Mohon tunggu...
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pecinta Kebijaksanaan---Islamic Philosophy Student in ICAS* Free Journalist

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Biarlah Aku Menjemput Kematian

29 April 2014   04:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Letusan gunung meluluhlantakan keangkuhan
Air melipat semesta dengan sekejap gulungan
Bumi retak berkeping-keping karena goncangan
Gemuruh menyambar dengan kilatan

Alam begitu muak dengan berbagai tuduhan
Penduduk bumi mencibir alam yang dilanda kemarahan
Manusia merasa dirinyalah yang memiliki hak preoregatif dari Tuhan
Apakah kita lupa bahwa alam adalah bagian dari diri yang tak terpisahkan?

Manusia tak sadar telah melakukan pemerkosaan yang menyakitkan
Pada akhirnya, alam memuntahkan pilu dengan segenap perasaan
Manusia berkoar-koar dengan janji manis menyuarakan penyatuan
Namun, kampanye menjalin persahabatan itu hanya kebohongan

Aku di sini hanya mengutuk kegelapan
Tanpa menyalakan lilin sebagai penerangan
Jika memang alam muak dengan diriku yang berbalut kemunafikan
Biarlah aku menyatu dengan kesucian alam untuk menjemput kematian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun