Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meski Kecil, Belajar untuk Memberi

16 Desember 2024   16:16 Diperbarui: 16 Desember 2024   16:16 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia lahir untuk kami | Dia mati untuk kami | Dia bangkit bagi kami semua...

***

Di atas adalah penggalan salah satu lagu rohani yang terkenal, berjudul "Dia Lahir untuk Kami". Natal adalah peringatan hari kelahiran Yesus ke dunia. Semua orang Kristen merayakannya dengan ibadah khusus, saling berbagi hadiah, pakaian baru, lagu-lagu ceria, serta dekorasi yang meriah. Intinya, kelahiran Yesus ke dunia menjadi anugerah bagi semua orang percaya. Anugerah ini harus diteruskan kepada sesama, khususnya mereka yang membutuhkan.

Dua minggu ini, setelah pelaksanaan tes akhir semester sekolahku mengadakan kegiatan jeda semester. Bentuk kegiatannya yakni mendekor kelas, membungkus kado untuk saling ditukar, berbagai perlombaan, jalan sehat sambil berbagi, serta membuat kartu Natal. Mendekor kelas, lomba-lomba, dan membungkus kado sudah dilakukan minggu lalu. Hari ini banget, kami bersama anak-anak melakukan jalan sehat di sekitar lingkungan sekolah sambil berbagi.

Minggu lalu sudah diumumkan di grup orang tua, pada hari Senin anak-anak akan memakai pakaian olahraga saat jalan kaki. Tak lupa, mereka juga harus membawa bekal botol minum dan dua buah roti @Rp5.000-an. Tapi, roti ini bukan untuk mereka makan. Lantas...? Mereka akan membagikannya kepada orang-orang yang ditemui di jalan maupun di pasar.

Dari kegiatan jalan sehat hari ini, anak-anak belajar:

1) Meski kecil, belajar untuk memberi

Seperti slogan sekolah kami, "Shine from the Beginning", murid-murid juga diajarkan untuk membagikan terang bagi lingkungan sekitar. Memberikan roti kepada orang asing yang ditemui di jalan, seperti juru parkir, tukang becak, penjual di pasar, pengemis, maupun warga yang ditemui.

Meski sebungkus roti tidak mengenyangkan, apalagi orang Indonesia memiliki "perut nasi", namun kami bisa melihat senyum sumringah dari warga yang menerima roti dari anak-anak. Sebungkus roti ini juga menjadi simbol bahwa mereka punya kepedulian kepada orang lain. Membagikan terang sekecil apa pun.

2) Memberi, malah diberi

Para warga yang menerima roti dari anak-anak merasa sangat senang. Senyum di wajah mereka menjadi bukti. Mungkin mereka tak menyangka, anak SD yang biasanya hanya tahu bermain tetiba menyodorkan sebungkus roti. Mengesankan.

Niat memberi roti, malah diberi rambutan, senangnya! | Dokumentasi pribadi 
Niat memberi roti, malah diberi rambutan, senangnya! | Dokumentasi pribadi 

Saking senangnya, meski hanya diberi roti, beberapa penjual di pasar justru gantian memberi pada para murid. Ada yang memberi rambutan, sampai pisang. Anak-anak girang, tak menyangka juga mereka justru diberi buah oleh para penjual.

3) Pengalaman baru

Siapa sangka, program sederhana ini memberi pengalaman baru yang amat berharga bagi murid-murid. Khususnya kelas besar (kelas 4-6), dipilihkan rute baru dari yang biasanya ditempuh dalam jalan sehat setiap Jumat. Kami pilihkan rute yang melewati pasar, di mana banyak orang berkerumun, lebih banyak target untuk diberi.

Jalan sehat sambil berbagi di pasar | dokumentasi pribadi 
Jalan sehat sambil berbagi di pasar | dokumentasi pribadi 

Melewati rute baru, melewati gang-gang sempit juga memberi kesan tersendiri. Sebab, selama ini rute mereka rumah-sekolah naik motor, atau mobil. Tahu-tahu sudah liburan ke kota lain, bahkan luar negeri.

Menemui warga dengan pekerjaan atau kesibukannya, khususnya lansia, meski hanya sekedar memberikan salam dan sebungkus roti, juga memberi warna bagi orang lain. Kiranya momen ini menjadi pengalaman bagi murid-murid supaya tahu berbagi kepada orang lain.

Seorang murid pria berujar, "Mister, aku malu." "Loh, malu kenapa, kamu kan pakai baju. Justru ini menjadi kesempatan kamu bisa berinteraksi dengan orang-orang di jalan atau di pasar. Kamu bisa menjadi berkat untuk mereka." jelasku.

Begitulah. Melalui jalan sehat ini kami mengajarkan anak untuk belajar berbagi meski masih kecil, dengan cara sekecil apa pun. --KRAISWAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun