Beberapa waktu lalu sebagian masyarakat indonesia tentu menyaksikan penampilan perdana anak Presiden Jokowi di TV khusus wawancara di acara Mata Najwa. Beragam komentar bermunculan yang lebih didominasi sisi positifnya, namun apakah ada sisi negatifnya yg diperlihatkan? Tentu ada, biar berimbang sisi positif dan sisi negatif penulis ulas sedikit.
SISI POSITIF
Dari penampilan anak Presiden yang hadir baik Kaesang maupun Gibran memberi warna tersendiri dengan perawakan dan gaya yang sangat berbeda, si Kaesang cenderung ala modern (anak gaul begitulah kira-kira), yang umum kita jumpai pada anak-anak sekarang, dan lebih mengikuti trend dan iptek tak lepas sebagai anak sekolahan dengan wajah masa kini, sebaliknya si Gibran cenderung ala kadarnya (biasa-biasa saja apa adanya, kira-kira begitulah), kurang hobi mengikuti trend pemuda masa kini, jauh dari penampilan seorang anak pejabat tinggi yang pada umumnya, dibalut dengan wajah yang masa kino.
Penampilan kaesang di acara TV tersebut dibandingkan sebelum-sebelumnya tidak jauh berbeda dengan gaya-gaya sebelumnya, beda dengan kakaknya Gibran lebih kelihatan dewasa dibandingkan penampakkan sebelumnya yang cuek dan sombong yang sempat ramai dicap anak sombong dan angkuh oleh netizen, perubahan sikap yang dewasa mungkin penyebabnya karena sudah beristri dan sebentar lagi punya momongan.
Ada beberapa pelajaran yang perlu ditiru dari penampilan mereka terutama sosok Gibran. Sosok yang mandiri bagaimana perjuangannya menjadi pengusaha tanpa tergantung kepada orang tua walaupun sebagai anak presiden. Dan kita juga diajarkan tidak KKN bagaimana sikapnya tidak menerima layanan catering dari pihak Pemkot Solo terutama dari kalangan PNS sewaktu Jokowi jadi Walikota solo, bahkan sampai sekarang masih diterapkan.
Bagi pendukung Presiden Jokowi tentu ini kabar yang menyenangkan, tetapi bagi lawan politik ini kabar yang asem, buah mangga yang belum matang cocoknya buat rujak atau sambel.
SISI NEGATIF
Sebagai penulis netral, ada yang kurang kalau hanya mengulas sisi positifnya saja dan ada baiknya sisi negatif kita colek sedikit biar olengnya tidak banyak.
Ada pertanyaan yang menarik diajukan Mata Najwa, hari-harinya diisi dengan apa jika tidak ada kegiatan? Dengan enteng Kaesang menjawab "bermain game". Kemungkinan besar Kaesang menyimpan berbagai macam bentuk permainan game. Tentu ini kabar buruk bagi anak-anak yang menyaksikan acara Mata Najwa tersebut, karena ada banyak orang tua dipelosok nusantara yang tidak mampu atau gagal mengatasi anak-anaknya yang kecanduan main game sampai mengganggu sekolahnya. Mungkin suatu hari nanti anak-anak mereka akan berkata "bapak/ibu kok melarang saya main game?anak presiden aja main game.!". Gimana ni?
Fakta! sering kita temukan para anak-anak diwaktu jam belajar, mereka bolos dan keluyuran ke tempat-tempat penyedia game atau game online. Siapa yang harus disalahkan?
Kenapa Kaesang tidak menjawab belajar atau membaca? Itu akan lebih baik daripada main game, walaupun anda berbohong namun untuk kebaikan itu tidak masalah, contoh seorang ibu memberi makan kepada anaknya yang susah makan, setelah ibunya mengatakan nak makan nasinya ntar ada meong loh, akhirnya si anak mau makan. Sudahlah mungkin karena lugu dan spontan, semoga anak-anak indonesia tidak menyaksikannya.
Apakah memang benar sosok Gibran itu angkuh/sombong yang dipermasalahkan para netizen? Mari kita cek in.
Mata Najwa menanyakan bagaimana posisinya sebagai anak Presiden selalu di jaga Paspampres, jawaban Gibran dengan bahasa "usir", mungkin Najwa menganggap bahasa kiasan saja, kemudian untuk meyakinkan ditanya kembali, ternyata jawabannya sama dengan mimik serius, Gibran menjawab lagi dengan bahasa "usir", dengan jawaban lebih dari satu kali bukti nyata Paspampres benar-benar diusir. Mungkin maksud hati tidak mau merepotkan Paspampres, tetapi bukan begitu caranya dengan ucapan bahasa "usir" yang dipertontonkan banyak orang.
Tentu ini adalah tamparan keras buat Paspampres yang notaben adalah tugas negara yang wajib dikerjakan sesuai UU. Bagaimana rasanya anggota Paspampres yang mendengar ucapan bahasa "usir" dari seorang Gibran, tentu sakitnya tu di sini... Mungkin Gibran tidak menyadari dengan ucapannya bisa menyinggung Paspampres tersebut, seandainya UU tidak mengatur buat apa jaga Gibran, jangankan tidak disuruh jaga, disuruh jaga saja belum tentu Paspampres mau seperti sosok Gibran.
Harus dimaklumi karena sosok Gibran sosok apa adanya apalagi baru pertama kali wawancara di TV sehingga kejujuran dan keluguannya  terlihat. Kekurangannya bisa ditutupi dengan kelebihannya yang idealis.
Bagi pendukungnya ini adalah bumbu keasinan, untuk lawan politik ini kabar gembira karena buah mangganya sedikit manis.
SISI PENYEIMBANG
Dengan uraian sedikit dari sisi positif dan sisi negatif, maka penulis di posisi penyeimbang yang biasa diterapkan Bapa EsBeYe. Yang cocok netralnya Sesuai pernyataan Gibran "saya hanya anak Presiden, biasa-biasa aja".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H