Perlahan namun pasti. Satu demi satu langkah, anak kami mengayun sepedanya, aku dan istri mengiring dengan berjalan kaki, sesekali berlari kecil. Ada anak lain naik mobilan jeep, anak kami jadi pengen. Lihat ada yang naik truk atau forklift mainan, pengen juga. Gawat.
"Ayo, kita kejar mobil itu. Jangan ketinggalan!" ujarku memberi semangat. Satu putaran, dua putaran, tiga putaran. Targetnya lima putaran. Putaran ke empat anak sudah hampir menyerah. Maka, kami tambah motivasinya. "Kalau kamu bisa lima putaran dan tidak naik mobilan, nanti papa belikan kamu es krim. Mau?" (Disclaimer: ini bukan suap yes, tapi motivasi.)
Akhirnya kami berhasil. Anak berhasil naik sepeda lima putaran, bapak-mamanya juga berjalan lima putaran. Refreshing sekaligus olahraga, meski ada udang di balik batu.
Sudah mau pulang pun, anak kami tetap tergoda untuk naik mobilan. Mana penyewanya sudah mau tutup lapak. Begitulah manusia. Kami segera pulang, lalu mampir warung dekat rumah. Anak mendapat reward: es krim. Bapak mamanya ikut sehat, berjalan santai keliling lapangan lima kali.
Meski dipaksa, kesampaian juga olahraga dadakan untuk menutup liburan. Rupanya, memang perlu dipaksa agar mau olahraga. --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H