habiburokhman dan kawan-kawan harus terkontaminasi hawa negatif dari prilaku aki-akidannini-niniyang tidak pernah “MOVE ON” sejak Pilpres 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun