Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mau Slow Living, ke Salatiga Aja!

4 Januari 2025   01:04 Diperbarui: 4 Januari 2025   14:46 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kota Salatiga, Jawa Tengah.(UNSPLASH/Visual Karsa)

"Gajinya sedikit tak apa-apa, asalkan dekat dengan keluarga." demikian ujar salah seorang ibu pada anaknya.

Saat kita bekerja, sebenarnya apa yang kita kejar? Kenyamanan atau kemapanan? Kenyamanan didukung dari teman kerja, budaya kerja, infrastruktur, maupun lingkungan sekitar. Sedangkan kemapanan ditentukan dari gaji yang diterima.

Ini menjadi dilema bagi pekerja. Jarang sekali orang yang yang bisa mendapat kenyamanan dan kemapanan sekaligus. Kecuali kamu crazy rich, minimal anak presiden lah!

Omong-omong tentang pekerjaan, tentu kita harus membuat prioritas. Jika masih muda, mau mengejar karier setinggi langit, menabung uang yang banyak, bahkan berpindah-pindah tempat kerja sah-sah saja. Namun, saat susah berkeluarga dan usia menuju 40, bakal berpikir ulang. Mau mengejar karier namun jauh dari keluarga, atau mengutamakan keluarga?

Pekerjaan dengan gaji tinggi, biasanya didahului dengan tuntutan tinggi pula. Jika dituntut setiap hari, lama-lama bakal stres, dan bisa menyebabkan penyakit, bukan? Belum lagi banyak kendala dalam perjalanan seperti macet, polusi udara, banjir, sampai orang-orang yang saling mendahului dalam berkendara.

Jika sudah seperti itu, ada baiknya kamu segera beralih pada slow living, gaya hidup yang lebih santai, sederhana, tapi bermakna. Aku punya satu kota yang direkomendasikan untuk slow living, yaitu Salatiga, kota kecil yang terletak di Jawa Tengah. Kenapa Salatiga?

Kota paling toleran

Menurut Setara Institute (2023), Salatiga (skor 6,45) menjadi kota toleran ketiga setelah Singkawang dan Bekasi (kompas.com). Cobalah mampir ke Salatiga, kamu akan menemukan masjid dan gereja bersisian seperti di Alun-alun Pancasila. Ada juga sekolah teologi dan pesantren saling berdekatan. Tidak ada masalah. Semua bisa hidup berdampingan dengan damai.

Predikat toleran ini dibangun dari masyarakatnya yang bisa saling bertoleransi dengan pemeluk agama yang berbeda. Masyarakatnya ramah dan bisa saling menghormati. Hal ini bahkan bisa kamu jumpai saat berbelanja di pasar tradisional. Jika berbelanja bisa ditawar, masih diberi bonus pula.

Infrastruktur bagus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun