Tak harus jauh maupun ke tempat mewah, liburan menjadi berkualitas jika dilakukan dengan penuh rasa syukur.
***
Libur Natal dan tahun baru (nataru) cukup panjang bagi beberapa lembaga, pendidikan salah satunya, yakni dua minggu. Anda pergi ke mana saja? Ke luar kota, luar pula, atau justru ke luar angkasa?
Liburanku dan keluarga kali ini tidak ke luar kota, tidak ke tempat menawan, namun tetap bermakna. Padahal, saat weekend dulu kami bisa mengajak anak ke tempat wisata sampai di luar kota.Â
Ada adik sepupu yang kuliah di Semarang datang menginap ke rumah. Kami juga beberes rumah mumpung libur. Kami bersilaturahmi ke rumah mertua adikku dan adik rohani. Dan kami melakukan acara open house kecil-kecilan di malam tahun baru.
Tak terasa, waktu cepat begulir, liburan hampir habis, hari kerja telah di depan mata. Mungkin waktu liburannya kurang lama, hehe.
Bersama adik sepupu dan Mbah, kami sempat mengunjungi Taman Kota Salatiga. Anak kami sangat suka ke sana untuk melihat iguana di kandang serta menjajal semua wahana terutama perosotan dan ayunan. Ada pohon pinus yang bagus sebagai background saat berfoto. Banyak yang melakukan prewed di sini juga.
Salah satu target dalam liburan ini adalah mengajak anak menikmati alam terbuka, untuk menanamkan kecintaannya kepada alam yang Tuhan ciptakan demikian indahnya. Berkemah ke gunung, itu salah satu targernya.
Selain silaturahmi maupun kunjungan teman dan sahabat, kami juga cukup sibuk mengikuti rangkaian ibadah ke gereja. Padat pokoknya!
Suatu hari Kamis, kami merencanakan untuk berkemah. Sebab, hanya itu waktu yang tersisa. Jumat ada pertemuan jemaat wilayah untuk Perjamuan Kudus. Sabtu ada pertemuan KTB Pasutri, ada teman luar kota yang bisa mampir. Namun, hari Kamis itu juga ada undangan open house dari teman guru.
Setelah berdiskusi dengan istri, kami memutuskan untuk datang ke acara open house dengan konsekuensi yang menyertai. Pagi sampai siang kami melakukan persiapan dan packing. Siangnya acara ke rumah teman. Pulang sebentar mengambil barang, dan segera berangkat. Baru tiga menit memacu sepeda motor, langit telah rintik. Langit telap gelap. Bakalan hujan. Parahnya, sudah hampir jam 4.