Mohon tunggu...
NUR MUHAEMIN NGKAAPO.
NUR MUHAEMIN NGKAAPO. Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS PARUH WAKTU

PENULIS PARUH WAKTU

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mempertanyakan Anggaran 400 Triliun Dana Pendidikan

6 Desember 2017   16:23 Diperbarui: 6 Desember 2017   17:32 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://manunggal.undip.ac.id

Sindiran bank dunia akan rendahnya mutu pendidkan Indonesia dengan menempatkan Indonesia di rangking  53 dunia membuat mentri keuangan  Sri Mulyani langsung membandingkan anggaran pendidikan Indonesia dan Vietnam yang sama --sama 20 persen dana APBN dialokasikan untuk pendidikan dengan posisi  yang jauh berbeda. Vietnam nangkring di posisi 8 dunia.

Amanat UUD  yang  mewajibkan alokasi  dana  20 persen untuk pendidikan  sudah dipenuhi hampir tiap tahun. Namun kualitas pendididkan Indonesia termasuk sarana dan prasarana di dalamnya masih jauh dari kata memuaskan. Tidak heran, mentri keuangan  Sri Mulyani rajin menyindir besarnya dana pendidikan yang dampaknya belum bisa dirasakan sampai saat ini. Banyak yang kemudian kurang memahami bahwa dana 400 triliun yang dikucurkan untuk dana pendidikan tidak semuanya di alokasikan ke kementrian pendidikan dan kebudayaan. 

Faktanya kementrian yang menggawangi pendidikan dasar dan menengah di indonesia ini justru hanya kecipratan sebesar kurang lebih 39   triliyun setahun . Sehingga memang tidak adil apabila kementrian pendidikan disorot habis --habisan ketika masih ada sekolah bocor ataupun sekolah tidak layak pakai seperti kadang kambing. Besaran 39  triliyun itu pun sebagaian besar habis untuk menggaji guru dan pegawai administrasi kementrian itu dan juga masih dikurangi dana untuk kartu indonesia pintar 10 triliyun.

Lalu kemana dana 400 triliyun itu? Dana itu menyebar di sejumlah 16   kementrian yang dan lembaga yang masih berurusan dengan pendidikan semisal kementrian agama dan kemristek dikti termasuk di dalamnya ditranfer ke daerah. Harusnya semua pemerintah daerah menganggarkan dana 20 persen untuk pendidikan kalau memang pendidikan Indonesia mau maju seperti negara lain. Kenyataan dilapangan pun dana transfer pusat ke daerah habis untuk menggaji aparatur sipil negara.  

Dengan dana seminim itu, wajar jika kemudian kemdikbud punya keterbatasan  dalam membuat program untuk memajukan dan merehabilitasi sarana dan prasarana  pendidikan. Jika selama ini hanya kemdikbud yang disorot atas bermasalahnya kualitas pendidikan Indonesia, seharusnya pemerintah menyerahkan semua urusan pendidikan untuk ditangani kemdikbud dan dana yang 400 triliyun setahun itu juga semuanya pengelolanya kepada kemdikbud sehingga bisa bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap kualitas pendidikan Indonesia. 

Tentu saja wajib di kaji dan diadakan studi banding,  apakah Vietnam juga membagi anggaran pendidikan ke sejumlah kementrian dan lembaga termasuk di dalamnya juga membagi lagi untuk dana transfer ke daerah? Atau jangan --jangan hanya Indonesia yang punya model seperti itu sehingga anggaran pendidikanya tidak jelas kemana dan kemana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun