Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Potong Rambut di Pasar, Emang Bagus?

11 Desember 2024   16:17 Diperbarui: 11 Desember 2024   22:34 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jasa pangkas rambut di pasar | foto: screenshoot Youtube/Mas Turis channel 

Pernah ingin jadi barber

Selain bisa menambah level kegantengan kaum Adam, peran juru pangkas rambut tidak terlupakan. Sebab, tanpa mereka siapa lagi yang bakal memangkas rambut kita? Bapak/Ibu? Jangan, nanti tempong-tempong rambutnya. Teman? Jangan, nanti panjang sebelah. Potong sendiri? Jangan! Daripada korban daun telinga!

Pada tahun 2018 aku pernah jobless. Padahal waktu itu sudah pacaran dan mulai membahas untuk menikah dengan pacar. Menikah apanya, pekerjaan saja tak punya! Sudah mencoba melamar ke beberapa lembaga pendidikan, tak satu pun kunjung menerima. Nasib nasib...

Aku pernah melihat iklan di Instagram tentang kursus barber. Bagaimana kalau aku kerja jadi barber saja? Aku ikut kursus, lalu menyewa ruko. Semua orang pasti butuh jasa pangkas rambut. Nanti kalau sudah mapan, aku bisa merekrut pegawai untuk membangun barbershop impianku. Namun, itu cuma mimpi. Padahal aku sudah membuat desain logonya segala...

Kembali ke pasar

Semenjak menikah, aku juga punya barbershop langganan. Mulanya, harga dan layanannya sepadan. Aku puas berlangganan di sana. Bahkan, anakku berumur setahun aku pangkaskan rambutnya di sini. Mereka cukup telaten memangkas rambut balita. Aku suka.

Namun, dalam kurun waktu setahun saja, biayanya sudah dua kali mengalami kenaikan. Kalau aku dan anak pangkas berdua, lumayan juga biayanya. Padahal rambut ini cepat tumbuh. Idealnya tiap bulan (saat gajian) bisa pangkas rambut. Nyatanya, kebutuhan tak henti berdatangan.

Dengan biaya jasa yang kian tinggi, aku mulai berpikir ulang untuk berlangganan di sana. Katanya suka langganan, kok jadi ragu-ragu? Tidak loyal nih! Ya mau bagaimana lagi. Hidup harus pintar mengatur strategi.

Akhirnya aku paksakan untuk menjajal pangkas rambut di pasar. Sudah 15 tahun lebih aku tak pangkas di sini. Tak kenal lagi juru pangkas langgananku dulu. Setelah survei sepintas lalu, aku memilih pemangkas rambut yang menempati dua blok, lebih luas dibanding pemangkas lainnya.

Pangkas rambut di pasar, emang bagus?

Persis seperti dugaanku. Jangan harapkan ada fasilitas atau skill tinggi seperti di barbershop. Aku ingin menjerit saat Bapak pemangkas rambut langsung menggasak rambutku dengan clipper tanpa membasahi dengan air, boro-boro menyisir rambutku untuk menata bagian yang mau dipangkas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun