Mohon tunggu...
NUR MUHAEMIN NGKAAPO.
NUR MUHAEMIN NGKAAPO. Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS PARUH WAKTU

PENULIS PARUH WAKTU

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Matinya La Gode Mengindikasikan Adanya "Fenomena Gunung Es" di Negeri Ini

30 November 2017   07:43 Diperbarui: 30 November 2017   10:16 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matinya La Gode di markas Pos satuan tugas Batalion Khusus Infanteri Reider Banua Maluku Utara   kibat mencuri singkong  parut  dengan kondisi penuh luka dan delapan gigi geliganya hilang serta kuku kakinya yang tercabut sungguh menyesakan. La Gode mati di markas tentara tanpa menjalani proses hukum. Peristiwa ini adalah fenomena sosial yang mengindikasikan ada  Fenomena gunung es carut marutnya wajah negeri ini

Fenomena yang pertama bahwa aparat masih saja melakukan penyiksaan kepada masyarakat tanpa proses pengadilan. Awalnya la Gode yang merupakan penduduk Taliabu Maluku utara   dituduh mencuri singkong parut tetangganya diamankan  oleh polisi selama lima hari di pos TNI awal oktober lalu tanpa surat resmi . 

Karena tidak tahan penyiksaan oleh aparat maka La Gode melarikan diri dan bertemu istrinya serta menceritakan kejamnya penyiksaan yang dialaminya. Dan pada tanggal 24 oktober, La Gode kemudian menghembuskan napas terakhir di pos satgas tersebut. Anggota pos satgas mengintimidasi keluarga korban untuk tidak melapor bahkan dan memberikan uang kerahiman sebesar 1,4 juta. Komnas HAM Maluku Utara sudah bertindak menyelidiki kasus ini.La Gode mati di markas tentara  akibat penyiksaan brutal. 

Peristiwa ini akan mengorek luka lama. TNI di beberapa wilayah masih menyisakan trauma mendalam semisal di Aceh dan Papua. Meskipun tidak dapat dipungkiri, wajah TNI saat ini jauh lebih manusiawi dan dekat dengan masyarakat namun  isu pelanggaran TNI di masa lalu masih jadi senjata andalan penggiat HAM luar negeri untuk selalu menyudutkan Indonesia sebagai negara pelangar HAM berat. Kasus ini perlu mendapat tindakan tegas dan sesegera mungkin, jangan sampai peristiwa ini ibarat pepatah karena nila setitik rusak susu sebelanga. Perbuatan segelintir anggota TNI akan merusak kredibiltas TNI secara keseluruhan.

Fenomena yang kedua adalah bahwa masyarakat Indonesia masih jauh dari kata sejahtera khusunya yang berdiam di pelosok . Dana desa saat ini yang sudah digelontorkan di kisaran 180 triliyun selama pemerintahan Jokowi --JK nyatanya belum mensejahterahkan rakyat desa. La Gode tidak dituduh mencuri emas. 

Dia mencuri singkong parut. Logikanya bahwa La Gode dituduh mencuri makanan. Sungguh ironi, ditengah pembangunan jor-joran infrastruktur rakyat hampir mati lapar. Media selama ini saling bantah tentang daya beli masyarakat Indonesia. Bahwa tidak ada penurunan daya beli masyarakat. Betulkah demikian?. 

Silahkan cek langsung di TKP. Saya setiap hari mendengar keluhan dari hampir semua masyarakat ' uang seratus ribu sekarang bisa beli apa'?  " apa-apa mahal, uang susah di dapat" yang menolak fakta ini basanya adalah mereka yang mapan dengan gaji di kisaran sepuluh jutaan dan hanya beberapa persen dari masyarakat Indonesia  sehingga tidak pernah merasakan yang namanya sengsara. 

Masih banyak bahkan mayoritas penduduk di daerah dengan penghasilan di bawah lima ratus ribu sebulan menjadi mayoritas pendapatan masyarakat. Sungguh enak bicara tentang daya beli dalam kondisi mapan sehingga kemiskinan dan ketidakmampuan hanyalah angka-angka statistik yang tidak mewakili sebagian besar golongan masyarakat.

Fenomena yang ketiga kasus ini harus segera dituntaskan secara hukum . Hukum jangan lagi tajam ke bawah tumpul ke atas. Semua yang terlibat dan bertanggung jawab atas kematian tidak wajar La Gode harus diadili dan diseret kemeja hijau. Hukuman maksimal harus diterapkan, kalau perlu pasal berlapis dikenakan , menghilangkan nyawa warga tanpa proses peradilan adalah tindakan keji dari aparat yang harusnya mengayomi. Jangan lagi ada yang namanya kasus ditutup-tutupi. Keadilan tetaplah keadilan jangan sampai masyarakat muak dan membandingkan nasib La Gode dengan koruptur yang mendapat pelayanan yang begitu "wah" dari aparat padahal statusnya sudah tersangka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun