Menyadari kesalahannya, ia nekat pulang ke rumah. Tak peduli jika dimarahi, dikutuk, bahkan jika dicoret dari KK. Dia ingin bertobat dan meminta ampun kepada ayahnya. Namun, sekali ini, dia salah. Alih-alih dihujat atau dihukum, dia diterima dengan tangan terbuka oleh sang ayah.
Lukas 15:32 (TB) Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
***
Beberapa hari berlalu. Saat istriku pergi ke rumah Om di kampung, dia menerima kabar baik. Satu sisi sepatunya ditemukan Om. Wah, senangnya! Begitu kok ya Om ini tidak segera mengabari. Tapi, yang penting sepatunya sudah ketemu. Istriku senang, aku ikut girang, tak harus membelikan sepatu baru, hehe.
Jika anak bungsu yang kurang ajar dan durhaka (hilang) pun bisa kembali ditemukan (diterima kembali), boro-boro cuma sepatu. Uang bisa dicari lagi, kalau ditabung bisa juga untuk membelikan sepatu buat istriku. Namun, Tuhan masih mengizinkan sepatu itu kembali dipakai istriku. Belum saatnya beli yang baru. Puji Tuhan!
Bagaimana dengan kita?
Adakah saat ini kita kita jatuh dan terhilang? Mari, sadari kesalahan, bertobat dan kembali pulang. Bapak kita yang penuh kasih menunggu kita dengan tangan terbuka. --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H