Kereta api menjadi saksi
Biasanya, saksi diemban oleh orang atau tempat. Namun, kereta api, kendaraan masal paling terjangkau, nyaman, dan minim kecelakaan ini juga bisa menjadi saksi bagi banyak kisah. Entahkah kisah itu suka atau duka.
Di kandangnya, kereta api juga menjadi pintu perjumpaan dan perpisahan. Perpisahan biasanya menyedihkan, karena tidak akan bertemu untuk beberapa waktu. Namun harusnya menjadi kebahagiaan jika perginya untuk bekerja demi menafkahi keluarga.
Perjumpaan pun begitu, senang bisa bertemu. Namun tak lama, akan berpisah lagi.
Mencari pekerjaan
Usai lulus kuliah, aku segera mencari pekerjaan. Berbagai usaha aku tempuh. Dari datang job fair, bertanya teman, hingga mencari di internet. Sebagai lulusan bidang pendidikan, tempat pekerjaan yang relevan tentu di sekolah, menjadi guru.
Akhirnya salah satu SMP di Surabaya menerimaku. Syukurlah. Aku tak punya bayangan Surabaya seperti apa, kondisinya bagaimana, tak ada kerabat pula. Penting yakin....
Aku memberanikan diri berangkat naik kereta dari Solo, turun di Surabaya Gubeng. Meski bukan pertama kali, naik kereta api menjadi kenangan indah. Menjadi saksi atas perjuanganku mencari pekerjaan untuk menata masa depan.
Mengejar sang pujaan
Saat bekerja di Surabaya, aku menggumulkan seorang perempuan yang tinggal di Bogor. Kami sudah kenal sejak lama, namun jarang bertemu. Dalam pergumulan itu aku bimbang, mau maju atau mundur. Jika maju, takut ditolak lagi. Jika mundur, tak tahu hasilnya, dan bakal merana sepanjang waktu.