Mohon tunggu...
NUR MUHAEMIN NGKAAPO.
NUR MUHAEMIN NGKAAPO. Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS PARUH WAKTU

PENULIS PARUH WAKTU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catatan Kecil Menyelesaikan Kuliah Doktor

28 Februari 2022   09:22 Diperbarui: 28 Februari 2022   13:08 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang paling sulit dalam menyelesaikan kuliah Doktor? Tugas? Mid? Final? Untuk saya pribadi untuk menuntaskan kuliah Doktor yang paling sulit adalah mengalahkan diri sendiri. Ada banyak alasan yang bisa membuat saya berhenti ditengah jalan. 

Saya harus menyakinkan diri sendiri bahwa bagaimanapun semua akan berlalu, bahwa kesulitan-kesulitan, jalan terjal, airmata , emosi dan sebagainya yang mewarnai proses seperti ini juga akan  dialami siapapun yang memilih melanjutkan studi S3. Saya sibuk bertarung untuk menyakinkan diri kalau orang lain bisa harusnya saya juga bisa. 

Tahun 2020, saya baru mengajukan judul disaat teman-teman sekelas sudah sibuk-sibuk mengurus wisuda. Sebagai manusia biasa, wajar dan normal kalau secara psikologi kita merasa begitu tertinggal. 

Apalagi dalam proses ini ,  ada semacam "Gap"  dari lingkungan kita yang terbangun, baik itu di tempat kerja dan dalam support sistem kita bukan   seperti sesuatu yang nyata, tapi kadang-kadang, beberapa menjadi tidak ramah dan membangun jarak yang semestinya tidak perlu terjadi. 

Banyak yang menjauh, bahkan ada yang memandang sinis, tidak sedikit yang mengolok-olok. Dalam situasi seperti ini saya selalu memegang prinsip" Tidak mengapa seluruh dunia ragu dan menjauh saya hanya cukup percaya pada diri sendiri bahwa saya akan bisa menyelesaikannya. Bukankah hidup ini seratus persen tanggung jawab kita? Yang wajib baik sama kita itu hanya kedua orang tua kita, orang lain punya prinsip dan standar dalam membantu dan menolong orang. 

Jadi kalau ada orang  lain yang  baik sama kita itu hadiah dari semesta. Tidak perlu menyalahkan keadaan dan menjadikan orang lain  sebagai kambing hitam, hal itu hanya akan memperpanjang mata rantai penderitaan yang tidak dibutuhkan. Bukankah di proses perjuangan mereka kita juga tidak hadir disana? Kesadaran itu membuat saya cepat berproses untuk tidak membesar-besarkan hal-hal kecil.   

Saya kemudian berprinsip, "Disertasi yang baik adalah disertasi yang selesai."  Prinsip dulu yang saya anggap hanya angin lalu saya tulis besar-besar dan saya tempel dikamar saya.

Masa-masa bimbingan adalah masa-masa ujian kesabaran. Terkadang  proposal disertasi yang kita anggap sudah sempurna dan sudah patut mendapat persetujuan pembimbing harus berbelok 180 derajat, dari proposal yang sudah siap,  judul yang tiba-tiba saja menjadi kurang pas dan harus berubah, yang mengharuskan kembali lagi ke titik nol. 

Capek tentu saja tidak usah ditanya lagi. Jatuh bangun mencari jurnal juga punya kisah yang menarik. Malam-malam kurang tidur dan siang-siang yang dihabiskan untuk hunting jurnal-jurnal untuk referensi mewarnai diskusi panjang dengan pembimbing dan tentunya juga penguji. 

Di proses-proses itu suka dan duka silih berganti, sakit, tidak semangat , beberapa kerabat berpulang, , down tanpa sebab,  ditinggalkan orang-orang terkasih menjadi beberapa faktor yang membuat sedikit banyak disertasi terbengkalai. 

Perlu upaya sungguh-sungguh untuk mengembalikan kesadaran agar bersemangat kambali. Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah menghadapi pembimbing butuh  seni tersendiri dalam menyelesaikan disertasi. Ini adalah  faktor kunci yang harus disadari. Pahami karakter pembimbing dan jangan pernah menjadikan pembimbing sebagai oposisi kita. 

Pahami bahwa mereka punya beban teramat berat dalam membimbing sekian banyak calon Doktor. Meminta diprioritaskan adalah sikap kekanak-kanakan yang akan merugikan diri sendiri, apalagi sampai ngambek dan tidak mau bimbingan hal itu sebaiknya disingkirkan dari mindset kita. " 

Kesampingkan perasaan-perasaan tidak enak" itu hanya akan mengintimidasi dan menghentikan laju progress disertasi kita. Bangunlah komunikasi yang baik dengan pembimbing. 

Bagaimanapun mereka adalah dosen-dosen kita yang tidak akan punya niat jelek terhadap kita. Patuhi saran dan masukan yang diberikan, jangan merasa lebih pintar dan lebih menguasai materi dan secara defensive mendebat mereka. Bagaimanapun pada akhirnya pembimbing akan membaca disertasi kita dan paham alur berpikir kita.

Satu lagi kunci yang paling utama adalah libatkan Allah dalam semua urusan kita dan menyadari bahwa Allah tidak akan menutup mata terhadap hamba yang berjuang dan berdoa. 

Semua orang doanya akan dikabulkan. Iblis saja begitu optimis meminta kepada Allah agar ditangguhkan ajalnya sampai hari kiamat untuk mencari teman sebanyak-banyaknya yang bisa diajak tinggal bareng  dineraka dan dikabulkan permintaanya., mengapa kita berdoa yang baik-baik agar bisa selesai kuliah doktor, mengapa tidak optimis bahwa doa kita akan dikabulkan? 

Toh kita bukan iblis yang sudah berbuat begitu banyak kerusakan dimuka bumi  ratusan ribu tahun. Memang, untuk selesai tidak mudah,.  Jalannya akan terjal , menukik, bahkan berkelok-kelok. 

Masing-masing orang akan mengalami cobaan yang berbeda-beda namun yakinlah, bahwa Allah tidak akan menutup mata terhadap doa dan usaha keras hambanya. 

Jangan lupa, tidak ada yang tidak mungkin apapun yang bisa dilakukan oleh orang lain kita juga bisa melakukanya .Akhir kata, untuk semua yang masih berproses dalam perjuangan disertasi, tetap semangat, percayalah semua orang punya waktu psikologinya sendiri untuk selesai. 

Jangan pernah meyerah, jangan berhenti ditengah perjalanan, ujung usaha barulah takdir. Selamat menjadi Doktor, Selamat bergabung dengan 800.000  Doktor Indonesia. Selamat memajukan pendidikan indonesia yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun