Mohon tunggu...
wara katumba
wara katumba Mohon Tunggu... pengusaha -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Muhammad Nuh “Scientific”, Roy Suryo “Sciensitif” Ilmu Peka Terhadap Rangsangan

19 September 2016   10:13 Diperbarui: 19 September 2016   13:29 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: produkwish.com

Dimanapun Roy Suryo (Om Roy) berada selalu bikin heboh, kejadian terakhir disidang kasus “Kopi Sianida” tanggal 15 September 2016, Om Roy hadir menyaksikan dan menyimak keterangan saksi ahli pihak terdakwa Jessica, ahli Digital Forensik Rismon Sianipar.

Dari keterangan Rismon, lebih fokus pada poin penting yang disampaikannya adalah bagaimana menganalisa gerakkan-gerakkan suatu objek dengan mengukur frame by frame apakah ada kejanggalan atau terdapat diskontinuitas. Artinya, Rismon bukan fokus soal apa yang dilakukan gerakkan yang ditunjukkan suatu objek tersebut.

Bisa dipastikan ilmu yang dimiliki Rismon dengan Om Roy berbeda sekali, Rismon non visual sedangkan Om Roy lebih kearah visual. Contoh, anunya si Uno menonjol maka Om Roy menganalisa anunya asli atau palsu, sedangkan Rismon menganalisa pergerakkan si anu apakah terjadi pengurangan nilai frame atau tidak. Kira-kira gambaran perbedaannya seperti itu.

Bagaimana ceritanya, jika seorang anggota DPR RI dari Partai Demokrat besukkan Esbeye menghadiri sidang kasus kematian yang mana baik pihak korban maupun pihak terdakwa bukan dari kalangan politisi tiba-tiba yang bersangkutan ikut nimbrung menuduh “kamu bohong, bohong, bohong…”yang ditujukan ke Rismon.

Sebagai anggota DPR semestinya Om Roy bersikap netral, apalagi sidang tersebut tidak ada kaitannya dengan politik apalagi disiarkan langsung beberapa TV swasta tentunya ditonton jutaan masyarakat Indonesia. Apa yang diperagakan Om Roy adalah sikap yang bloon, sontoloyo (mengutip kata Amin Rais), tidak tahu aturan dan tidak tahu malu.

Apa yang terjadi disidang kasus kopi sianida adalah salah satu contoh kecil bagaimana kebiasaan Om Roy yang sangat sensitif terhadap rangsangan dari contoh-contoh sebelumnya seperti :

1. Mengajak menyanyikan lagu “Indonesia Raya“ ternyata salah lirik.

2. Insiden di pesawat terbang terjadi dua kali, salah satu disini.

3. Raibnya beberapa perabotan rumah tangga di rumah dinas Kemenpora.

Kenapa bisa terjadi pada diri Om Roy ? Tuduhan terhadap Rismon “bohong, bohong, bohong…” tangannya sambil mengacung-acung ke arah Majelis Hakim, menunjukkan begitu besar nafsu birahi sensitif Om Roy. Diyakini apa yang dituding Om Roy terpengaruh dengan ucapan Ahli digital forensik dari pihak jaksa penuntut umum AKBP Muhammad Nuh  “Saya Scientific”. Kenapa ?

Mungkin Om Roy samar-samar mendengar kata“Saya Scientific” menjadi “Saya sensitif,secara tidak sadar kata-kata tersebut mempengaruhi jiwa dan raga Om Roy sehingga menimbulkan refleks tubuh dan ucapan.

Jika ucapan AKBP Muhammad Nuh (saya scientific) dikolaborasikan dengan pendengaran Om Roy (saya sensitif)  maka menjadi “Saya Sciensitif”. Tidak ada yang tahu apa Sciensitif, karena ilmu pengetahuan tersebut adalah ilmu pengetahuan penemuan baru, jika dilafat kata tersebut terdengar hampir mirip terucap “Sensitif”.

Jadi, Sciensitif adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sensitif atau peka terhadap rangsangan terutama suara dan bagian-bagian sensitif tertentu makhluk hidup seperti contoh gambar dibawah :

Dari prilaku yang ditunjukkan Om Roy membuktikan dirinya “peka terhadap rangsangan”, artinya keberadaannya disuatu ruang lingkup terjadi sedikit perubahan maka mudah memancing reaksinya apa yang disebut “Sensitif” itu.

Dapat disimpulkan bayangan pengertian Sciensitif seperti apa yang dilakukan Om Roy.

Kemungkinan ilmu baru ini sudah dipelajari Om Roy secara militan mempengaruhi pikiran dan prilakunya yang sampai menembus relung hatinya sehingga mengakibatkan efek sensitif yang sangat latah sebagaimana peka terhadap rangsangan.

Keberadaan Om Roy yang selalu menimbulkan aksi dan reaksi adalah akibat ilmu sensitif yang dipelajarinya sehingga bisa disimpulkan bahwa ilmu sceinsitif mempengaruhi sikapnya menjadi sensitif.

Jadi, Apakah ahli Telematika yang disandang Om Roy adalah bagian dari jurusan Sciensitif ? jika itu terjadi maka Om Roy termasuk manusia langka pertama di Indonesia mempelajari ilmu sciensitif.

Sesuai keahlian sensitifnya beberapa kali Om Roy diminta menganalisa gambar porno maupun video porno asli atau palsu, hasilnya akurat dan sangat memuaskan semua pihak.

Begitu juga dengan kejadian diruang persidangan, menunggu hasil analisa Om Roy asli atau palsu, apakah prilaku dan ucapan Rismon mengandung Porno aksi atau mengundang cemburu Om Roy sehingga terpancing sensitif terhadap rangsangan terhadap Rismon “bohong, bohong, bohong…”tersebut ?

Sebagai Menteri kesayangan di zaman Esbeye, penempatan Om Roy sebagai Menteri Olahraga kurang tepat, post Menteri yang paling tepat Om Roy tempati sesuai keilmuannya (Sciensitif) adalah sebagai Menteri Kesehatan Organ Sensitif.

Selama ini Om Roy disemat sebagai ahli Telematika, apakah tidak layak Om Roy sebagai kader kesayangan Om Beye dinobatkan sebagai Bapak Sciensitif Indonesia ?

Untuk persidangan-persidangan kasus "kopi sianida" berikutnya terutama hari ini menghadirkan ahli Psikologi, apakah Om Roy akan hadir lagi dengan menampilkan scien-scien baru yang belum kita ketahui seperti scienbloontif, scienbacotgrif, sciensexlogi maupun scienpornograf ?

Salam Sciensitif…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun