Memimpin bangsa yang besar dengan jumlah penduduk mencapai 250 jutaan jiwa tidak semudah membalikkan udang dibalik bakwan apalagi dari ucapan seorang politisi yang nongkrong di gedung DPR RI tanpa berdasarkan bukti dan data.
Tidak berlaku bagi Fadli Zon (Fazon) apa itu bukti dan data, terlalu mudah bagi Fadli Zon memberi pernyataan bahwa pemerintahan Jokowi selama dua tahun hanya pencitraan “Presiden harus berhenti pencitraan. Dua tahun ini adalah Presiden pencitraan," (sumber: kompas.com)
Sebagai bagian dari luar pemerintahan adalah hal wajar Fazon mengkritisi pemerintahan Jokowi, namun kritikan yang tidak mendasar akan menjadi tidak wajar dan tidak jelas seperti yang dikerjakannya sendiri selama ini sebagai wakil ketua DPR RI.
Fakta yang diperlihatkan pemerintahan Jokowi selama dua tahun berjalan berhasil menggenjot pembangunan infrastruktur jalan, lahan pertanian seperti waduk, perikanan dan kelautan, mengalihkan subsidi BBM ke yang bermanfaat dimana kenaikkan harga BBM sebagai momok pemicu kenaikkan harga barang lain sudah tidak ada, berlanjut satu harga di papua berkat tol laut, eksekusi hukuman mati yang belum pernah dilakukan presiden sebelumnya yang menjabat 10 tahun, Tax Amnesty dan terakhir pemberantasan pungli, masih banyak lagi yang belum disebutkan.
Apakah beberapa terobosan dan program diatas merupkan pencitraan ?
Sebaliknya, prestasi apa yang ditorehkan Fazon selama dua tahun bekerja sebagai wakil ketua DPR RI ?
Pertama, Maksud hati menyusul putrinya di Amerika dalam rangka menghabiskan waktu berlibur menikmati lebaran diluar negeri, ternyata ketahuan minta fasilitas ke Konjen New York akhirnya semua rencananya gagal total.
Kedua, Plesiran ibu-ibu DPR keluar negeri, bersama rombongan yang dimotori oleh Katharine Grace selaku istri Fazon sangat menikmati dan menampilkan beberapa momen narsis dan dibalut dengan tas-tas mahal yang sempat dicap “Genit” oleh Ade Komaruddin ketua DPR RI, kenyataannya memang genit seperti foto dibawah :
Kelima, Membiarkan Fahri Hamzah sebagai wakil ketua DPR tanpa partai alias dari partai independen karena dipecat PKS, dengan pemecatan yang dilakukan PKS maka posisi Fahri mewakili siapa tidak jelas. Namun, tindakan dan reaksi Fazon sebagai wakil ketua DPR terhadap Fahri hanya diam seribu bahasa (no coment) kecuali bekerja “omong kosong” menghabiskan uang rakyat untuk membayar gaji mereka dengan cuma-cuma.
Keenam, Keluyuran tidak tahu arah seperti ke Rumah Sakit Sumber Waras terkait kasus jual beli lahan yang sesungguhnya diluar tupoksinya sebagai wakil ketua DPR RI. Tujuannya hanya untuk pressure berharap kehadirannya bisa mempengaruhi agar Ahok ditangkap.
Masih banyak lagi yang ditoreh Fazon, dengan Tujuh prestasi diatas cukup mewakilinya dalam sebuah puisi tandingan “Dua Tahun Berjalan di DPR” dengan berhadiahkan menjadi menantu.
Apa yang dilakukan Fazon selama di DPR tidak ada bedanya pendemo yang kerjanya keluyuran kesana-sini atau tukang obat dipinggir jalan sambil mengantongi kertas berisi puisi untuk disulap.
Salam Keluyuran…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H