"Gajinya sedikit tak apa-apa, asalkan dekat dengan keluarga." demikian ujar salah seorang ibu pada anaknya.
Saat kita bekerja, sebenarnya apa yang kita kejar? Kenyamanan atau kemapanan? Kenyamanan didukung dari teman kerja, budaya kerja, infrastruktur, maupun lingkungan sekitar. Sedangkan kemapanan ditentukan dari gaji yang diterima.
Ini menjadi dilema bagi pekerja. Jarang sekali orang yang yang bisa mendapat kenyamanan dan kemapanan sekaligus. Kecuali kamu crazy rich, minimal anak presiden lah!
Omong-omong tentang pekerjaan, tentu kita harus membuat prioritas. Jika masih muda, mau mengejar karier setinggi langit, menabung uang yang banyak, bahkan berpindah-pindah tempat kerja sah-sah saja. Namun, saat susah berkeluarga dan usia menuju 40, bakal berpikir ulang. Mau mengejar karier namun jauh dari keluarga, atau mengutamakan keluarga?
Pekerjaan dengan gaji tinggi, biasanya didahului dengan tuntutan tinggi pula. Jika dituntut setiap hari, lama-lama bakal stres, dan bisa menyebabkan penyakit, bukan? Belum lagi banyak kendala dalam perjalanan seperti macet, polusi udara, banjir, sampai orang-orang yang saling mendahului dalam berkendara.
Jika sudah seperti itu, ada baiknya kamu segera beralih pada slow living, gaya hidup yang lebih santai, sederhana, tapi bermakna. Aku punya satu kota yang direkomendasikan untuk slow living, yaitu Salatiga, kota kecil yang terletak di Jawa Tengah. Kenapa Salatiga?
Kota paling toleran
Menurut Setara Institute (2023), Salatiga (skor 6,45) menjadi kota toleran ketiga setelah Singkawang dan Bekasi (kompas.com). Cobalah mampir ke Salatiga, kamu akan menemukan masjid dan gereja bersisian seperti di Alun-alun Pancasila. Ada juga sekolah teologi dan pesantren saling berdekatan. Tidak ada masalah. Semua bisa hidup berdampingan dengan damai.
Predikat toleran ini dibangun dari masyarakatnya yang bisa saling bertoleransi dengan pemeluk agama yang berbeda. Masyarakatnya ramah dan bisa saling menghormati. Hal ini bahkan bisa kamu jumpai saat berbelanja di pasar tradisional. Jika berbelanja bisa ditawar, masih diberi bonus pula.
Infrastruktur bagus
Coba kamu buka maps, lalu ketikkan "Salatiga". Maka kamu akan mendapati Salatiga itu berada di tengah-tengah provinsi Jawa Tengah, bahkan di tengahnya pulau Jawa. Mau ke timur maupun barat OK, sangat terjangkau. Selain pesawat, bepergian ke kota lain dari Salatiga sangat dimudahkan dengan bis, kereta, maupun kendaraan pribadi.Â
Jalan tol sudah terintegrasi hampir di seluruh pulau Jawa. Kabarnya, selain pintu tol Bawen dan Tingkir, bakal dibuka juga pintu tol Salatiga, khususnya di daerah Jalan Patimura. (laporan kompas.com) Mantab kan!
Banyak restoran, pusat perbelanjaan, maupun hiburan di kota-kota besar melebarkan sayap ke Salatiga. Sebut saja Hokben, Starbucks, Matahari, hingga Sam's studio. Sayangnya, kota ini belum memiliki mal.
Banyak tempat jenis wisata
Kamu suka berwisata? Mau jenis wisata yang seperti apa? Pantai? Air terjun? Hutan pinus? Gunung? Rawa? Taman hiburan? Cafe dengan pemandangan gunung? Wisata air? Candi? Taman bunga? Semua ada dan terjangkau dari Salatiga.
Wisata alam yang terkenal adalah Gunung Merbabu, Gunung Andong, dan Rawa Pening yang legendaris. Ada air terjun Curug Lawe dan Curug Benowo di Ungaran, hanya 50 menit dari Salatiga. Di daerah Pulutan banyak dibuka resto dengan latar belakang sawah dan Gunung Merbabu. Buktikan sendiri keindahannya.
Surganya kuliner
Bicara wisata, kurang lengkap tanpa kuliner. Salatiga dikenal sebagai surganya kuliner. Dari penganan ringan sampai makan berat, dari restoran, trotoar, hingga kedai sempit di pasar, semuanya terdapat kuliner nan patut dicoba. Sebutlah bermacam sate, ronde Jago, jembak goreng, tumpang koyor, gecok kambing, bermacam soto, bakmi Jowo, enting-enting gepuk*, singkong keju*, gethuk kethek*, dan bakpao lumer. (Cetak tebal: asli Salatiga, tanda * cocok buat oleh-oleh)
Tumpang koyor misalnya, meski dibuat dari tempe busuk (iya, tempe busuk), rasanya gurihnya bikin nagih! Apalagi jika dipadukan dengan bubur hangat, nikmat! Singkong yang dulu dianggap makanan rendah, di Salatiga menjadi olahan lezat berwujud gethuk dan singkong keju di daerah Kampung Ledok, Argotelo.
Belakang rumah sawah, geser sedikit rawa dan hutan
Jika kamu diberi pilihan, tinggal di tengah gedung tinggi yang banyak polusi atau di antara pepohonan? Kalau aku sih pilih yang kedua. Meski wilayahnya kecil, Salatiga punya banyak ruang terbuka hijau. Di belakang rumah sawah, geser sedikit Rawa Pening dan hutan pinus di daerah Kopeng.
Sitalang adalah salah satu daerah di pinggiran Salatiga. Sejak lima tahun ini, desa ini menjadi terkenal dengan penggunaan dana desa untuk membangun wisata desa. Terletak di antara persawahan, daerah ini menjadi jalur tracking atau joging masyarakat. Di salah satu sisinya, tersaji sawah yang membentang dan Gunung Merbabu. Di mana lagi kamu mendapat pemandangan seindah ini?
Kurangnya satu: gajinya kecil
Tak ada kota yang sempurna, termasuk Salatiga. Selain kelebihan di atas, pekerja di Kota Salatiga gajinya kecil, lebih kecil daripada Kabupaten Semarang. Salah satunya tidak banyak industri di Salatiga. Tapi, tinggal di Salatiga itu menyenangkan. Maka, timbulah ungkapan,
Salatiga: Ditinggal bikin kangen, ditungguin ndak bikin kaya.
Kerja di kota metropolitan, pensiun di kota kecil
Sebagai jalan tengahnya, ada yang ingin bekerja di metropolitan selagi masih muda, lalu pensiun di kota nyaman seperti Salatiga. Iya, kalau tidak keburu sakit. Kamu tidak ingin menikmati keindahan tempat tinggal dalam kondisi sakit, bukan?
Semuanya kembali pada kamu. Apakah ingin mengejar uang, atau memilih slow living di kota nyaman. Apapun pilihannya, sesekali kunjungilah Salatiga. Dijamun, kamu bakal kembali. --KRAISWAN Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H